Keberhasilan tidak akan tercapai tanpa adanya pengorbanan. Banyak hal yang harus kita lakukan untuk dapat meraihnya. Begitu juga dengan remaja bernama Aqilah Raissa Putri atau akrab dipanggil Risa. Risa adalah remaja berumur 16 tahun, yang sekarang duduk dibangku kelas 2 SMA. Risa adalah gadis yang cantik, ceroboh, tapi sangat jago dalam hal memasak. Saking jagonya, Risa pernah mendapat juara pertama dalam kompetensi memasak sekota Bekasi, satu tahun yang lalu. Bukan hanya itu saja, Risa juga sudah mendapatkan berbagai penghargaan dari bakat memasaknya. Itu semua dimulai dari ia berumur 8 tahun. Saat itu ia terpaksa memasak makan siang karena kedua orang tua Risa sibuk. Sang ibu adalah seorang desainer. Sedangkan ayahnya adalah nahkoda yang jarang pulang. Walaupun memiliki kakak laki-laki yang pada saat itu berumur 15 tahun, ia sibuk dan tidak perduli dengan Risa.
"Hooaaaa, se-la-mat pa-gi...,” sapa Risa yang baru saja bangun tidur, lalu duduk di kursi kosong. “Sa-rapan a-pa kita pa-gi I-ni?" tanyanya sambil melihat-lihat meja makan.
"Eh, Risa udah bangun? Ini tadi ibu sudah buatkan roti panggang coklat kesukaanmu." jawab Kak Bagas, kakak Risa, tanpa melihat ke arah Risa.
Pada saat itu, Kak Bagas sedang sibuk memainkan handphonenya.
"Hooaaa... di mana ibu dan ayah?" tanya Risa sambil mengambil piring berisi roti panggang coklat.
"Aaaaa, ayah sudah berangkat dari jam setengah 6 pagi tadi. Sedangkan ibu ada di ruang kerjanya, sedang mendesain baju barunya untuk minggu depan." jawab Kak Bagas.
"Loh, ini kan, hari minggu? Ayah juga belum pulang?" tanya Risa
"Belumlah. Jangankan hari minggu, libur nasiaonal aja ayah masih kerja." kata Kak Bagas, menjelaskan.
"Bener juga sih.." kata Risa sambil mengangguk-ngangkukan kepalanya.
"Udah, ah, gua mau ke atas dulu," kata Kak Bagas lalu bangki dan memutuskan untuk kembali ke kamarnya.
"Nanti kalo Arif bangun, tolong beri tau dia sarapannya sudah siap." lanjut Kak Bagas sebelum pergi.
Arif adalah adik laki-laki Risa yang pada saat itu berumur 6 tahun.
"Dasar, aku lagi yang disuruh," protes Risa di dalam hati.
"Tapi setelah ini aku mau main ke rumah Caca, yah." izin Risa.
Marissa Diara Mallika atau dikenal dengan nama Caca. Caca adalah sahabat baik Risa sejak kelas 1 SD. Caca memiliki sifat yang berkebalikan dengan Risa. Caca adalah anak yang rajin dan juga pintar. Ia selalu memperoleh peringkat pertama sejak kelas 1 SD. Berbeda dengan Risa, yang selalu berada di peringkat 15 kebawa dari 30 murid di kelasnya. Itu mengapa, setiap hari sabtu atau minggu Risa akan berkunjung ke rumah Caca untuk belajar atau untuk mengerjakan tugas bareng. Rumah Caca tidak jauh dari rumah Risa. Dan sudah hal yang biasa untuk Risa mengunjungi rumah Caca sendirian, tanpa diantar oleh siapapun.
"Terserah, yang penting lu udah izin sama ibu." kata Kak Bagas lalu melangkah pergi, meninggalkan Risa sendiri di ruang makan.
Tak lama kemudian, Arif bangun dan menghampiri Rika yang sedang memakan sarapannya.
"Selamat pagi kak," sapa Arif lalu duduk di sebelah Risa. "Sarapanku sudah ada belum?" tanyanya.
