Sekarang Chandra, Kayla, dan Reva telah berada di perpustakaan, melakukan kegiatannya masing masing. Chandra dan anggota ekskul yang lain sedang membantu Pak Ayib dan guru penjaga perpustakaan mendaftarkan buku baru. Sedangkan Kayla dan Reva sedang belajar di ruangan ekskul literasi di dalam ruangan perpustakaan.221Please respect copyright.PENANAEXGFaZYuFH
“Aduh... susah banget sih ini.” keluh Kayla sambil memainkan pulpennya.
“Makanya kalau guru lagi menerangi, dengarkan. Jangan asyik sendiri aja,” ketus Reva lalu meregangkan tangannya. “Ya udah, kita istirahat dulu aja.” lanjutnya.
Muka Kayla yang awalnya masam, menjadi ceria lagi.
“Boleh?” tanya Kayla.
“Iya, boleh. Gua juga sekalian mau jajan.” jawab Reva. Kayla bersorak sambil lompat-lompat layaknya anak kecil.
Saat itu juga, Chandra masuk dan tampak marah. Chandra masuk dengan membanting pintunya. “Woy! Berisik banget sih,” membuat Kayla dan Reva terkejut. Kayla pun berhenti karena takut. “Kalian tahu kan ini perpustakaan?!” batin Chandra.
“Maaf-maaf. “ kata Reva. Chandra menghela nafas lalu berkata, “Terus gimana proses belajarnya? Berhasilkah?” tanyanya kepada Reva.
“Ya, enggak juga sih. Baru aja gua mau bahas permasalahannya, Kayla udah lemas. Ditambah dia mengeluh terus kerjanya.” jawab Reva. Chandra memandang Kayla dengan panjang dingin.
“Hehehe, maaf,” kata Kayla . Lagi-lagi, membuat Chandra menghela nafas. “Oh iya, kita mau ke kantin, lu mau ikut nggak?” tanya Kayla kepada Chandra.
“Bukannya belajar malah jajan. Ampun deh.” kata Chandra.
Reva bangkit dari kursinya lalu berkata, “Sudahlah nggak ap-apa. Gua juga pengen ke kantin kok. Lu mau ikut nggak?”
“Bekal gua masih ada, jadi nggak usah.” jawab Chandra.
“Kalau gitu, temenin kita dong.” pinta Kayla.
“Hah?!” seru Chandra.
“Masa lu biarin dua perempuan jalan sendiri ke kantin.” lanjutnya.
“Kantin kan dekat.” kata Chandra.
“Ayolah, temenin aja.” kata Reva ikut-ikutan.
Chandra meletakkan tangannya di dagunya, lalu berfikir dalam hati. “Apa gua ikut aja ya? Air putih gua habis sih. Gak apa-apalah, sekali-kali.” Lalu setelah itu, “Oke, gue ikut.” jawabnya.
“Oke… mari kita ke kantin.” ujar Kayla bersemangat lalu berjalan keluar.
Chandra dan Reva mengikutinya dari belakang.
221Please respect copyright.PENANAIuwIYRBQkY
Akhirnya, setelah Chandra, Reva, dan Kayla selesai membeli makanan, mereka memutuskan untuk balik ke perpustakaan. Diperjalanan menuju perpustakaan, “Lu cuma beli air doang Chandra?” tanya Kayla.
“Kan, udah gua bilang, bekel gua masih ada. Jadi, dari pada mubajir, mending dihabisin dulu.” jawab Chandra. Lalu ia memperhatikan jajanan milik Kayla dan Reva
“Lu jajan banyak juga ya. Padahal tubuhmu kecil.” kata Chandra berbicara kepada Kayla
“Lu bermaksud menguji atau menghina?” tanya Kayla.
Chandra tertawa kecil lalu menjawab, “Terserah lu aja.”
Saat sedang dalam perjalanan, Reva berhenti dan tampak seperti sedang mencium sesuatu, membuat Chandra dan Reva berbalik badan ,
“Kenapa Kay?” tanya Reva.
“Kalian mencium bau ini gak?” tanya balik Kayla. Reva yang penasaran langsung mencoba mencari bau yang dimaksud oleh Kayla itu.
“Bau apa ya?” tanya Reva, tidak bisa menemukannya.
