Steve mengangguk paham, ia segera mengambil tangga lipat di sekitar.
“Saya rasa itu obat – obatan. Ditempatkan di situ agar tidak sembarangan orang mengambilnya, kecuali yang diizinkan ayah. Walaupun demikian, tentu kami semua diizinkan.” Kata Edelyn.
“Jadi itu artinya, korban tidak pernah mengambil sendiri obatnya?”
Sesaat ruangan itu menjadi sunyi, sedangkan Steve telah siap membuka pintu geser pada rak yang ditunjuk Monkey tadi. Gerak – gerik tangan Nona Edelyn yang kesekian kalinya membenarkan posisi kacamatanya. Pandangannya agak menajam, namun roman wajahnya agak mengalah.
“Saya tahu maksud anda, Nona Desdemona. Tapi mari kita bicarakan di ruangan saya.”
Digeserlah pintu laci pada rak tersebut, isinya memang benar obat – obatan. Setelah diperiksa beberapa diantaranya berdekatan dengan apa yang digunakan sesuai dengan sakit yang diderita korban. Masing – masing dua jenis dari obat hipertensi, jantung, vitamin D, hingga beberapa suntik insulin. Rak tersebut sangat bersih dan terlihat di bersihkan setiap hari.
Setidaknya hal tersebut adalah sesuatu yang terpenting saat ini, oleh karena itu Desdemona langsung mengusulkan untuk tanya jawab, selanjutnya Edelyn menyarankan ke ruangannya. Di seberang ruangan dengan ornamen ukiran jam gagak terdapat kamar di depannya, tepat di sebelahnya lah tempatnya. Sementara Steve meminta izin untuk mandi terlebih dahulu karena bajunya didiami keringat dan debu berkat memasuki gudang tadi.
Setibanya di kamar Nona Edelyn, ketiga orang itu memandang seisinya menaruh perasaan aneh. Pikiran mereka sudah dipenuhi oleh hal – hal yang berbau gagak atau merpati, melihat tembok – tembok yang dilapisi keramik warna – warni adalah hal yang menarik. Tentunya dipadukan karakter Nona Edelyn yang tampak praktis, menimbulkan kontras yang berbalik. Meskipun ruangan itu masih bisa dikatakan ruangan ideal dan sederhana daripada yang sebelumnya, tempat tidurnya dipenuhi boneka.
Dibandingkan bertema wanita pekerja, lebih menuju ruangan anak – anak. Beberapa hiasan dan miniatur mobil yang dipajang pada rak khusus. Daripada tata rias yang penuh dengan kosmetik dan gantungan pakaian, wanita itu lebih memilih untuk tidak mempunyai hal yang rumit seperti itu. Bukannya tanpa satupun, hanya saja sebagai wanita Nona Edelyn tidak pernah berlebihan dalam hal fashion dan kosmetiks. Beberapa yang dia punya hanyalah pemberian dari saudaranya.
Desdemona duduk pada tempat yang disediakan. Inspektur Duncan melihat – lihat pajangan mobil, sedangkan Monkey lebih tertuju pada dua lemari besar yang ditempatkan di pinggir kanan tempat Desdemona duduk kira – kira terpaut empat langkah jaraknya. Edelyn mengambil beberapa kertas dari mejanya, dalam saku kemeja merahnya ditempati pena. Menuju ke arah wanita yang siap menginterogasinya, tangannya telah membawa manisan bola coklat putih dalam toples yang cukup besar.
“Silahkan, ambil sesuka anda.” Kepalanya menoleh bergantian ketiga orang tersebut, lalu langkahnya mengambil hal lain.
Ketiga orang itu membalas senyuman.
“Maaf, saya hanya punya air mineral. Saya terbiasa untuk membatasi yang manis – manis.” Ia kembali dengan menaruh beberapa botol air mineral di meja yang diambil dari dalam kulkasnya.
“Tidak, tidak, tidak Nona Edelyn yang penuh pengertian! Kami sudah terlalu banyak minum beraneka macam setelah melewati beberapa kamar. Mereka semua sangat perhatian. Saya pikir kami melupakan peran penting air mineral. Terima kasih banyak.” Kata Monkey.
Wanita itu sudah siap dimintai keterangan. Namun dalam posisi duduknya, ia masih membawa berlembar – lembar kertas yang terlihat seperti laporan.
“Berkenaan dengan yang anda katakan tadi memang benar, tapi menurut pendapat saya, kami tidak ada hubungannya.” Kata Wanita itu yang tangannya membalik – balikkan kertas, matanya ikut bergerak – gerak memerhatikan yang dipegangnya saat ini.
“Saat kejadian, anda di mana?”
“Kebetulan saya pulang dari kerja lebih awal pukul setengah enam sore. Saya memutuskan mengunjungi Lilia sebentar. Wanita itu cukup mengkhawatirkan, maka dari itu saya ke supermarket untuk membeli beberapa roti isi dan susu di Norham Road. Di sekitar situ, saya menemukan restoran kecil menjual Tattie Drottle. Saya pikir sesuatu yang hangat setidaknya bisa menenangkan perutnya sejenak.”
“Saya paham dengan orang yang sering melupakan waktu makan, anda lumayan perhatian?”
“Benar, itu karena kami sedikit cocok. Dia apa adanya dan tidak berlebihan.”
Desdemona mengangguk sederhana sebelum akhirnya melipatkan alis – alisnya lagi.
“Saya kembali pada pernyataan anda di awal. Artinya, seseorang yang tentunya salah satunya tidak termasuk dari kalian?” Desdemona mengunyah bola coklat putih itu, wajahnya terkejut. “Ngomong – ngomong, ini enak juga.”
“Belgia tidak pernah mengecewakan soal manisan,” wanita itu masih fokus pada yang dibawanya. “Bekenaan dengan yang barusan anda bilang, itu memang benar. Lagipula kami selalu sibuk bekerja. Bahkan jadwal untuk membeli kue itu sudah diatur. “
ns 15.158.61.54da2