"Mbak, pesan satu es teh manis ya." pinta Raja kepada ibu kantin.
Sementara Raja membeli minuman untuknya, Kayla dan Chandra menunggu di meja kantin yang kosong.
"Buset! Beneran kalian jajan ya." ketus Chandra.
Kayla yang sedang menikmati risolnya, berkata dengan mulut penuhnya, "Lu nggak jajan Chandra?" Chandra yang melihat Kayla dengan mulut penuh, memandangnya jijik, lalu berkata, "Enggak, gua gak mau jajan. Gua udah bawa bekal sendiri."
"Ohhhh…"
"Tapi ngomong-ngomong, kalau lagi makan jangan bicara. Nanti keselek loh." nasehat Chandra.
Kayla mengunyah dengan cepat lalu menelannya. Lalu berkata, "Lu kayak ibu-ibu aja."
"Kalau begitu, mereka tidak salah dong." sengit Chandra, berbicara tanpa melihat ke arah Kayla.
Tak lama setelah itu, Raja kembali dan sudah membawa es teh manis dan bubur ayam. Chandra yang melihatnya, terkejut. "Buset! Katanya cuma mau beli cemilan doang." batin Chandra.
"Iya, ini." kata Raja sambil duduk di kursi di samping Chandra.
"Bubur itu cemilan bagi lu?" tanya Chandra, tidak percaya.
"Gua laper." kata Raja.
"Tapi inikan baru jam 7:30, udah laper aja?" tanya Chandra.
"Tadi pagi gua belum sarapan." jawab Raja lalu menyuap sesendok bubur. Chandra hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.
"Terserahlah," ucap Chandra, lalu seketika memasang wajah serius dan berkata lagi, "Sekarang, mari kita kesampingkan itu. Gua ingin membahas tentang hasil pengamatan gua tadi. Mungkin nggak banyak dan gak semuanya benar, tapi tolong didengarkan ya."
"Oke, boleh saja. Tapi bukan hanya lu yang punya dugaan, gua juga punya." kata Raja dengan percaya diri.
"Lu punya?" tanya Kayla yang awalnya tampak terkejut. "Kok bisa?" Namun, sekarang dengan wajah bengisnya dan mengangkat tinggi-tinggi dagunya dan berbicara dengan nada dingin.
"Bisalah." jawab Raja.
"Kalau gitu, coba kita dengarkan dulu dugaan yang lu punya." tantang Kayla.
"Baiklah, yang pertama adalah sebelum dibunuh, Gerald ada janji bertemu dengan seorang perempuan." kata Raja, membuat Kayla terkejut. "Hah!" seru Kayla, tidak mengerti. Sementara Chandra menanggapinya dengan cuek.
"Apa maksudnya bertemu dengan seorang perempuan?" tanya Kayla. Raja tersenyum lalu memandang Chandra sambil berkata, “Lu pasti ngerti kan Chan“ Chandra mengangguk sekali.
“Jadi Maksudnya dugaan Raja benar?” tanya Kayla kepada Chandra. Sekali lagi, Chandra mengangguk, membuat Kayla tercengang.
“Gua jadi merasa ketinggalan.” kata Kayla sedih. m
“Makanya disuruh masuk, masuk.” ejek Raja.
Kayla membuang mukanya lalu bertanya tanpa melihat ke arah Chandra, “Kenapa kalian berkata begitu? Apakah ada buktinya?”
“Ada, tapi agak susah untuk dijelaskan kalau lu enggak masuk tadi.” jawab Chanda. “Iya-iya, nggak apa-apa. Bilang aja bukti apa yang membuat dugaan Raja tadi benar.” pinta Kayla.
“Lu kok kayaknya nggak yakin banget sih sama dugaan gua.” kata Raja.
“Iyalah. Mana mungkin orang kaya lu punya dugaan. Kalaupun punya, palingan salah.” ejek Kayla dengan sifat angkuhnya.
“Akan gua buktikan dugaan gua itu benar.” ujar Raja.
“Baiklah, bagaimana caranya?” tantang Kayla.
“Chandra, coba jelaskan kenapa dugaan gua bener.” pinta Raja.
“Yah, gua lagi.” keluh Chandra di dalam hati.
