Beberapa hari kemudian, atau lebih tepatnya hari pada Selasa, keadaan sudah kembali tenang. Tidak ada lagi kasus pembunuhan sejak saat itu, setidaknya sampai sekarang ini. Bel berbunyi, menandakan waktu pulang telat tiba.
“Baik anak-anak, silahkan membereskan barang-barang kalian, lalu kita membaca do’a.” ajak Pak Hasan, guru SBD di kelas Chandra.
Anak-anak segera merapikan barang-barangnya. “Baiklah, berdo’a dimulai,” kata Pak Hasan memimpin doa, lalu menundukkan kepalanya, diikuti oleh semua murid. Beberapa menit kemudian, “Berdo’a selesai.” kata Pak Hasan, lalu melangkah menuju meja guru dan mengambil buku-bukunya. “Oke, silakan kalian pulang.” lanjutnya.
Pak Hasan meninggalkan kelas diikuti oleh para murid. Seperti hari-hari biasa, para murid langsung berlarian menuju pintu, ingin cepat-cepat pulang. Sementara Chandra menunggu sampai keadaan sepi. Tiba-tiba, Kayla mendatangi Chandra, lalu duduk di bangku orang lain di depannya yang sudah kosong.
“Hai Chan!” panggil Kayla.
Chandra yang sedang baca novel, menoleh. “kenapa?” tanya Chandra tanpa melihat ke arah Kayla.
“Ini kan sudah hampir seminggu semenjak pembunuh itu terjadi, dan sekarang tidak ada lagi pergerakkan lagi dari sang pembunuh,”
“Lalu?” tanya Chandra, masih asik sendiri membaca novelnya. Bertanya sebelum Kayla selesai berkata.
“Apa yang akan lu dilakukan selanjutnya?”
“Entahlah.” jawab Chandra, acuh.
“Katanya kalau pembunuhnya sudah tidak menunjukkan tanda-tanda pergerakan lagi, lu akan menyelidiki dan mengungkapkan siapa di baliknya.” kata Kayla.
“Ya, mungkin.” jawab Chandra.
“Kalau begiitu, gua bantu. Gua akan pastikan pembunuhnya tidak kabur begitu saja.” Chandra yang masih asyik membaca novel, menghela nafas lalu berkata, “Sebenarnya, beberapa hari ini gua berfikir. Sampai saat ini, yang kita tahu, hanya Gerald yang menjadi incaran pembunuhnya, mungkin itu benar dan mungkin sang pembunuh tidak akan membunuh orang lain.”
“Jadi apa maksud lu?”
“Maksud gua adalah, kenapa gua repot-repot melakukannya jika memang itu benar?
Mungkin gua nggak harus melakukan apapun. Lagipula, kalau memang gua berhasil mengugapkan siapa pelakunya, apa yang harus gua lakukan selanjutnya?”
“Melapor ke polisi tentu saja.”
“Dan menjelekkan nama sekolah kita? Mungkin seharusnya lepaskan saja.”
“Lu-lu serius? Bercandakan?” tanya Kayla, panik.
“Kenapa gua harus bercanda?”
“Ta-tapi?”
“Seperti gua mau balik bertanyaan kepada lu, apa yang akan kita lakukan jika sudah tahu siapa pembunuhnya?”
“Yang pasti kita tidak boleh membiarkannya lepas begitu saja,” jawab Kayla. Chandra menguap karena lelah melihat Kayla. “Mungkin dia tidak melakukannya dia sini karena takut ketahuan. Tapi bagaimana jika dia melakukannya dia tempat lain?” Chandra hanya diam dan mendengarkan dengan lesu Kayla yang sedang mengoceh. “Bagaimana jika dia malah membunuh keluarga kita.” lanjut Kayla.
“Imajinasi lu terlalu liar ya.” ejek Chandra lalu menutup novelnya dan bangkit. Setelah itu berkata, “Tapi apapun alasan, gua udah janji ama lu, dan gua nggak mau dikatakan cowok tidak tahu diri karena berani mengingkari janji. Jadi gua akan tetap lakukan penyelidikannya, entah apa yang akan terjadi selanjutnya.” Kayla yang mendengarnya merasa sangat senang.
“Beneran?” tanya Kayla. Chandra mengangguk.
“Tapi kita harus mengganti waktu penyelidikannya.” kata Chandra.