“Coba lagi deh. Tapi sekarang perlahan-lahan.” kata Kayla.
“Bau apaan sih emang?” tanya Chandra.
“Entahlah, tapi baunya seperti darah.” jawab Kayla.
Chandra yang juga penasaran, ikut mencoba mencari bau tersebut. Lalu beberapa saat kemudian, seketika Chandra terkejut. Mukanya menjadi agak pucat.
“Lu menciumnya kan?” tanya Kayla kepada Chandra.
“Iya,” jawab Chandra lalu menciumnya lagi, mencoba mencari dari mana asalnya. “Dari arah sini,” pada Chandra sambil menuju ke arah lorong di sebelah kiri mereka. “Ikutin gua.” lanjutnya lalu berlari
Karena penasaran, Kayla dan Reva mengikutinya. Mereka terus berlari hingga tiba-tiba Chandra berhenti di sebuah ruangan kelas yang pintunya sudah terkunci.
“Dari sini arah baunya.” kata Chandra.
“Sini, biar gua coba buka,” Reva pun mencoba membuka pintunya, namun tidak bisa. “Nggak bisa. Pintunya sudah dikunci.” lanjutnya yang masih bersusah payah, berusaha untuk membuka pintu tersebut.
“Masa sih?” tanya Chandra lalu berjalan mendekati pintu. “Sini biar gua coba.” katanya lagi, lalu ia mencoba membuka pintunya, namun tak bisa. Ia pun mencoba mendorongnya dengan sekuat tenaga. Tapi karena tenaganya terlalu lemah, Chandra pun tidak bisa melakukannya. Karena hal itu Chandra sampai ngos-ngosan.
“Nggak bisa ya?” tanya Reva, khawatir kepada Chandra.
“Iya, pintunya terlalu susah untuk dibuka.” jawab Chandra.
“Ya elah, cowok bukan sih? Gini aja gak bisa.” ejek Kayla lalu mendorong Chandra ke belakang.
“Kayak lu bisa aja.” sengit Chandra.
“Bisalah. Sekarang giliran gua,” kata Kayla lalu menggulung lengan tangan bajunya.
“Oke, siap-siap pintu. Lu akan merasakan akibatnya karena tidak mau terbuka.” Baru saja Kayla bersiap-siap untuk mendorong pintu, tiba-tiba Pak Hasan datang dan mengejutkan mereka bertiga.
“Hei! Kalian sedang apa?” tanyanya sambil berjalan mendatangi mereka. “Apa kalian mencoba merusak pintu sekolah?”
“Enggak pak, bukan begitu.” jawab Kayla. Lalu ia mundur selangkah demi selangkah menjauhi pintu tersebut.
“Maaf jika saya berbicara lancang, tapi bisakah Bapak membuka pintu ini.” pinta Chandra.
“Untuk apa?” tanya Pak Hasan.
“Kami menemukan sesuatu yang ganjil di dalam sana. Jadi tolong biarkan masuk.” jawab Chandra.
“Ganjil? Ada apa memangnya di dalam?” tanya Pak Hasan.
“Kami mencium bau darah dari dalam pak.” jawab Kayla.
“Darah?” tanya Pak Hasan masih kurang mengerti.
“Bapak punya kuncinya kan? Jadi tolong, bisakah bapak membuka pintu ini.” pinta Chandra lagi.
“Baik-baik, akan bapak buka.” jawab Pak Hasan lalu mengambil kunci dari dalam sakunya yang terikat dengan kunci lainnya, membuatnya susah untuk mencarinya karena harus mencarinya dulu satu-persatu. Namun, dengan cepat, Pak Hasan berhasil menemukan kuncinya dan segera membuka pintu tersebut. Chandra menyadarinya ada yang ganjil tenang hal itu. Lalu dengan hati-hati mengawasi setiap langkah Pak Hasan dan juga tidak lupa sekitarnya.
“Eh, Chan!” kata Reva sambil menjawil lengan baju Chandra.
“Ada apa?” tanya Chandra tanpa melihat Reva.