“Kenapa lu minta Chandra? Kenapa gak lu sendiri aja? Inikan dugaan lu.” tanya Kayla.
“Nanti lu malah gak percaya.” jawab Raja.
“Tapi bukan berarti harus membawa Chandra juga dong.” batin Kayla. Chandra yang sudah tak tahan dengan suasananya, memukul keras-keras meja, membuat Raja dan Kayla berhenti berbicara.
“Serius napa. Kalau nggak, gua pulang nih.” ancam Chandra. Kayla dan Raja pun diam, saling membuang mukanya. Chandra pun menarik nafas. “Raja, tolong lu yang jelaskan, dan Kayla tolong dengarkan dulu baru mengomentarinya.”
Setelah mendengar perkataan parkataan Chandra, Raja pun berkata, “Baiklah, ini bukti yang gua dapatkan dari apa yang gua amati,” dengan muka serius. “Pertama, mulut Gerald bau permen mint.”
“Hah? Lalu?” tanya Kayla, lupa akan perjanjian yang baru dibuat Chandra.
“Ehem!” seru Chandra. “Eh, maaf. Silahkan lanjutkan.” kata Kayla.
“Tidak, tidak apa. Apa yang ingin lu tanyakan?” tanya Raja.
“Tentang permen mint itu, bukan beranti menemui peremuan. Mungkin dia hanya memakannya seperti biasa”
“Nggak, nggak mungkin. Gerald itu paling gak suka makan permen, apalagi rasa mint.”
“Oh, ya?”
“Iya, Gerald pernah bilang ke gua."
"Tapi tetap aja, bukan berarti dia ada janji dengan perempuan." kata Kayla, menentang.
"Memang ada orang makan permen dengan rasa yang mereka tidak suka, kalau bukan untuk bertemu perempuan?" tanya Raja. "Aaaaa, ada kali." jawab Kayla, ragu-ragu. "Ya gak adalah. Gerald pasti memakannya untuk menjaga mulutnya agar tetap wangi. Supaya gak mulu sama sih perempuannya." jelas Raja.
"Bener juga sih."
“Bukti kedua adalah settingan alarm di Smartwatch Gerald yang disetting pada pukul 6 pagi, waktu Gerald dan perempuan itu bertemu.” jelas Raja.
“Itu berarti, dugaan Chandra kemarin yang tentang jam itu benar?” tanya Kayla.
“Ya, dan bukan hanya itu. Tentang gudang adalah tempat kedua, juga benar.” kata Raja.
“Oh, berarti bukan mereka bersihin lantainya, tapi memang bukan di situ Gerald meninggal.” tebak Kayla.
“Betul sekali.” kata Raja sambil mengacungkan jempol.
“Itu juga menandakan kalau sih pelaku yang membunuh Gerakd adalah seorang yang memiliki status keuangan yang tinggi.” kata Chandra, membuat Raja dan Kayla saling pandang. “Status keuangan yang tinggi? Kenapa lu berpikir begitu?” tanya Kayla.
“Kerena sih pelaku tidak mencuri Smartwatch atau barang berharga lainnya milik Gerald. Padahal kalau dijual bisa mendapatkan uang yang cukup besar. jelas Chandra.
“Itu berarti motivasi sih pelaku hanyalah balas dendam,” tebak Kayla. Chandra mengangguk. “Itu berarti perlakunya adalah orang yang memiliki dendam atau benci dengan Gerald. Tapi siapa ya?” tanya Kayla lalu melihat ke arah Chandra. “Ma-maksud gua bu-bukan lu ya. Jangan salah sangka. Gua yakin kok bukan lu pelakunya.’ kata Kayla, merasa bersalah.
“Iya-iya, gua ngerti. Lagian gua juga gak punya dendam kok sama sih Gerald, atau siapapu yang ada di sekolah ini.” kata Chandra.
“Padahal sih, sih pelelaku bisa memeras uang dari keluarga Gerald dengan cara mengancamnya.” kata Raja.
Kayla yang tak mengerti bertanya, “Mengancam?”
“Jangan salah ya, status keluarga Gerald itu lumayan tinggi. Bapaknya itu kalau enggak salah adalah direktur.” jelas Raja.
