“Anda ada waktu?” Tanya Nyonya Antoinette yang tampak lebih lega, walaupun agak sedih.
“Tentu.”
Mereka kemudian masuk pada ruangan yang terdapat ornamen kepala gagak yang pada matanya adalah jam.
Nyonya Antoinette mencari sebuah kertas kecil lalu menuliskan sesuatu dan memberikannya pada Monkey.
“Apa ini?”
“Teman saya bilang bahwa anda detektif hebat. Setidaknya itu telah terbukti. Well, ini tidak kurang seharusnya.”
“Du—dua ratus ribu?” Kata wanita tomboy itu saat melirik kertas tersebut.
Nona Selery diam saja, namun wajahnya menyiratkan keterkejutannya.
Monkey menyeka kertas itu.
“Teman anda memang tidak teredukasi dengan baik. Lagipula saya punya pilihan yang lebih baik,” ia menyerahkan sebuah amplop.
Amplop itu dibuka dan isinya dibaca.
Wanita itu tersenyum kecil.
Kedua tangan Monkey merangkul kedua wanita muda itu.
“Eh?” Nona Selery bingung.
“Singkirkan tanganmu pria mesum!” tangannya menyela Monkey dengan kasar.
Nyonya Antoinette semakin tertawa agak keras.
“Nona Selery berpengalaman kerja di penginapan Whitehaven, Howgate sebagai resepsionis. Saya kira ini bagus untuk menggantikan satu orang yang bermasalah itu,” tambahnya. “Nona Egremont mempunyai teknik menyetir yang berpengalaman. Saya setuju bila penampilannya menyebalkan, karena memang bocah ingusan. Tapi saya bisa jamin kualitasnya.”
“Apa kau bilang?”
“Bukan apa – apa bocah.”
Nyonya Antoinette menghampiri mereka berdua.
“Itu bukan pilihan yang buruk. Kalian berdua bisa tidur di rumah ini. Banyak kamar yang kosong, itu yah kalau kalian tidak keberatan.”
Kedua tangan Monkey yang tadinya merangkul kini berpindah ke bawah lalu menepuk kedua pantat wanita itu dengan agak bersemangat.
“Ah…”
“Hey Sialan!”
Monkey pun berbalik.
“Mengenai isi surat ini, boleh tidak kalau batas waktunya kira – kira paling lambat seminggu?”
“Tidak masalah.”
Ia pun keluar meninggalkan dua orang wanita yang mukanya sama – sama bingung.
Setelah beberapa menit, akhirnya informasi Monkey cukup untuk menutup catatan Inspektur Duncan. Sementara Sersan Wintergard sedang mengobrol dengan Nona flemming. Nyonya McNalley yang masih berbekas haru itu pamit untuk pulang. Taksi sudah dipesankan oleh pembantu muda itu.
“Saya terima kasih banyak, Tuan Cake,” tambahnya sambil melihat arloji miliknya. “Kira – kira tunggu saja sampai jam tiga. Kepolisian tidak pernah mengkhianati.”
“Ah, santai saja. Ah benar juga,” ia mengeluarkan sebuah kotak yang sama seperti seminggu yang lalu pernah diberikan. “Anda harus tenang sejenak setelah ini.”
Pria itu tersenyum dan menerima kotak panjang dengan pita dengan senang hati.
“Anda baik sekali.”
“Tidak juga, anggap saja promosi. Pemilik toko kue selalu bergantung pada konsumennya untuk bertahan hidup. Berkunjunglah kapan – kapan.”
“Pasti,” katanya sambil membuka pintu mobil. “Sersan Wintergard, mari bekerja.”
Pria botak itu seperti enggan meninggalkan wanita berambut red velvet.
“Tidak bisakah kita menunggu sebentar, kapten?”
“Ya akan kutunggu kau di sana. Berjalanlah kaki sampai Birmingham,” Inspektur Duncan menyalakan mesin mobilnya.
“Sampai ketemu lagi, Nona Flemming. Kapan – kapan saya mengunjungi anda.”
Sersan Wintergard langsung pergi.
Nona Flemming tersenyum hangat, namun ekspresi wajahnya menggambarkan penolakan.
“Terima kasih, saya harap itu tidak terjadi.”
Tidak selang dari lima menit, dua wanita yang sedang ditunggu Monkey itu telah turun. Mereka menjelaskan alasannya kepada Nona Flemming saat ditanya.
“Tuan Monkey?” Kata wanita berambut hitam sebahu dengan polos yang tiba – tiba muncul.
“Oh, Nona Dana. Begitulah saya ada satu urusan lain.”
“Urusan lain?”
“Bukan masalah besar.”
Mereka berdua saling memandang arah depan tepatnya pagar pintu masuk itu.
“Nona Dana, anda diberikan kunci, kan?”
Wanita itu yang tatapannya polos namun matanya agak berlinang.
“O—oh…” tambahnya sambil mengusap kedua matanya. “Be—begitulah…. Ngomong – ngomong saya tidak tahu ini untuk apa.”
“Tentu saja itu bukan masalahnya, kan? Tapi anda harus pelan – pelan menerima hal ini. Semua itu untuk yang terbaik. Sebelum anda memutuskan benar salahnya, anda harus melihat situasinya. Jangan sampai kemarahan mengambil alih hati yang kemudian melakukan hal yang tidak diinginkan oleh siapapun. Tuan Steve… yah begitulah…. Saya tidak bisa bilang dia orang jahat.”
“Bagaimana anda seyakin itu?”
“Selama hidup saya hanya menemui dua jenis orang. Orang baik dan orang jahat. Tapi kemudian dalam beberapa kasus, pelaku melakukan kriminal rata – rata punya alasan yang logis, bahkan beberapa dari mereka tersudut dan tidak punya pilihan lain. Kebanyakan motifnya dendam. Sehingga saya menyimpulkan kalau setidak – tidaknya masih punya hati nurani terlepas dari cara eksekusinya yang salah.”
“Seperti yang saya baca di novel – novel.” Kata Nona Dana mengangguk.
“Bagaimanapun juga…” tambahnya sambil memandang wanita itu dengan agak tegas. “Ada orang yang melakukan kriminal karena mereka menikmati. Maka saya punya cara lain untuk yang satu itu.”
Wanita itu gugup memandang pria yang serius itu. Dalam waktu sepersekian detik udara terasa berat, bahkan ia merasakan tekanan. Namun itu tidak lama setelah Monkey tersenyum lagi.
“Ngomong – ngomong saya permisi.”
Monkey bersiap – siap. Mobil sudah dinyalakan. Nona Flemming sudah masuk ke dalam.
“Eh? Saya juga ikut?”
Monkey mengangguk.
“Jangan bilang…”
“Tentu tidak, Tuan Periwinkle. Masalah sudah selesai. Anda akan menyesali bila menolak, saya rasa.”
Pria tua itu pun akhirnya tidak punya pilihan lain. Mereka berpamitan. Kini mobil hitam buatan jepang milik Nona Egremont membawa tiga penumpang. Monkey memandang kejauhan wajah – wajah semua orang yang masih meninggalkan kesedihan lebih daripada keterkejutan. Namun itulah yang terbaik.
Kalau kebohongan itu sesuatu yang manis tapi susah ditelan, maka kenyataan itu pastilah pahit yang mudah untuk dimuntahkan, tulis Cake dalam buku kecil hitamnya.
ns 15.158.61.8da2