“Tidak apa-apa. Hari apapun itu, gua akan tetap membantu.”
“Gitu ya?”
“Jadi, kapan? Besok?” tanya Kayla, terlihat antusias.
“Tenang dulu,” kata Chandra sambil memegang pundak Kayla dan berfikir. “Em, Sabtu.” jawab Chandra.
“Sabtu? Emangnya kenapa hari itu?” tanya Kayla penasaran.
“Karena kebanyakan murid pada libur di hari itu. Yang ada hanyalah murid yang ikut ekskul, guru, OB, satpam, dan staf TU lain. Tidak ramai, tapi juga tidak sepi. Itu adalah kesempatan yang bagus untuk kita menyelidiki pembantu itu.” jelas Chandra. “Oh, oke. Nanti gua ikut ya.” kata Kayla.
“Terserah.” jawab Chandra.
Saat itu juga, Reva yang masuk ke kelas saat Kayla dan Chandra sedang asyik mengobrol, dan langsung mendatangi Chandra untuk mengajaknya ke ruang ekskul.
“Hai Chan,” sapa Reva kepada Chandra. Namun dibuat terkejut dengan kehadiran Kayla. “Loh, ada Kayla juga? Belum pulang?” tanya Reva kepada Kayla.
Kayla bangkit lalu menjawab, “Ini baru mau pulang kok. Kalau lu sendiri?”
“Gua masih ada ekskul dan baru pulang nanti.” jawab Reva.
“Ekskul? Ekskul apa hari Selasa?” tanya Kayla.
“Ekskul literasi.” jawab Chandra.
“Ohhh, iya,” ujar Kayla sambil mengetik jari. “Kalau nggak salah, lu juga ikut ekskul itu ya!” tanyanya kepada Chandra.
“iya.” jawab Chandra.
“Berarti 1 ekskul sama Reva dong?” tebak Kayla.
“Iya.” jawab Chandra dan Reva bersamaan.
“Cie, cie, barengngan ngomongnya. Satu ekskul pula. Kayak pasangan aja.” goda Kayla, membuat Reva menjadi tersipu.
“Ma-masa sih?” tanya Reva sambil memainkan jarinya.
Saat Reva dan Kayla sedang asyik mengobrol, Chandra melihat jam tangannya. “Eh, udah jam segini,” katanya sambil menunjukkan jam tangannya kepada Reva dan Kayla. “Cepetan yuk. Nanti Pak Ayib dan yang lain nungguin.” lanjutnya.
“Gua boleh ikut gak?” tanya Kayla.
“Ikut? Ngapain?” tanya Chandra.
“Ngapain aja boleh, yang penting bisa membuat gua tidak bosan lagi.” jawab Kayla.
“Emang lu nggak mau pulang?” tanya Reva.
“Nanti aja deh,” kata Kayla lalu mengambil sebuah buku paket dari dalam tasnya. “Sebenarnya gua pengen minta tolong sama Chandra untuk membantu mengerjakan tugas-tugas ini.”
“Jadi itu maksud lu sebenarnya belum mau pulang?” tanya Chandra, tiba-tiba lesuh karena mendengar hal tersebut.
“Hehehe, iya.” jawab Kayla.
Chandra mengacak-ngacak rambutnya, lalu berkata. “Ya elah, padahal gua udah ada rencana untuk menghabiskan waktu gua membaca buku.”
“Please, tolong gua dong.” kata Kayla.
“Kalau mau, gua bisa ngebantu.” tawar Reva.
“Hah? Beneran?” tanya Kayla.
“Gue mah nggak sepintar Chandra, tapi setidaknya gua-“
“Gak apa-apa. Jadi tolong ajarin gua.” kata Kayla, memotong perkataan Reva, lalu menggenggam erat tangan Reva dengan kedua tangannya. Reva yang merasa tidak nyaman, menarik tangannya, mencoba lepaskannya dari gengaman Reva.
“Oke, oke, gua bantuin.” kata Reva. Kayla bersorak karena senang, membuat Chandra kebisingan.
“Woi! Berisik!” seru Chandra. Kayla langsung menutup mulutnya rapat-rapat. Chandra yang tidak ingin menunggu lama, bergegas meninggalkan kelas, meninggalkan Kayla dan Reva. Reva dan Kayla pun mengikuti Chandra berjalan menuju perpustakaan.
ns 15.158.61.39da2