“Lu tahu sampai sejauh itu? Hebat bener.” puji Kayla kepada Raja, membuat Raja tersipu malu.
“Tapi gua masih bingung deh. Gak hujank enggak ada apa, tapi sepatu Gerald kotor. Kok bisa ya?” tanya Kayla kepada Chandra.
“Gua tahu,” kata Raja, membuat pandangan Chandra dan Kayla menuju kepadanya. “Itu karena Gerald melompat pagar kantin yang penuh dengan lumpur itu.” jawab Raja.
“Ngapain Gerald lompat pagar kantin?” tanya Kayla.
“Karena pagar sekolah baru dibuka jam 6 kurang dan dan Gerald harus datang sebelum pagar dibuka supaya tidak membuat sih pelaku menunggu.” jelas Raja.
“Kalau begitu, sih pelaku pasti orang yang bener-bener dikagumi atau disukai Gerald, sampai-sampai dia melakukan itu semua hanya untuk tidak terlambat datang,” kata Kayla lalu berpikir sejenak. “Tapi gua agak kagum lu bisa menduga itu semua.” puji Kayla kepada, membuatnya tersipu malu.
“Sebenarnya dugaan itu nggak semua berasal dari gua. Chandra dan Bian ikut membantu memberikan usul.” kata Raja.
“Oh, pantesan.” gumam Kayla di dalam hati.
“Kematian Gerald disebabkan karena racun.” kata Raja.
“Racun? Gua gak ngerti, kenapa anak sepintar dan sejeli Gerald menelan racun begitu saja?” tanya Kayla, tidak mengerti.
“Kalau itu gua nggak ngerti. Mungkin dia gak tau itu racun, tau mungkin dia diiming-iming.” tebak Raja.
Raja, Kayla dan Chandra saling berpikir, mencoba mencari jawaban dari pertanyaan mereka masing-masing.
“Dugaan gua, malamnya, Gerald mendapatkan email dari sih pelaku bahwa mereka akan bertemu jam 6 lebih. Namun, kenapa Gerald melompati pagar kantin bukanlah karena pagar masih tutup, namun karena sepertinya perjanjian yang mereka buat memang rahasia dan tidak ingin orang lain tahu. Lalu Gerald malah dibohongin dan meminum racun yang sudah disembunyikan di dalam minuman atau makanan.” kata Chandra di dalam hati, mencoba mencari sendiri jawabannya. Ia belum mau dugaannya diketahui oleh Raja dan Kayla karena dugaannya pun masih belum bisa dibilang benar. Chandra memendam sendiri dulu sampai ia mendapatkan petunjuk yang lebih dalam. Namun, ia tidak bisa fokus kerena terus diganggu oleh Kayla dan Raja.
“Lalu setelah Gerald berhasil diracuni, sih pelaku bekerjasama dengan orang lain untuk membantunya mengangkut mayat Gerald ke gudang.” tebak Raja.
“Begitu ya?” kata Kayla, mulai mengerti. Namun, pernyataan itu ditentang oleh Chandra. “Itu salah.” membuat Kayla dan Raja kembali saling pandang.
“Salah bagian mananya?” tanya Raja.
“Awalnya, sih pelaku dan sih pembantunya tidak merencanakan untuk menaruh mayat Geral di gudang,”
“Terus? Itu?” tanya Raja, memotong pembicaraan Chandra.
“Mereka hanya terpaksa melakukannya karena hampir ketahuan oleh seseorang. Mereka bersembunyi di situ bersama dengan mayat Gerald.”
“Hah?! Oh iya? Berarti memang harusnya mayat Gerald nggak ditaruh di situ dong?” tebak Kayla.
“Iyalah. Mana mungkin seorang penjahat memamerkan kejahatannya kepada publik. Apalagi mereka meninggalkan banyak jejak. Kita saja anak SMA bisa menebak, apalagi polisi ya udah terlatih.” kata Chandra.
“Berarti, penjahatnya itu bisa terungkap dong oleh polisi?” tebak Kayla.
“Mungkin. Tapi tentu saja sih pelaku tidak sebodoh itu.” kata Chandra dengan senyuman lebar tertera di wajahnya. “Gua yakin mereka membawa pergi mayatnya, dan mungkin, waktunya adalah sekarang.” kata Chandra di dalam hati, lalu melihat ke arah gedung sekolahnya.