"Selamat pagi juga Arif. Itu, sarapanmu udah siap." jawab Risa sambil menunjuk ke piring di depan dirinya.
"Oh, oke." Arif mengambil piring tersebut lalu memakan roti mentega dan meises kesukaannya. Ditambah dengan segelas susu.
Setelah selesai sarapan, Risa kembali ke kamarnya lalu mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke rumah Caca.
"Arif, aku pergi dulu yah. Kamu jangan nakal di rumah." pamit Risa kepada Arif yang sedang bermain di halaman depan rumah bersama kucing peliharaan mereka, Mochi.
"Loh, kakak mau ke mana?" tanya Arif, penasaran.
"Mau ke rumah Caca. Aku akan balik sebelum jam 12 kok." jelas Risa.
"Kakak mau ngapain di rumah Kak Caca?" tanya Arif.
"Biasalah, aku mau ngerjain tugas bareng dia." jawab Risa.
"Oke, hati-hati." ucap Arif.
"Iya, makasih."
Risa pun berangkat pergi ke rumah Caca.
Jam menunjukkan pukul 12 siang tepat. Risa baru saja pulang dan langsung menuju ke ruang makan untuk mencari makanan.
"Aduh… laper banget nih aku," keluh Risa sambil berjalan menuju ruang makan. "Mamah udah masak belum yah?" tanyanya lalu membuka tudung saji di atas meja.
Saat tudung saji dibuka, mimik muka Risa menjadi masam. Ternyata Bu Endang, ibu Risa, belum memasak makanan apapun. Saat itu juga, Arif datang dengan keadaan perut lapar, sama seperti Risa.
"Eh, kakak udah pulang?" tanya Arif yang terkejut melihat Risa sudah pulang.
"Eh, Arif. Kamu ngapain di sini?" tanya Risa, balik.
"Aku lapar. Aku mau makan" jawab Arif, yang tampaknya lebih lapar daripada Risa. "Tapi ibu belum masak apapun. Gimana dong?" kata Risa.
"Yahhhh, tapi Arif sudah lapar." kata Arif sambil merengek.
"Yaudah, nanti kakak beliin nasi warteg dekat rumah aja. Nanti kakak minta dulu uangnya sama ibu. Kamu tunggu dulu ya." kata Risa lalu memutuskan untuk mengunjungi ibunya di ruang kerja.
Tapi baru saja Risa ingin melangkah ke luar ruangan, Kak Bagas datang dan membawa berita buruk.
"Wartegnya tutup. Tadi gua udah coba ke sana." kata Kak Bagas.
"Yah… tapi aku laper kak." rengekan Arif makin menjadi.
Karena tidak tega melihat adiknya menangis seperti itu, Risa memutuskan untuk mencoba memasak makanan sendiri.
"Oke, biar aku saja yang masak." kata Risa dengan penuh percaya diri.
“Lah? Emang lu bisa?” tanya Kak Bagas, tidak yakin.
“Gak tau deh. Tapi aku akan mencoba.” jawab Risa.
“Kakak mau masak apa emang?” tanya Arif.
“Aku akan masakin nasi goreng spesial buatan ibu." jawab Risa bersemangat.
“Jangan! Nanti kalo gak enak siapa yang mau makan?” tanya Kak Bagas.
“Aku.” jawab Risa dengan mantap.
"Yeeeey… kakak akan masakl" sorak Arif sambil melompat-lompat dengan gembira. “Emang lu tau recepnya apa?” tanya Kak Bagas.
"Aku sudah sering membantu ibu memasak nasi goreng. Jadi pasti bisa lah." jawab Risa.
"Yaudah lah, terserah lu aja. Nanti gua akan masak telur ceplok aja.” ketus Kak Bagas lalu meninggal ruangan.
“Ada yang aku bisa bantu?” tanya Arif dengan wajahnya yang menggemaskan.
“Kamu siapin piringnya aja kalo udah jadi.”
“Oke…” ujar Arif.
Risa segera menuju ke dalam dapur dan mengambil barang-barang yang ia butuhkankan.
