"Boleh kita bicara sebentar." pinta Ervan kepada Risa.
"Kau yakin mau bicara sama aku?" tanya Risa dengan dingin.
"Ya. Tapi sebaiknya jangan di sini. Banya orang." jawab Ervan.
Risa hanya mengangguk lalu mengikuti Ervan ke tempat yang sepi, yaitu ruangan kelas terdekat yang kosong. Sesampainya mereka di sana, Ervan langsung memilih tempat untuk duduk dan memasang muka serius, begitu pula Risa. Risa memilih kursi yang jaraknya dengan Ervan lumayan jauh. Risa masih merasa marah dan canggung berada didekat Ervan. Ervan pun juga tidak berani mengambil tindakan yang berlebihan. Itu mengapa, awal dari pembicaraan ini tidak berjalan mulus. Tidak ada yang membuka percakapan. Mereka berdua diam dan saling membuang muka. Pada akhirnya Ervan tak tahan lagi dan membuka percakapan.
“Anu, Risa, maaf," katanya sambil menunduk kepala. “Aku bener-bener minta maaf telah memutuskanmu begitu saja tanpa ada alasannya. Aku harap kau bisa memaafkan perbuatanku dan mungkin kita bisa kembali berpacaran. “ lanjutnya.
“Berpacaran ya? Sebelumnya aku mau tanya dulu, kenapa pada hari itu kau memutuskan aku? Apakah itu hanya prank? Karena kalau iya, itu sama sekali gak lucu dan aku gak suka.” kata Risa, berbicara kepada Ervan tanpa melihat langsung wajahnya.
“Gak, itu bukan prank.” jawab Ervan.
“Terus apaan?“
“Sebenarnya… itu agak sulit untuk aku jelaskan. Tapi aku bersumpah kalau itu bukan prank.“ kata Ervan mencoba meyakinkan Risa.
“Kalau memang kau gak mau menjelaskannya, lebih baik emang kita putus aja.” kata Risa lalu bangkit dari kursinya.
Mendengar itu, Ervan tersentak. “Putus?” tanyanya tidak percaya.
“Ya, kau dengar, kita putus. Aku yakin kau dengan cepat akan menemukan yang baru.” kata Risa lalu buru-buru meninggalkan ruang kelas.
Ervan yang tidak terima, mencegah Risa untuk keluar kelas dengan cara menarik tangannya. “Tunggu!” katanya. Saat Risa membalikan badannya, Ervan bisa melihat dengan jelas kalau wajah Risa telah di anjir air mata. Melihat hal tersebut Ervan spontan memeluknya, membuat Risa kaget.
“Er-Ervan?” kata Risa yang masih terkejut.
Ervan memeluk erat tubuh Risa yang dari kemarin ia rindukan. Di saat yang sama, Ervan berkata, “Aku sungguh minta maaf. Aku sama sekali tak memikirkan perasaanmu. Itu mengapa-“ Ervan melepaskan pelukannya dan menghapus air mata Risa lalu berkata lagi, “Aku akan menceritakannya.”
“Menceritakannya?” tanya Risa.
Ervan mengangguk. “Ya. Apa yang sebenarnya terjadi kemarin. Tapi kau harus tinggal dulu. Boleh?” tanya Ervan agak gugup.
Risa yang tidak berani menatap langsung wajah Ervan, hanya menjawabnya dengan mengangguk. Lalu Ervan menggandeng kedua tangan Risa menuju kursi yang tadi Ervan duduki. Risa menduduknya sementara Ervan berdiri di sampingnya.
“Kau gak duduk?” tanya Risa.
“Gak usah. Akan lebih mudah begini,” jawab Ervan. “Jadi apa yang sebenarnya terjadi kemarin adalah aku ketahuan orang tuaku kalau aku selama ini berpacaran denganmu.” kata Ervan, membuat Risa langsung melototi Ervan dengan padangan kebingungan.
“Jadi bentar, selama ini orang tuamu gak tau kamu pacaran sama aku?” tanya Risa tak percaya. Ervan mengangguk. “Kenapa? Kau malu jika ketahuan orang tuamu berpacaran dengan aku atau karena orang tuamu melarang?” tanya Risa dengan dingin.