“Lu kenapa Chan?” tanya Kayla agak sedikit ketakutan dengan perilaku Chandra saat itu.
“Nggak papa.” jawab Chandra.
“Bentar, bentar, tadi lu bilang sih pelaku dan pembantunya bersembunyi di gudang?” tanya Raja.
“Iya, itu benar. Supaya tidak ketahuan mereka bersembunyi di sana. Sampai keadaan aman, mereka baru bisa keluar.” jelas Chandra.
“Tapi bukannya dari awal ketemu mayatnya, pintu sudah terblokir oleh sekumpulan anak-anak. Lalu kapan dia keluarnya?” tanya Kayla. Chandra tersenyum.
“Mungkin mereka kabur saat kita semua sudah masuk kelas.” tebak Raja.
"Salah. Bukan itu yang terjadi," kata Chandra, berbicara sendiri di dalam hatinya. "Karena panik sekolahan sudah mulai ramai, sih pelaku dan pembantunya tidak bisa keluar. Lalu bagaimana mereka keluar? Awalnya sih pencuri yang minta pembantunya untuk keluar duluan melalui jendela dan menyuruhnya untuk mengalihkan perhatian supaya sih pelaku bisa keluar dengan mudah dan cepat. Sih pencuri tahu jika pembantunya yang keluar melalui jendela, tidak akan terlihat mencurigakan. Ditambah, tidak ada yang akan melihatnya karena jendela gudang mengarah ke sebuah gedung basket yang kosong pada waktu itu. Namun, sebelum sih pembantu bisa beraksi, gua udah mengagetkan mereka dengan masuk ke dalam gudang itu. Itu mengapa saat pertama kali masuk, gua merasa hawa sejuk dari dalam. Bukan karena hawa dingin dari mayat, tapi itu berasal dari jendela yang baru saja dibuka. Sih pelaku bersembunyi, sedangkan membantunya mencari celah untuk menarik perhatian para murid di luar. Barulah saat ada kesempatan, yaitu saat pintunya ditutup, di saat itulah sih pelaku bisa keluar melalui jendela. Dengan teori yang gua memiliki, setidaknya gua bisa menebak siapa sih pembantunya itu.” Saking fokusnya Chandra perpikir di dalam hati, ia sampai tidak mendengar kalau dari tadi Raja memanggilnya.
“Woi! Chan, Chan!” ujar Raja sambil mengguncang-guncang pundak Chandra, membuat Chandra akhirnya tersadar.
“Oh iya, ada apa?” tanya Chandra.
“Lah, malah balik nanya?” ketus Raja.
“Em, maaf. Emang tadi kalian lagi ngebahas apa?” tanya Chandra.
“Gua dan Kayla baru saja menemukan siapa sih pelaku sekaligus pembantunya.” jawab Raja, membuat Chandra tercengang.
“O-oh ya? Siapa itu?” tanya Chandra.
“Makanya kalau orang lagi ngomong dengerin. Jangan bengong terus.” ejek Raja. Chandra pun tertawa karena malu, sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Tidak lama setelah itu, terdengar suara sirine mobil dari arah depan sekolah, yaitu arah parkiran.
“Waduh, bunyi apaan tuh?” tanya Kayla, penasaran.
Raja yang juga penasaran bangkit, lalu berkata, “Apa jangan-jangan polisinya udah dateng.” membuat Chandra entah mengapa merasa gugup.
Kayla pun juga ikut berdiri dari kursinya dan mengajak Chandra dan Raja untuk melihat penyelidikannya polisi secara langsung. "Eh, ayo kita lihat yuk."
"Emang boleh?" tanya Raja.
"Coba aja," jawab Kayla lalu menarik tangan Chandra. "Ayo kita ke atas melihat proses penyelidikannya."
"Capek ah gua. Lu berdua aja," jawab Chandra lalu berkata di dalam hatinya "Apa sebaiknya gua ikut aja kali ya. Kalau di sini enggak ada kerjaan.”
Tanpa membiarkan Chandra berpikir, Kayla yang tidak sabaran langsung menarik tangan Chandra, membuat Chandra hampir terjatuh.