“Harusnya gua yang bertanya, kepada lu-“ Belum selesai Reva bertanya kepada Chandra, pintu tersebut sudah terbuka, membuat Chandra tidak fokus lagi kepada Reva. Kayla buru-buru memasukki kelas tersebut. Tapi sebelum itu, ia juga mengajak Chandra dan Reva untuk masuk. “Ngapain kalian bengong aja? Ayo masuk.” lalu Kayla berlari masuk kedalam.
“Maaf ya, bertanya nanti saja.” kata Chandra lalu ikut masuk ke dalam.
Chandra baru saja mengijakan kakinya ke dalam kelas, Chandra sudah bisa mencium bau darah yang sangat menyengat.
“A-apa yang terjadi?” tanya Kayla, yang terlihat sangat ketakutan. Chandra dan Pak Hasan pun juga begitu. Bahkan Reva tak berani masuk kerena hal itu. Hari Selasa, pukul 14:49 terjadi kasus baru. Seorang siswa laki-laki ditemukan berlumuran darah di dalam ruangan kelas kosong, yang biasa digunakan untuk rapat antar sekolah. Korban ditemukan dengan keadaan duduk diatas kursi. Tubuhnya diikat oleh tali dan wajahnya ditutupi oleh kain, membuat orang-orang bisa mengetahui identitasnya. Kepalanya penuh dengan darah, tampak seperti dipukul dengan benda keras. Namun, Chandra tidak melihatnya demikian. Kasus kali ini, baju korban dan tempat kejadian terpenuhi oleh darah. Reva, Chandra, Kayla, dan Pak Hasan tercengang melihatnya. Tubuh mereka spontan gemeteran karena hal itu. Keringat dingin pun juga mulai keluar dari poro-pori tubuh mereka masing-masing. Bahkan, gara-gara hal itu, Kayla sampai pingsan.
“Kayla?!” Reva, Chandra, dan Pak Hasan terkejut melihatnya. Tapi untungnya, Chandra berhasil menangkap dan Kayla terselamatkan dari terhantam jatuh ke lantai. Hal itu membuat kaget orang yang berada di luar, baru saja datang dan langsung kaget melihat Kayla pingsan.
“Kayla?” tanya seseorang di luar.
“Raja?!” Chandra tak percaya Raja juga ada di sana. Raja yang belum mengetahui ada kasus baru, segera memasuki ruangan. Namun seperti yang lain, ia mematung saat melihat korban berlumuran darah.
“Ter-terjadi lagi?!” tanya Raja tak percaya akan apa yang ia lihat.
Saat yang lain masih tak bisa bergerak karena ketakutan, tangan korban bergerak. Chandra yang melihatnya, terkejut. Ia pun memutuskan untuk mengecek keadaan korban.”
“Raja!” panggil Chandra. Raja yang masih syok, menoleh. “Tolong bawa Kayla ke UKS.” pintanya.
“Hah?!”
“Raja!” bentak Chandra, yang akhirnya membuat Raja sadar kembali.
Raja cara mengendalikan dirinya dan langsung berlari ke arah Chandra dan mengambil ahli tubuh Kayla dari genggaman Chandra. Setelah bebas, Chandra manggambil nafas panjang-panjang lalu berjalan perlahan-lahan menuju ke arah korban. “Chandra, kamu mau ngapain?” tanya Pak Hasan.
“Saya ingin mengecek keadaan korbannya Pak.” jawab Chandra.
“Hei, jangan. Bahaya.” larang Pak Hasan.
“Tapi tadi saya melihat korbanya masih bergerak,” mendengar ucapan Chandra, Pak Hasan terkejut. “Mungkin dia masih hidup.” lanjut Chandra.
“Jangan! Lu nggak takut apa?” tanya Raja.
Namun, Chandra tidak mendengarkannya perkataan Raja dan Pak Hasan. Rasa penasaran Chandra sudah mengalahkan rasa takutnya, membuat ia tetap bersikeras untuk mengecek keadaan korban. Sampai akhirnya Pak Hasan membentak Chandra.
“Chandra, berhenti!” membuat langkah Chandra berhenti. Lalu ia menoleh kebelakang, ke arah Pak Hasan yang tampak marah.
“Apakah kau tidak mendengar perkataan Bapak?” tanya Pak Hasan.
“Saya mendengarnya kok pak.” jawab Chandra.
“Kalau memang denger, sekarang kalian harus keluar.” ketus Pak Hasan.
