“Ah, ini menarik bagi saya, setidaknya sebagai penghiburan diri. Terkadang majikan muda bisa sangat pilih – pilih. Kadang harus menghemat pengeluaran, sementara gaya hidup konsumtif seperti makanan masih saja kelewatan. Sebagai pelayan saya harus merasa tertarik dengan bahan – bahan yang bagus. Saya membicarakan tentang harga dan kualitas” Katanya sambil mengangguk puas dan berseri – seri.
Wanita parubaya itu mengambil bunga kol sambil tertawa kecil.
“Sepertinya memang tidak ada pilihan lain, kan?” tambahnya. “Selama bekerja saya selalu berpikir bahwa majikan seperti anak sendiri. Perbedaan umur bisa jadi tolak ukur yang lebih tua, lebih dihormati dan bijak. Dengan begitu saya jarang sekali mengeluh, yah hampir tidak.”
Monkey dengan senyuman kecilnya, mengangguk paham.
Mereka melihat – lihat berbagai sayuran, setidaknya mata Bibi Kathryn memerhatikan kertas yang dibawanya. Monkey agak menaruh kasian, jarak pandangan kertas dengan mata wanita parubaya itu hanya setengah jengkal. Tidak juga, bahkan bisa saja seperempat.
“Katakanlah pada saya madame, apa yang terjadi pada anak yang terakhir Nyonya Hannah?” Monkey memberikan wortel, daun bawang, dan pakis. “Ngomong – ngomong terlepas dari rambut yang dominan memutih, pandangan saya masih cukup bagus. Setidaknya kertas yang anda bawa sekilas terlihat tadi. Anda tidak bawa kacamata?”
Bibi Kathryn menggeleng setuju.
“Penuaan tidak bisa dipungkiri. tapi mungkin karena sudah lama saya tidak ditemani belanja,” tambahnya dengan tawa kecil. “Sangat disayangkan, tapi anda memang sangat membantu.”
“Ah tolong tomatnya.”
Monkey mengambilkan yang terbaik, kemudian memasukkan beberapa bawang putih.
“Berkenaan dengan yang anda tanyakan tadi, saya juga kurang tahu. Maksudku, Tuan Antoinette hanya menggeleng,” kata wanita parubaya yang terhenti sambil jongkok di bagian bak penuh terong. “Jadi saya pikir tidak selamat. Setidaknya mereka berdua di surga berdampingan sekarang.”
“Sangat disayangkan.” Kata Monkey menaruh empati.
Mereka berjalan sampai ujung, berbelok adalah satu – satunya pilihan. Di sebelahnya kemungkinan adalah bagian bumbu.
“Saya kira ini di blok ini sudah semua, anda butuh sesuatu?”
Monkey teringat sesuatu.
“Ah, terima kasih sudah mengingatkan.”
Ia bergegas mengambil tas belanja daripada troli yang digunakan Bibi Kathryn. Diambilnya beberapa jenis.
“Hm? Apa yang anda lakukan dengan… kacang?” Bibi Kathryn melihat yang lainnya. “Tofu? Bahkan saya saja tidak tahu harus diapakan. Saya cukup penasaran juga dengan apa yang anda ambil sisanya.”
“Saat urusan hari ini selesai, saya akan menjawab rasa penasaran anda.” Balas Monkey dengan ramah.
“Di umur saya yang sudah tidak muda ini masih cukup senang dengan kejutan.” Tawa kecil wanita parubaya itu.
Setelah mengambil beberapa bumbu, mereka menuju blok lain. Tidak hanya kebutuhan pokok seperti lauk pauk, buah – buahan, dan sayuran, mereka menuju ke blok terakhir. Monkey yang membacakan kertas itu, sementara Bibi Kathryn hanya mendorong troli saja. Keranjang yang dibawanya juga diikutkan pada troli milik Bibi Kathryn.
“Saya ingin bertanya soal kedua wanita ini,” tambah Monkey sambil menyodorkan kedua pasta gigi warna hijau dan ungu. “Apa ada hubungan spesial—sejauh ini kami bingung dengan Madame Hannah dan Roslyn, seperti mereka—mungkin pernah bertemu sebelumnya?”