“Hei! Hati-hati dong.” protes Chandra sambil terus ditarik oleh Kayla.
Chandra mencoba berhenti, namun Kayla terus memaksanya. “Raja, bantu gua.” pinta Kayla kepada Raja yang berada di belakang Chandra.
“Hm.” jawab Raja. Lalu tanpa menunggu aba-aba, Raja langsung mendorong Chandra dari belakang, membuat Chandra akhirnya berhasil dibuat menaikki tangga dan tanpa disadari sudah berada di dekat gudang sekolah. Chandra ngos-ngosan karena dari tadi dibuat berlari, dari kantin menuju ruangan paling pojok di lantai 2. Chandra yang kelelahan, jongkok lalu berkata, “Kalian tuh jahat banget ya.”
“Hehehehe, maaf.” kata Kayla.
“Eh, kalian berdua, lihat itu!” kata Raja sambil menunjuk beberapa polisi yang baru saja datang, berada di belakang mereka.
“Oh, tampaknya mereka sudah datang.” kata Kayla.
“Ayo kita lihat.” ajak Raja. Namun, belum sempat Raja melangkah, dari arah belakang ada yang memegang pundak Raja, membuat Raja terkejut. Ia berbalik lalu sedikit melompat ke belakang dengan sedikit berteriak.
“Hei! Jangan berteriak di lorong sekolah.” batin Pak Ayib, orang yang membuat Raja kaget. Karena hal itu, Kayla pun tertawa. “Ya ampun. Gua baru tahu ternyata Raja orangnya penakut.” ejeknya.
“Ih, enggak.” batin Raja dengan muka yang memerah kerena malu akan tingkahnya tadi.
“Bukannya bapak tadi udah nyuruh kalian pulang. Kenapa kalian masih di sini?” tanya Pak Ayib.
“Iya dong pak, kita kan anak rajin. Yang lain ya udah pulang, kita masih di sini.” kata Raja, membuat Pak Ayib semakin marah. Sampai-sampai Pak Ayib mengepal tangannya. Karena hal tersebut, Chandra yang melihatnya harus segera membalikkan keadaan supaya Pak Ayib tidak memarahi mereka.
“Kami sebenarnya penasaran dengan penyelidikan polisinya pak. Jadi bolehkah kami melihatnya?” tanya Chandra dengan senyuman dan mata memelas.
Pak Ayib menghela nafas. “Aduhhh, kalian ngerepotin aja sih.”
“Sebentar aja Pak. Nanti abis itu, kita pulang deh.” kata Kayla.
“Bener ya? Janji.”
“Iya Pak.” jawab Kayla.
“Yaudah deh, bentar aja ya.” jawab Pak Ayib.
“Makasih Pak.” kata Kayla.
“Tapi kalian tetap harus ada di samping hapak. Jangan ke mana-mana seenaknya.” nasehat Pak Ayib dengan tegas.
“Baik Pak.” jawab Raja dan Kayla serentak.
Lalu dari dari belakang, seorang polisi datang dan bertanya kepada Pak Ayib. “Permisi Pak, di mana ruangan yang dimaksud oleh bapak kepala sekolah itu?”
“Oh iya, silakan ikuti saya.” ucap Pak Ayib lalu membalikkan badannya dan berbicara kepada Chandra dan dua temannya, “Kalian jangan mengganggu ya.” sengitnya. “Ba-baik Pak.” membuat Kayla menjadi gugup untuk menjawabnya.
Pak Ayib menunjukkan jalan kepada polisi itu dan rekan-rekannya yang lain, diikuti oleh Chandra, Kayla, dan Raja. Sampai di depan pintu gudang, Pak Ayib segera mempersilahkan para polisi untuk masuk. “Di sini pak ruangannya. Silakan masuk.” “Baiklah kalau begitu, kami izin masuk.” kata salah satu polisi itu lalu meraih gagang pintu dan membukanya perlahan-lahan, membuat Kayla yang berada di belakang, merasa gugup. Aura dari dalam ruangan terasa lagi. Namun, hal yang tidak terduga banyak orang terjadi, membuat hampir semuanya terkejut.
“Ma-mayatnya hilang?” tanya Raja dari belakang.
ns 15.158.61.23da2