“Biar saya bantu Pak.” kata Chandra, masih tetap bersikeras.
“Nggak usah. Kalian mending panggil Mas Fajar aja.” kata tetap bersikeras.
Mas Fajar adalah OB sekolah ini. Sementara itu, Reva yang berada di luar mencoba melihat sekelilingnya, terutama korbannya. Saat itu juga Reva menyadari sesuatu. “I-itu kan?”
Kembali ke percakapan Chandra dan Pak Hasan, “Tapi saya juga mau melihat keadaan korbannya pak.” kata Chandra.
“Ini bahaya. Kalian sebaiknya keluar saja.” kata Pak Hasan.
Reva yang tidak tahan melihat pertangkaran itu, masuk dan mencoba membujuk Chandra. “Sudahlah Chandra. Ayo kita ke luar saja,” ajaknya yang memberanikan diri untuk masuk ke dalam. Lalu mencoba membujuk Chandra untuk ikut keluar. “Masih butuhkah kita panggil Mas Fajar?” tanya Reva kepada Pak Hasan.
Pak Hasan menghela nafas lalu menjawab, “Ya, silakan. Tolong cepat ya.”
“Baik Pak. Ayo Chandra, Raja.” kata Reva kepada mereka berdua. Raja mengangguk lalu ia segera menggendong tubuh Kayla dan keluar.
“Chandra, ayo kita pergi,” kata Reva kepada Chandra yang masih fokus memperhatikan sekitarnya.
Karena tak kunjung bergerak, Reva megenggaman tangan Chandra dan berkata, “Chandra, ayolah.”
Chandra melirik ke arah Reva yang terlihat khawatir tentang sesuatu. “Oke.” kata Chandra, akhirnya terpaksa harus keluar mengikuti Reva dari belakang.
221Please respect copyright.PENANALIfiZEcJGb
Reva menggandeng tangan Chandra membuat Chandra juga terpaksa ikut berlari. Chandra yang merasa kesal karena dihalangi untuk melihat dan mengecek keadaan korbannya berhenti dan juga memaksa Reva untuk berhenti Reva berbalik dan bertanya kepada Chandra, “Ada apa Chan?” Membuat Raja yang berada di belakang mereka pun ikut berhenti.
“Kita ngapain berlari kalau nggak ada tujuannya?” tanya Chandra.
“Lu bener juga.” ujar Reva tersadar. Reva melepaskan tangan Chandra yang tadi ia gandeng, lalu berkata, “Kalau begitu, Chandra lu temenin Raja ke UKS. Sementara gua akan mencari Mas Fajar.” usul Reva.
Namun Chandra menolaknya. “Tidak, jangan begitu. Mending lu yang nemenin Raja, biar gua yang mencari Mas Fajar.” katanya.
“Kenapa?” tanya Reva.
“Kayla kan perempuan jadi sebaiknya diberi pertolongan pertama juga sama perempuan.” jawab Chandra.
“Benar juga sih. Tapi-“
“Udah, kita nggak punya banyak waktu.” kata Chandra.
“Chandra bener, memang seharusnya lu yang nemenin gua.” kata Raja.
Reva menghela nafas. “Oke-oke.” jawab Reva. Raja mengangguk lalu berjalan dengan cepat membawa Kayla ke UKS.
“Kalau begitu, tolong ya.” kata Chandra. Lalu ia langsung berlari ke arah yang berlawanan, atau lebih tepatnya dia berlari menuju pos satpam yang berada di sebelah gerbang sekolah.
“Cih!” seru Reva tidak terima. “Sok merintah-merintah aja.” sengitnya Reva pun mengikut Raja dari belakang. Namun karena tidak ada pilihan lain, ia pun harus mengikuti perintah Chandra. Reva pun tidak hanya diam lalu mengikuti Raja menuju UKS.
Sambil berlari secepat mungkin, Chandra berpikir, “Apa yang terjadi? Apakah sang membunuh itu beraksi lagi? Tapi kenapa cara membunuhnya sangat berbeda dari yang sebelumnya? Apa jangan-jangan ini berbeda pelaku? Kalau itu benar, berarti di sekolah ini ada 2 pembunuh.”
221Please respect copyright.PENANAeQ8QFUI4b6
221Please respect copyright.PENANA5cT4NKRVPO