Sementara Chandra masih menuju berada di lantai 1, mencoba mencari orang tersebut .227Please respect copyright.PENANAgqT6fYoBGw
“Nah, itu dia orangnya,” kata Chandra yang akhirnya sudah menemukan targetnya. Chandra segera menghampirinya. “Raya!” panggil Chandra yang sudah berada di belakangnya sambil menepuk pundak Raya. Raya terkejut oleh Chandra yang tiba tiba sudah berada di belakang, “Eh, Chandra? Kenapa?” tanyanya kepada Chandra.
“Bolehkah gua minta waktu elu sebentar.” pinta Chandra.
“Emmm, boleh saja sih. Tapi untuk apa?” tanya Raya.
“Sudah, ikut saja.” Tanpa menjelaskan apapun Chandra pun berjalan mendahului Raya. Raya mengalah nafasnya, lalu dengan perasaan tidak senang, ia pun mengikuti Chandra. Setelah menemukan tempat yang sepi, yaitu ujung gedung, merekapun berhanti di sana.
“Jadi ada apa?” tanya Raya sambil melipat kedua tangannya.
“Sebenarnya gua perlu bantuan lu.” jelas Chandra.
“Bantuan macam apa itu?” tanya Raya.
Chandra mendekat lalu berbisik kepada Raya. Setelah selesai ia memberika Raya sebuah botol kaca kecil berisi sebuah cairan putih. Raya mengambilnya lalu memperhatikannya baik-baik. “Apa ini?” tanya Raya sambil menggoyang-goyangkan botol tersebut yang berisi sebuah cairan.
“Oh, itu racun.” jawab Chandra dengan tenang. Namun itu tidak berlaku bagi Raya
“Hah?! Apa lu bilang? Racun?” tanya Raya tidak percaya.
“Mungkin agak terlalu berlebihan jika dibilang racun.”
“Terus apa ini sebenarnya?” tanya Raya.
“Itu cuma obat dius doang. Nggak usah takut itu kali. Lagian, lu kan sudah pernah membunuh orang. Harusnya seharusnya racun bukanlah hal yang menakutkan lagi bagi lu.” ketus Chandra.
“Ma-maksud lu apa? Me-membunuh orang?” tanya Raya terbata-bata.
“Loh? Apakah gua salah? Lu kan membunuh Arsyad, gadis itu, dan terbaru ini, Danis. Betul kak?” tanya Chandra.
“L-lu sudah tahu?”
“Iya, gua tahu.”
“Sejak kapan?”
“Entahlah.” jawab Chandra.
“Lalu lu tidak melaporkan ke polisi?” tanya Raya.
“ Tentu saja aku akan melakukannya dan lu juga pasti akan gua laporkan.”
“G-gua?” Muka Raya memerah karena malu ketahuan oleh Chandra.
“Padahal gua kira lu itu anaknya baik, tapi gua salah besar. Ternyata lu malah membantu seorang pembunuh. Gua sih kasihan aja elu karena hidup akan hancur setelah ini.”
“Ha-hancur?”
“Tentu saja. Jika gua mau gua bisa memasukan lu ke dalam penjara. Atau kalau jika gua tidak melakukannya, lu pasti akan membuat malu orang tua dan akan dijauhi oleh orang-orang yang kau sayangi.”
“Dan siapa yang akan memberitahu mereka itu semua?”
“Gua tentu saja. Jika elu menolak permintaan bantuan gua, gua pasti akan memberitahukan semua orang, termasuk orang tua lu.”
“Kalau gua menolak?” tantang Raya.
“Akan gua laporkan dan gua akan menyebarkan informasi soal lu yang membantu sih pembunuh itu.”
“Bagaimana caranya orang mati akan melakukannya?”
Chandra tersenyum sinis lalu dengan bangganya dia menjawab, “Lu kira gua semudah itu dikalahkan? Gua punya rencana cadangan dan gua pasti akan memasukannya ke dalam penjara, bahkan kalau gua mati.”
Raya tertawa kecil mendengarnya. “Dan bagaimana cara elu melakukannya?” sengit Raya.
“Gua tinggal meminta orang itu untuk mengaplod video dan tersebarlah kebenaran tentang rahasial kecilmu itu kepada sekolah ini,” Raya yang mendengarnya langsung gemeteran. “Lu kira gua semudah itu dikalahkan? Gua itu satu langkah lebih maju dari pada kalian. Gua tahu apa yang kalian pikirkan. Jadi jangan coba-coba menipu,” Tangan Raya mulai mengeluarkan keringat karena mendengar kata-kata Chandra. “Jadi, apakah kita sepakat?” Chandra mengeluarkan tangannya.
Raya menelan ludah lalu menjabarkan tangan Chandra tanpa berkata sepatah katapun.
“Baiklah, kita sepakat ya. Gua mengandalkan kau nanti.” lalu tanpa berbasa-basi lagi Chandra meninggalkan Raya.
ns 18.68.41.181da2