Langit telah mengizinkan matahari untuk beristirahat, sehingga bulan yang menggantikan di shift malam. Api di perapian mulai dinyalakan oleh Bibi Kathryn. Dapur yang terlihat sibuk dengan tugasnya menyiapkan makan malam. Belum ada satupun yang duduk. Sisanya tinggal masalah waktu yang mengumpulkan mereka untuk berkumpul di tempat biasanya. Sementara angin musim gugur tampak terasa lebih dingin dari biasanya.
Monkey yang lebih duluan hadir berdiri, pandangannya di luar jendela memikirkan beberapa hal. Dalam dirinya mengaku bahwa petunjuknya sudah cukup, bahkan boleh jadi lebih dari cukup. Tapi masalahnya bukti masih sangat sedikit, bahkan yang sedikit itupun masih abu – abu.
Seseorang menghampirinya dari belakang.
“Ah, Tuan Steve!”
“Tuan Monkey, mari duduk.”
“Ah, nanti saja.”
“Adakah perkembangan? Atau mungkin ada yang belum anda ketahui?”
Monkey menghela nafas.
“Mereka semua kurang berterus terang. Sebenarnya saya kurang bukti. Terutama foto atau sejenisnya.”
Ia berbisik.
“Saya akan bantu cari yang anda inginkan. Sebenarnya saya juga merasakan demikian.”
“Maksud anda?”
Pria itu berbalik arah berjalan kecil menjauhi jendela, Monkey setelahnya.
“Saya mencoba menjadi detektif! Setidaknya saat kalian berdua kemarin tidak kesini.”
“Oh? Ini menarik. Apa yang anda dapatkan?”
Mereka berdua menyadari dari kejauhan beberapa orang mulai menuju kesana.
Mereka pun langsung berbalik menjaga sikap.
“Waktu itu saya hendak ke toilet. Saya melihat dari atas Chester agak aneh. Daripada penasaran saya harus menjadi detektif itu sendiri, toh bisa saja ini masukkan untuk novel terakhir yang saya buat. Menuruni tangga dan agak mengendap – endap, Saya melihat Henrietta masuk ke kamar Chester.”
“Anda yakin?”
“Anda janji tidak bilang ke siapa – siapa?”
Monkey mengangguk, pria itu langsung duduk pada tempatnya.
Selang beberapa menit, semua orang tampak telah berkumpul. Menempati mejanya masing – masing seperti kemarin pagi. Pintu dapur terbuka dengan gerobak makanan, masing – masing didorong oleh dua pembantu muda itu. Bibi Kathryn mendorong gerobak yang berisi empat jenis minuman. Diantaranya jus, susu, air, dan kopi yang biasa diminum bila ingin bersantai. Namun saat semuanya sudah siap kecuali Tuan Keith yang berada di Ipswich, dua orang lagi masih belum hadir. Satunya adalah tambahan orang yang diundang makan bersama adalah Nyonya Dornicle. Justru orang kedua ini yang tidak lumrah bila membuat orang lama menunggu, padahal biasanya orang itu datang lebih awal.
“Mana Chester?” Tanya Nyonya Lorraine.
Steve mengambil inisiasi dan pergi.
“Baiklah sambil menunggu, ada yang ingin melapor sesuatu?” Nyonya Antoinette menoleh ke semua orang.
Seseorang mengangkat tangannya.
“Silahkan, Edelyn.”
Ia mengeluarkan kertas yang terlipat dari sakunya.
“Berita bagus bahwa stok bawang, lobak, dan beberapa milik pertanian sudah dipesan tapi belum dikirim. Yang kedua adalah diperkirakan chanterelle besok sudah siap. Yang ketiga beberapa perusahaan sedang menawar adas milik kita total tiga ton. Yang keempat seperti biasa stok ikan keseluruhan telah dikirim sore ini menuju Glasgow.”
“Itu menyenangkan untuk didengar.” Ucap Henrietta.