"Minyak, daun bawang, cabai merah, daging ayam, telur 1 butir, kecap manis, bawang merah, garam, nasi, bawang putih,” ujar Risa sambil mengecek ulang bahan-bahanya. “Ehhh, apa lagi yah?" kata Risa sambil mengingat-ngigat apa lagi yang kurang. "Ohhh yah, merica. Hampir aja lupa."
Setengah merasa bahannya sudah lengkap, tanpa berfikir lama, Risa segera mengambil panci dan mulai memasak.
Pertama-tama Risa memasukkan bawang putih, bawang merah, dan cabai merah ke dalam cobek kemudian ia haluskan. Kemudian ia menggooreng telur menjadi orak-arik, lalu Risa memumis bumbu yang sudah dihaluskan dengan minyak secukupnya hingga harum. Setelah itu memasukkan ayam cincang, telur dan daun bawang ke dalam bumbu. Lalu menumisnya lagi hingga rata, tambahkan kecap, garam, dan merica dan mengaduknya hingga rata. Kemudian Risa memasukan nasi dan mengaduknya hingga rata. Dan jadilah nasi goreng spesial buatan Risa.
Risa merasa bangga bisa membuat nasi goreng sendiri dan juga tidak sabar untuk segera memakannya. Wangi nasi goreng buatan Risa sangat harum, sampai-sampai membuat Arif juga tidak sabar untuk memakannya. Bukan hanya Arif saja yang tergoda dengan wangi nasi goreng buatan Risa itu, ternyata Kak Bagas yang berada di meja makan, menunggu bersama Arif, juga tergoda.
Tiba-tiba saat Risa sedang mencuci tangannya di keran sebelah kompor, Bu Endang datang dan bertanya. "Wahh, Risa masak apa?" tanyanya, di belakang Risa.
"Eh, ibu,” ujar Risa terkejut. “Ini, aku lagi masak nasi goreng. Sudah jadi kok tinggal ditaruh saja di piring." lanjutnya lalu mengambil beberapa piring yang sudah disiapkan oleh Arif.
"Wahh, hebat sekali kamu Risa. Sudah bisa masak sendiri,” puji Bu Endang sambil memerhatikan nasi goreng buatan Risa. “Pasti rasanya enak. Sini, ibu bantu menaruhnya di piring." tawar Bu Endang.
"Hehehe..." ujar Risa tersipu malu.
Arif pun ikut membantu. Ia membantu membawa piring yang berisi nasi goreng ke meja makan dan menyiapkan minum.
"Silahkan dinikmati." kata Risa.
Tanpa berpikir panjang Arif dan Bu Endang segera menyantap nasi goreng buatan Risa.
"Emmm, enak sekali Kak rasanya. Hampir sama dengan buatan ibu." puji Arif yang dari tadi makan tanpa henti.
"Iya. Enak banget loh ini,” puji Bu Endang kepada Risa, membuatnya tersipu malu. “Nanti ibu ajarin lagi cara masak makanan lain. Supaya kalau kalian lapar tinggal buat saja sendiri. Gak usah menunggu ibu untuk membuatkannya." tambahnya, yang bangga dengan Risa.
“Kakak!” panggil Arif kepada Kak Bagas yang dari tadi hanya duduk sambil melihat yang lain makan. “Kakak gak mau makan. Ini enak loh.” tawar Arif.
“Aaaa…”
“Udah, gak perlu malu-malu,” kata Risa lalu mengambil piring berisi nasi goreng lalu memberikannya kepada Kak Bagas. “Aku buat banyak kok. Sayang kalo gak dimakan.” ujarnya, berbaik hati.
Kak Bagas merasa terharu lalu mengambil piring itu. “Makasih yah. Maaf kalo tadi gua malah meremahkan elu.” katanya, merasa bersalah.
Risa tersenyum senang dan berkata, “Gak papa kok. Dan aku berjanji akan belajar masak dengan giat supaya nanti aku bisa memasak makanan yang lebih enak dari pada ini." kata Risa dengan semangat.
“Kalo begitu, ibu akan bantu.”
Lalu ia terus mengembangkannya, sampai bisa mendapatkan berbagai penghargaan itu.
ns 15.158.61.7da2