“Dan yang membuat jam itu berbeda?”
“Jarumnya bisa diputar tapi akan kembali pada waktunya semula. Selain itu jam itu satu – satunya yang diukir di atas pintu, sedangkan yang dibawahnya berupa ukiran di dinding, agak susah dijelaskan sebaiknya anda sendiri yang melihat.”
Nona Desdemona diam sejenak, ditolehnya pria itu diikuti anggukannya menyiratkan kesetujuannya terhadap kebenaran cerita Inspektur Duncan.
“Anda tidak merasa aneh?”
“Saya lebih suka menyebutnya unik. Kalau hal aneh saya lebih suka anda melihat benda di gudang dan kamar yang tak terpakai di lantai paling atas,” tawar Bibi Kathryn. “Anda mau saya antar sekarang?”
“Ah, nanti saja kalau boleh. Kami masih perlu keterangan dari yang lain.”
Diteguknya sampai habis jeruk yang sudah tidak seberapa hangat. Cangkir Inspektur Duncan juga sudah habis. Keduanya bangkit dari sofa yang empuk itu.
“Terima kasih atas informasi yang anda berikan, Madame Kathryn,” tangan kanan Inspektur Duncan mengajak berjabat tangan yang kemudian diikuti Nona Desdemona.
“Saya kira ini pertanyaan terakhir. Siapakah yang menurut anda, orang yang paling tidak dibenci oleh siapapun?”
Bibi Kathryn menengok ke segala arah sebelum berbisik.
Setelah itu kedua orang itu meninggalkan ruangan tersebut menuju ruang tamu. Dilihatnya Cake yang sedang terbenam di sofa yang lembut dan tebal itu. Agak kesal melihat pelayannya lebih ditempati senyuman dibandingkan majikannya.
“Anda kelihatannya puas sekali, Tuan Monkey?” Tanya Desdemona dengan agak sebal.
“Benar, saya dapat banyak. Anda sendiri, Nona Desdemona?”
Wanita muda itu melesu, hanya menggeleng sekali. Kemudian mereka berdua duduk sebentar.
“Saya kira waktunya membagikan apa yang kita peroleh.”
Ketiga orang itu saling memberikan informasi satu sama lain. Roman wajah Monkey berseri – seri, sedangkan Nona Flemming yang malang, meskipun dengan perannya yang terlihat unggul, ia hanya mengalami kemunduran. Pria itu menjelaskan garis besarnya sehingga mudah dipahami.
“Jadi bagaimana kesimpulannya, Tuan Monkey?”
“Sangat hangat dalam beberapa hal. Tapi saya belum bisa bilang, karena bukti masih sangat dingin.”
“Benar – benar penuh prosedur yang kolot!” Nona Desdemona mendengus kecewa.
Setelah itu mereka menuju kamar lain melewati tangga. Monkey dengan alaminya yang sangat tertarik dengan karya sastra, melirik ke arah perpustakaan kecil itu di belakang tangga. Dengan pemandangan taman belakang, membaca di teras mungkin adalah hiburan yang terpelajar. “Bahkan di tempat yang senyaman ini.” gumamnya dengan kepala digelengkan sebanyak dua kali.
Pintu tersebut diketuklah dengan sopan, seseorang menyambut mereka dengan semangat.
“Silahkan, tuan – tuan dan nona – nona!”
Ruangan yang kira – kira separuh dari ruangan kedua pembantu wanita muda itu dan terlihat lebih luas. Tak banyak perabotan hanya kasur untuk dua orang, lemari, kulkas, dan satu set ruang tamu yaitu empat kursi sofa dan meja. Tembok dan lantainya keramik dengan ukiran merpati putih yang sudah tak asing lagi. Lumayan banyak juga foto dirinya dari memancing hingga kapal pesiar. Ruangan yang mempunyai kepribadian yang sangat cerah dan kepercayaan diri yang tinggi, sedangkan nilainya sangat mendekati dengan kesederhanaan. Setelah melakukan perkenalan, Nona Desdemona dan Inspektur Duncan mengambil posisi senyaman mungkin, sedangkan Cake bersikukuh dengan perannya, tetap berdiri.
“Maaf, hanya punya ini,” Pria parubaya itu dengan senyuman hangatnya menaruh pudding susu berukuran besar. “Silahkan ambil sesuka kalian! Hahaha!”
Tanpa menunggu lagi, dipegangnya setiap piring kecil, garpu sudah di tangan masing – masing, setelah itu mereka mengamankan beberapa potong pudding yang sudah dipotong sebelumnya.
“Perkenalkan, saya Chevalier Halberd, koki di mansionini.”
“Terima kasih Tuan Halberd atas puddingnya,” Nona Desdemona menaruh piringnya. “Tapi pudding ini sangat mengejutkan sekali.”
Inspektur Duncan mengangguk setuju. Roman wajahnya agak cerah lagi. Saat mencicipi benda kenyal tersebut salah satu alisnya terangkat, dan kemudian diikuti anggukan harmonis.
“Sederhana, tapi anda membuat nilainya menjadi lebih tinggi,” Monkey memicingkan matanya pada benda kenyal tersebut, hidungnya mencoba menganalisis bahan yang digunakan.
Lalu dipandangnya foto yang terpampang, “Bukan hal yang mengherankan kalau anda pernah menjadi koki Queen Mary Two, um… Tuan Hallibut?”
Tuan Halberd agak tersipu, “Halberd, sir. Sebenarnya saya pernah memasak untuk Le Ponant selama 4 tahun.”
“Itu menakjubkan, Tuan Halbanero!”
“Halberd, sir.”
Suasana menjadi sunyi beberapa detik menyisakan suara meriah piring dan garpu yang penuh kenikmatan melaksanakan tugasnya pada tuan pudding. Setelah beberapa saat, Nona Desdemona kembali sepenuhnya terfokuskan.
“Jadi, dimanakah anda saat kejadian tersebut?”
“Jam tersebut adalah waktu saya makan malam. Biasanya saya makan di ruang makan kalau semua anggota keluarga telah kembali ke kamarnya masing – masing. Tapi kalau tidak saya makan di dapur. Kadang pula saya dengan Tuan Armand. Dia menunggu saya makan lalu kami mengobrol.”
“Mengenai?”
“Eh? segala hal yang ingin Tuan Armand bicarakan. Terkadang menanyakan pendapat—tempat liburan juga pernah—soal perusahaan—eh… saya tidak bisa menyebutkan secara keseluruhan.”
Inspektur Duncan mengangguk paham. “Tentu anda akrab dengan korban. Lalu bagaimana anda bisa bertemu?”
ns 15.158.61.46da2