“Nah sekarang kabar buruknya…” Edelyn menghela nafas. “Saham kita turun tiga persen. Yang kedua adalah pengeluaran aneh masih ada. Disini tercatat pembelian lima ekor sapi dan sepuluh ekor ayam. Masalahnya saya tidak melihat realisasinya atau adanya penambahan. Demikian dan terima kasih.”
“Terima kasih, Edelyn.” Tambahnya memandang tajam orang lain. “Bagaimana maksudnya ini, Henrietta? Dulu stok ikan yang terus bertambah, apakah kedepannya ada hal lain?”
Wanita yang dmaksudnya berdiri.
“Memang benar tidak ada pesanan yang diminta itu datang. Masalahnya adalah bagaimana catatan itu bisa ada? Lagipula pembelian tidak mungkin terjadi tanpa izin dan tanda tangan dari keuangan, kan?”
Edelyn mengambil kertas lain, lalu diberikannya lewat meja.
“Saya tidak pernah memberikan instruksi untuk membuatkan Purchasing Order. Ini tidak ditandatangani, abaikan saja karena tidak semua orang bisa meniru tanda tanganku. Tapi perhatikanlah disitu ditulis perwakilan. Lalu stempelnya?”
Wajahnya mulai agak panik.
“Apa maksudnya ini? Aku tak pernah memberi stempel yang seperti ini!” nadanya mulai menaik. “Percayalah padaku Lorraine! Aku tak mungkin melakukan ini!”
Monkey menaikkan salah satu alisnya mendengar perdiskusian tersebut.
Nyonya Antoinette membuang muka.
“Kami berbicara dengan data, Henrietta. Kalau kau tidak setuju, seharusnya ada data yang mendukungmu. Atau seseorang memastikan bahwa kau tidak mungkin melakukan hal itu. Faktanya itu tidak mungkin karena kita dilarang keluar rumah, sementara kasus masih berjalan.”
“Hey, kau bercanda? Justru karena itu aku semakin tidak mungkin melakukan hal itu! Bagaimana—”
Edelyn menyela nadanya menyentak
“Makanya katakan itu berdasarkan bukti!”
“Aku tidak melakukan itu, kau tuli?” Balasnya jengkel.
Sementara itu Desdemona melihat ke arah lain, ada dua hal yang menyita perhatiannya lebih daripada percekcokan mereka. Salah satunya adalah wanita parubaya tukang kebun baru saja naik. Yang satu lainnya hal yang mencurigakan, Steve yang mengetuk kamar sambil memaksa membuka bahkan Nyonya Dornicle menghampirinya. Segeralah ia menarik – narik kecil baju Monkey yang tepat di sebelahnya.
Monkey pun menghampiri pria berponi tanda koma itu, Desdemona setelahnya.
“Ada masalah, Tuan Steve?”
Pria itu semakin kuat menggerak – gerakan gagang pintu sambil mendorong.
“Pi—pintunya dikunci, Tuan Monkey!” Katanya agak panik.
Semua orang perlahan menghampiri.
Monkey pun menyuruhnya mundur lalu mendobrak dengan sekuat tenaga.
“Ada apa ini? Tanya Nyonya Lorraine bingung.
“”Seperti yang anda lihat, pintunya dikunci. Tuan Monkey sedang mengusahakan.”
Kali keduanya pintu itu didobrak, masih belum terbuka.
“Ini aneh. Tidak biasanya ia begini, Nona Desdemona.” Nada Nyonya Antoinette khawatir.
Semua orang berharap pada usaha Monkey yang selanjutnya berhasil.
Ketiga kalinya itu di dobrak pintu itu akhirnya terbuka, Monkey sempat agak jatuh kebablasan. Terlihat seorang pria duduk dengan santai membelakangi pintu. Sebuah surat tiba – tiba terjatuh. Jendela – jendela yang menutup dan ditutupi tirai, penghangat listriknya dibiarkan menyala. Perapiannya pun menyala, menyisakan banyak abu. Desdemona dan Monkey mempersiapkan sarung tangan.
ns 15.158.61.6da2