“Kok dia bisa nebak hal kayak gitu?” tanya Ervan di dalam hati.
“Jadi bener. Orang tua mu yang melarangnya kan?” tebak Risa.
“Ya, bener. Bagaimana kau bisa tau?” tanya Ervan.
“Kau kira kau bisa menyembunyikannya terus?” kata Risa malah balik bertanya.
“Enggak, enggak sama sekali. Malahan, jujur saja aku merasa bangga memilikimu sebagai pacarku.” kata Ervan, membuat Risa tersipu.
“Lalu kenapa kau tidak pernah bilang ke mereka?”
“Karena pasti mereka akan melarangnya, kecuali mereka sendiri yang memilihnya.”
“Hah?! Kalau emang orang tuamu gak bolehin kamu pacaran, kenapa kamu melakukannya?”
“Entahlah. Ini juga pertama kalinya untukku. Mungkin karena nafsu.”
“Apa maksudnya ‘Ini juga pertama kalinya untukku’?”
“Selama aku SMP aku belum pernah mengenal apa artinya cinta dan pacaran. Bahkan saat aku pertama kali bertemu denganmu, aku juga masih gak ngerti.”
“Terus kenapa kau ingin pacaran sama aku kalau kamu gak ngeri? Apa jangan-jangan kamu cuma mau mempermainkan perasaanku?”
“Enggak, enggak sama sekali.”
“Terus aja ngomong kayak gitu.” sengit Risa, mulai kesal.
“Karena, entah kenapa, setiap aku bertemu atau berpapasan denganmu aku selalu merasa gelisah dan dadaku berdetak sangat cepat. Awalnya aku kira ini penyakit dan aku langsung panik. Aku bilang sama Syamil apa yang aku rasakan saat itu, dan ia bilang kalau aku ini lagi jatuh cinta,”
“Ohhhh, jadi itu bagaimana awalnya.” gumam Risa di dalam hati.
“Tapi aku gak berani ngomong langsung kepadamu, apalagi nembak kamu,”
“Dia gak berani melakukan hal itu?” tanya Risa di dalam hati.
“Makanya yang aku bisa lakukan hanyalah melihat dan mengagumimu dari kejauhan,”
‘Oh, jadi gitu ya. Dia lucu juga saat malu seperti itu.” kata Risa di dalam hati.
“Aku sangat bersyukur kau juga mau berpacaran denganmu. Benar-benar kesempatan yang tidak akan datang dua kali. Itu mengapa saat kau menembakku, aku merasa sangat senang dan langsung menerimamu tanpa berpikir dua kali. Bahkan aku gak mikirin kalau orang tuaku sangat menentangnya-“
“Lalu, bagaimana dengan sekarang? Apakah orang tuamu masih gak suka kalau kita berpacara?” tanya Risa, memotong pembicaraan Ervan, dan akhirnya membuka suara.
“Sekarang?” Ervan tersenyum. “Berkat Syamil orang tuaku tidak lagi marah dan memperbolehkan aku berpacaran denganmu, ” Jawab Ervan dengan senyuman yang sangat manis.
“Jadi ini semua bisa terjadi karena anak itu?” tanya Risa di dalam hati.
“Aku tau, setelah kau mendengarkan cerita ini, kau pasti menganggapku penakut dan gak punya hati. Tapi aku masih ingin berpacara dengan mu. Jadi, kalau boleh-“
“Emangnya siapa bilang kita akan putus?” tanya Risa, memotong pembicaraan Ervan, membuat Ervan tersentak.
Risa berdiri lalu memeluk Ervan dan berkata, “Gak adil kalau aku gak membalas pelukanmu.” bisiknya.
Ervan pun juga ikut memeluk Risa. “Makasih udah percaya sama aku.”
Risa melepaskan pelukannya. “Oke, waktu sedihnya sudah habis. Sekarang aku ada pertanyaan baru untukmu,” kata Risa dengan serius.
ns 15.158.61.16da2