Wanita berambut pendek retro itu terkejut.
“Oh, Tuan Monkey!”
Monkey pun menuju tempat yang telah disediakan. Kemudian ditaruhnya cloche tersebut.
“Jadi, apa yang anda bawa ini?”
Pria itu memasang senyum kebanggaan, sikap dan gayanya dibuat seolah – olah pelayan restoran hotel bintang lima.
“Uhuk! Bila kriteria sudah ditentukan, permintaan sudah dibuat, maka tidak ada alasan bagi Monsieur Keymark untuk menolak. Apalagi mengecewakan.”
Wanita itu bertepuk tangan dengan meriah, kali ini senyumnya membawa kekaguman.
“Bagus! Bagus! Ini menarik! Sekarang mari kita lihat!”
Monkey membuka cloche tersebut.
“Saya persembahkan salad oriental, untuk Nona Henrietta tercinta!”
Wanita itu menyiduk sausnya yang kental lalu dijatuhkannya kembali. Pandangannya agak didekatkan, matanya sangat fokus tidak hanya pada saus itu, sementara hidungnya membaui makanan itu seakan – akan dinilai oleh kritikus makanan profesional.
“Mari kita lihat apakah ini baik atau tidak, paling tidak ini pertama kalinya saus kacang pada salad.”
Wanita itu mulai mencicipi, roman wajahnya tidak terlihat terkesan ataupun kecewa. Namun tiba – tiba ia tersenyum.
“Lumayan, lumayan! Saya bisa menghabiskan ini semua,” tambahnya sambil melihat ponselnya. “Well, setidaknya masih dua jam lagi sebelum makan malam. Ngomong – ngomong anda tak duduk?”
“Tidak terima kasih, saya sudah terlalu lama duduk,” tambahnya. “Saya ingin tahu dua hal. Tuan Chandler bilang dulunya di lantai dua sesuatu dipindahkan?”
Ia mengangguk.
“Oleh anda?”
Wanita itu menyelesaikan beberapa urusan pada mulutnya setelah melewati kerongkongan.
“Separuh benar, saya hanya menyuruh.”
“Maksudnya?”
Monkey mengambilkan sesuatu dari lemari esnya.
“Seorang wanita menyuruh saya untuk memindahkan bunga itu,” tambahnya saat sesuatu ditaruh di meja oleh pria itu. “Ah, terima kasih. Saya tidak tahu detilnya tapi Edelyn bilang perhitungannya menyebabkan kerugian.”
Wanita itu meminum lemon dingin.
“Siapa wanita itu?”
“Entahlah? Saya tidak terlalu mengingat namanya. Saya kira itu sudah agak lama. Rambutnya pendek dan agak tomboy. Lagipula ia sudah keluar entah alasan apa. Yang kedua?”
“Laboratorium yang memakan satu lantai penuh, besar dan luas. Saya hanya merasa aneh. Mungkinkah itu digunakan hal lain?”
“Ah, anda tajam juga. Kadang saya menyewa beberapa pekerja untuk mewujudkan produk saya. Tentu hanya sebatas meracik komponennya. Setelah itu jadi, baru di bawa ke tempat butik milik saya di Birmingham untuk dicetak dan dikemas manual. Maklum perusahaan saya belum besar. Ah sebagai tambahan, butik Lilia di sebelah saya.”
Monkey mengangguk.
Wanita itu kembali melanjutkan salad saus kacang itu. Monkey berjalan ke depan dekat jendela.
“Saya telah mendengar beberapa cerita dari kenalan lama keluarga ini. Tuan Periwinkle pernah bilang bahwa pertama kali ibu anda, Nyonya Roslyn, dan Nyonya Hannah bertemu menyebabkan beberapa masalah.”
“Tentu saja, itu sudah lumrah. Pada awalnya kami pun tidak diberitahu.” Katanya dengan tenang.
“Ah, itu bisa dimengerti.”
Monkey mengangguk dan menunggu. Sementara wanita itu telah menghabiskan sebanyak setengahnya.
“Anda tidak tanya lebih jauh?”
“Bila anda berkenan cerita tentunya.”
Kemudian piring itu hanya menyisakan sedikit sisa saus kacang, sendok dan garpunya disilangkan, lalu ditutupnya cloche itu kembali.
“Saya tidak pernah mengira anda bisa membuat salad seperti ini sangat baik. Apa namanya?”
“Gado – gado, milady! Seseorang teman saya dulu dari luar negeri, pernah membuatkan saya makanan khas kampung halamannya. Indonesia.”
“Setidaknya saya tidak kesulitan diet.”
Ia meneguk lemon dinginnya lagi.
“Seingat saya waktu itu sekitar umur tujuh atau delapan tahun. Ibu membawa kami ke sebuah tempat, rumah yang besar. Berlipat – lipat besarnya dari rumah kami di Elm Street. Di depan gerbang kami dicegat oleh Bibi Kathryn. Ibu menjelaskan panjang lebar, wanita parubaya itu tetap saja bersikukuh. Tibalah Tuan Periwinkle yang anda bicarakan, menyuruh kami masuk, lalu saya tidak ingat ibu bilang apa dengannya. Seingat saya Tuan Periwinkle terkejut.” Jelasnya.
Monkey berbalik arah, wajahnya menggambarkan heran.
“Terkejut?”
Wanita itu mengangkat bahunya.
“Entahlah? Sisanya mungkin persis seperti yang anda jelaskan.”
Monkey mengambil cloche itu.
“Ah, terima kasih telah mencicipi sampai habis.”
“Tidak masalah selama itu sesuai yang diminta.”
“Yang terakhir, Nona Henrietta. Apa anda tahu siapa yang membuat relief jam di lantai satu?”
Wanita itu heran.
“Yang di dekat tangga itu? Tidak.”
“Terima kasih.”
***
ns 15.158.61.8da2