Sementara Ervan dan anggota lain sibuk mempelajari cara menyapa pelanggan dengan benar, Syamil dan Vidia masih berada di belakang, membicarakan tentang kejadian tadi.
"Sombong amat!" ketus Vidia.
"Emang orangnya begitu. Mau gimana lagi dong?" kata Syamil.
"Tapi gua masih penasaran deh, emangnya ada hubungan apa sih Ervan sama Kak Andra?"
"Sebenarnya pas SMP, Ervan itu temenan ama Kak Andra, dan bukan hanya dia, gua dan Dorin pun begitu."
"Dorin? Siapa itu?" tanya Vidia, tidak tahu
"Dorin adalah temen sekelas Ervan dan sahabat gua dan Ervan saat kecil.“ jelas Syamil.
"Ervan punya sahabat perempuan?" tanya Vidia, tidak percaya.
"Iya. Dorin juga sekaligus, adik dari Kak Andra."
"Hah! O, iya? Gua baru tahu."
"Nggak papa kok. Bukan hanya lu yang nggak tahu."
"Oh, ya?"
"Banyak orang nggak tahu tentang itu."
"Kenapa bisa?"
"Yahhh, karena fakta bahwa mereka enggak begitu mirip dan mereka tidak terlalu dekat."
"Kenapa mereka nggak deket?"
"Ceritanya panjang sih. Itu bermulai saat Kak Andra masuk SMA. Karena Kak Andra beda 1 tahun dari kita, jadi wajar kalo dia 1 tahun lebih awal masuk SMA."
"Lalu? Kenapa emang?"
"Sifatnya tiba-tiba saja berubah. Ia sepertinya gak mau berhubungan lagi dengan kita, termasuk adiknya sendiri."
"Sepertinya?"
"Dia sih gak pernah bilang secara langsung ke gua dan Ervan. Tapi, melihat dirinya yang menjauhi kita, sudah menjelaskan semua."
"Termasuk adiknya sendiri?" tanya Vidia.
"Ya, termasuk adiknya sendiri," jawab Syamil lalu terdiam sebentar. "Kalau Andra menjauhi gua dan Ervan sih, enggak apa-apa lah ya. Tapi ini dia juga menjauhi adeknya sendiri. Gua dan Ervan gak mengerti kenapa."
"Pasti berat ya, untuk Dorin."
"Gua juga berpikir begitu sih."
"Lu udah nanya, kenapa mereka kayak gitu?"
"Sering. Tapi gak pernah di jawab dengan benar. Dorin selalu menghindarinya dan berusaha mengeles."
"Lu hanya nanya ke Dorin? Lu gak coba nanya ke Kak Andra?"
"Orang dia ngejauhin kita. Mana bisa bertanya katak gituan. Jangankan bertanya, melihat ke arah gua aja udah gak pernah."
"Sedih amet."
"Tapi, udahlah. Kalau anaknya gak mau dibantu, mending gak usah."
"Tapi emang lu gak penasaran?" tanya Vidia.
"Penasaran sih. Tapi gua gak mau nyakitin perasaan Dorin. Dan juga, gua agak takut dengan Ervan."
"Lah! Kenapa?"
"Dialah penyebab gua nggak pernah nanya lagi ke Dorin tentang hal-hal itu. Ervan bahkan mengancam gua habis-habiskan, hanya untuk menghentikan gua bertanya tentang hal-hal itu. Gua ngerti sih mungkin maksudnya baik, tapi caranya gak banget deh." kata Syamil, membuat Vidia tertawa dan membuat anggota lain, termasuk Ervan merasa terganggu.
"Woi! Gua dan yang lain lagi pengen latihan sungguh-sungguh dan gak pengen di ganggu oleh dua orang BODOH yang kerjaannya hanya ngebicarain orang dari belakang." sengit Ervan.
"Kenapa emang? Salah?" tanya Vidia.
"Kalo cuma mau ngobrol, mending di luar aja. Biar gak ganggu orang lain." ketus Ervan
"Maaf. Kita kagak bermaksud gitu. Gua dan Vidia akan berhenti." kata Syamil. Vidia tidak setuju lalu menginjak kaki Syamil.
"Awww! Sakit bambang!" kata Syamil.
"BERISIK!!" batin Ervan lalu kembali ke pembelajarannya bersama anggota lain.
"Udahah, nanti kita bicarainnya di tempat lain. Mending sekarang kita ikuti aja dia." saran Syamil.
"Iya-iya." kata Vidia terpaksa.
ns 15.158.61.6da2