“Ya, sayang?”
“Tidak, bukan itu bodoh! Namaku!” nadanya jengkel. “Honey Egremont.”
“Anda dari Egremont?”
“Speke Street, Norwich! Tadi sudah saya katakan, bukan?” nadanya tambah sebal.
“Ah ya ya, tidak perlu marah. Saya hanya menggoda.”
Portal di depan menutup, seakan kasir menunggu mobil membuka kaca dan menyerah sejumlah uang.
“Terima kasih.”
Portal dibuka, mobil mereka memasuki wilayah M60.
Rute itu membawa ke jalan yang mulai bagus pemandangannya. Terutama melewati desa Brook Crane, sungainnya mengalir membawakan ketenangan baik siapapun yang memperhatikannya dari jauh.
Sampai di daerah yang agak disinggahi toko – toko, namun mobil itu masih melaju kencang.
“Ada pemberhentian tol, anda tidak ingin makan?”
“Harganya sangat tidak masuk akal.”
“Meskipun saya yang membayar?”
Wanita itu menghela nafas.
“Begini – begini saya pemuda yang bermoral. Lagipula saya tidak bisa sepuasnya kalau harganya mahal!”
Melewati wilayah Stafford, kota besar Liverpool dan Mancherster, tibalah mereka di daerah pedesaan lagi.
Monkey yang melihat arlojinya, lalu menghela nafas. Wanita itu menyadari lewat spion tengah.
“Dimaklumi saja. Bundaran – bundaran tolol memang macetnya minta ampun. Tapi kira – kira setelah Kendal, mobil ini akan keluar dari tolls. Artinya apa?”
“Makananya tidak mahal?”
Wanita itu agak terperanjat, kemudian ekspresinya agak malu – malu.
“Ya—yah, tidak menyangka cepat mengerti.”
Dalam beberapa menit dari Kendal, mobil itu lagi – lagi memilih jalur kiri dari persimpangan bundaran Skirsgill. Wanita itu agak melega, namun Monkey berurusan dengan ponselnya. Kelegaan itu hampir dicapainya menghabiskan sekitar enam jam. Makan siang menjadi terlambat sekitar tiga jam. Waktu termakan hingga menuju perbatasan siang dan sore, mobil mereka akhirnya masuk ke jalan bebas A66.
Roman wanita itu menjadi semakin berseri – seri dibandingkan saat mobilnya memijak M6.
“Saya bisa tau anda sekarang sedang senang?”
“Anda bisa tahu?”
“Nah, nah anda pikir saya siapa? Majikan saya wanita.”
“Oh ya? pantas dari tadi anda ramah.”
Pria itu menggeleng.
“Tidak juga, lagipula saya melihat beberapa restoran.” Katanya sambil menengok kaca sebelah kiri.
“Anda tahu, kan?”
Monkey memang mengerti yang dimaksudkan. Tapi mengingat setidaknya ada tiga restoran, dua yang agak di depan, sementara yang menarik pria itu adalah yang paling belakang, Trey Bakes. Sebenar – benarnya pemilik toko kue, pasti hasratnya selalu berada pada kue. Alasannya sederhana, sebagai masukan untuk menu kedepannya.
Kali ini ia terpaksa mengangguk satu pemikiran dengan pria itu.
Mobil pun mengambil belok kiri, berhenti tepat pada restoran dengan logo burger.
“Anda jauh – jauh dari sana hanya ingin roti isi?”
“Burger, pak tua! Roti isi adalah sandwich dan burger ada di tingkat yang berbeda,” Katanya sambil memutar kunci mobil.
Badannya berbalik memandang Monkey, kedua tangannya diperagakan seakan – akan mengajarinya. “Ini burger, yang ini sandwich. Mengerti?”
Monkey menghela nafas.
“Mereka sama – sama roti isi.”
Kemudian wanita itu membuang muka, “Hey lihatlah! Aku pak tua yang akan mentraktirmu apa saja, jadi kau tak perlu khawatir.” Nadanya penuh ejekkan.
“Baiklah, baiklah gadis tomboy.” Katanya dengan mengalah.
Sampai di sana, gadis norwich yang nama belakangnya egremont itu melihat – lihat di sekitar, wajahnya berseri – seri menuju kasir.
“Apa bagusnya dengan makanan siap saji?” gumam Mokey yang sudah tak bisa berbuat apa – apa.
Beberapa menit telah berlalu, wanita itu memesan burger, kentang goreng, serta soda berukuran besar. Sedangkan Monkey hanya memesan ukuran sedang dan susu kocok.
“Hey, hey meskipun anda tomboy, ingatlah bahwa anda masih wanita!” tambahnya sambil membersihkan mulut wanita itu dengan tisu. “Anda bukan anak kecil, paham?”
Namun seketika roman wajah Monkey menjadi kasian mengingat keadaan wanita tersebut. Sedari awal bilangnya wanita, namun Monkey lebih tepat menganggapnya gadis lugu, terlepas dari penampilan tomboynya.
Setelah itu Monkey meminta izin untuk membeli beberapa bungkus pada toko yang ada dibenaknya pertama kali sebelum menuju restoran cepat saji.
Setelah itu mobil kembali mengikuti rute A66.
“Kue? Tidak buruk.”
“Apa yang diketahui oleh gadis tomboy? Ini jauh dari seonggok lemak yang kita makan tadi!” nada Monkey agak meninggi.
“Gula tidak baik untuk para lansia, kata tetanggaku, Nyonya Evergreen.”
“Bagaimana kalau saya tidak tua?”
Wanita itu menghela nafas.
“Ya, ya orang muda harus mengalah, begitulah katanya.”
Monkey terdiam dengan agak sebal.
Mobil akhirnya mereka melewati Bundaran Slapestones.
“Ngomong – ngomong, di dekat sini ada swalayan lokal?”
“Eh? saya tidak yakin. Sepanjang jalan hanya ada rerumputan, pohon, dan… Ah! Toko burung.”
Monkey menghela nafas, ponsel menjadi perhatiannya sekarang.
“Keswick dan Perith adalah wilayah rekreasi, ada pun peternakan, sisanya yah seperti yang anda lihat. Tapi mungkin.”
ns 15.158.61.8da2