Wanita parubaya itu mengambil pasta gigi warna ungu, kemudian mengangkat bahunya.
“Entahlah? Mereka terkadang bertengkar… kadang akrab… mungkin mereka pernah bertemu… tapi saya tidak yakin. Anak Nyonya Hannah adalah Tuan Keith, Tuan Steve dan Nona Lilia. Sedangkan Nyonya Roslyn adalah si Chester, Nona Henretta, dan yang pertama Nona Edelyn.” tambahnya sambil menunjukkan dua jenis obat kumur. “Tolong Tuan Monkey, Yang biru ini apakah tanpa alkohol? Ataukah yang kuning ini?”
Monkey memicingkan matanya.
“Ah, yang ini, biru.” Tunjuknya.
“Ah terima kasih! Inilah mengapa saya cukup kesusahan kalau sendiri! Untuk barang spesifik seharusnya mereka yang beli sendiri. Saya pikir keduanya pun tak masalah?”
Monkey menggeleng.
“Oh tentu tidak. Yang tanpa alkohol bisa untuk jangka lama tanpa mengkhawatirkan efek sampingnya, seperti mengkeroposkan gigi. Walaupun bisa dibilang mereka sama – sama membersihkan. Tapi pernahkah anda saat berkumur lalu sekitar mulut rasanya seperti panas?”
“Oh kadang – kadang agak perih, benar.” Jawabnya sambil memasang wajah seperti kesakitan.
“Kebanyakan orang bilang itu agar bersih, tapi kata Nona Desdemona itu akibat dinding mulut kita cukup lama berkontak dengan alkohol. Itu alasan lainnya mengapa pilih yang tanpa alkohol.”
Roman wajah Bibi Kathryn melongo, menyiratkan kekaguman.
“Anda tahu banyak ya?” Angguknya.
“Untungnya majikan saya berpendidikan tinggi.”
Setelah perlengkapan terakhir terbeli, maka tujuan selanjutnya adalah kembali ke rumah. Apa yang mereka bawa sangatlah banyak, mustahil berjalan kaki. Dari kejauhan perasaan wanita parubaya itu agak berjingkat – jingkat. Masih tidak terlalu ramai, dan yang terpenting kursi kosong. Segeralah mereka berjalan cepat, karena sangat sulit berlari membawa barang yang sedemikan banyaknya. Terlihat sekelompok pemusik jalanan lengkap contrabass, biola, gitar, saxophone dan instrumen perkusi sedang mempersiapkan. Ketika tempat duduk didapatkan, maka barang bawaan bisa di lesehkan sementara. Angin kecil yang membawa beberapa daun berguguran, menambah efek natural pada performa yang akan ditampilkan.
“Entah saya harus apa, Tuan Monkey!” katanya dengan semangat, wajahnya berseri – seri. “Belanjaan ini sudah terbantu saja membuat saya bersyukur, apalagi yang perlu?”
Monkey mengangguk senang.
“Benar, kalau angin september sering membuat saya kedinginan, setidaknya autumn leaves bisa menggantikan.”
“Ngomong – ngomong anda suka Jazz?”
“Gypsy Jazz. Suku Gypsy membuat jazz lebih unik, setidaknya di telinga saya.”
“Ah.”
Beberapa saat kemudian musik yang mereka dengarkan selesai, sedangkan musik lainnya sedang menunggu. Namun mengingat waktu semakin sempit, Bibi Kathryn juga punya pekerjaan setelah ini. Untungnya mereka mendapatkan taksi.
“Pernahkah anda pulang jalan kaki? Dengan belanjaan sebanyak ini?”
Pintu taksi itu terbuka, mereka telah naik.
“Ketika 70 Tahun anda akan mengerti.” Katanya sambil menggeleng.
“Ah, saya pikir juga begitu. Tapi saya masih penasaran dengan mereka?
“Mereka?”
“Nyonya Hannah dan Nyonya Roslyn.” Angguk Monkey.
“Saya tak terlalu paham,” tambahnya sambil menoleh ke arah lawannya tiba – tiba. “Oh, mungkin Tuan Periwinkle tahu.”
Mereka mengobrol hingga taksi sampai tujuan.
***
ns 18.68.41.141da2