“Inilah yang saya maksud. Dua gambar yang berbeda namun saling berlawanan.” Kata Monkey.
“Ah, dari kemarin saya selalu merasa ingin membandingkan.” Inspektur Duncan mengangguk dengan kagum.
Sebuah karya Richard Selery yang mencuri perhatian semua orang saat melihatnya. Bahkan saat keduanya saling disejajarkan.
“Setelah anda semua melihat hasil karya Richard Selery, anda telah dihibur dengan berbagai keunikannya. Sekarang anda pasti bertanya – tanya dengan kedua benda ini.”
Semua orang di sana memandang hal yang tepat ada di pikiran Monkey. Sebuah pakaian atau topeng yang saling berkebalikan. Tanpa berpikir lama lagi, Monkey menggeret meja kayu terdekat, lalu naik di atasnya. Tangannya meraih bagian kepala itu, lalu ditariknya dengan pelan. Inspektur Duncan juga melakukan hal yang sama pada lukisan relief yang agak ke bawah.
Sebuah wajah yang sangat dikenal oleh semua orang. Bahkan semringah wajah nenek tua yang tadinya terkagum menjadi lesu. Matanya mulai berlinang air kesedihan, meneteskan air kerinduan.
“Hannah… Roslyn….” Nyonya McNalley tersedu – sedu.
Semua orang memperhatikan kesedihannya. Gambar kedua wanita yang struktur wajahnya tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Bahkan rambutnya yang panjang dan hitam, warna matanya, semua identik.
“Saya sebenarnya sudah melupakan hal ini. Tidak jelas siapa yang harus disalahkan, yang pasti saya sudah bilang padanya. Mereka berdua sudah menjadi putri saya. Sudah lama saya menyimpan sedikit demi sedikit penny. Hannah wanita yang ramah, sedangkan Roslyn adalah pendiam. Mereka berdua saling mengisi satu sama lain. Tidak pernah bertengkar dan saling pengertian. Lebih berbagi kesulitan dibanding kemudahan. Hannah yang bekerja di yayasan, Roslyn lebih memilih sebagai pelayan bar. Di musim panas, Hannah digantikan Roslyn bekerja karena kondisinya lebih lemah.
Itulah saat saya mengatakan pada mereka bahwa obat – obatan yang dibutuhkan terlalu mahal, mereka tetap memilih bekerja untuk membantu keuangan yang kian menipis. Saya pun berdoa dan terus berdoa…. Kemudian Tuhan menjawab doa saya. Roslyn pertama kali bertemu dengan Tuan Armand di sebuah bar….”
Nyonya McNalley yang terus bercerita kemudian bertekuk lutut, terus memegangi kedua gambar itu. Inspektur Duncan memberinya tisu untuk mengusap air matanya.
“Jadi mereka memang kembar?” Tanya Inspektur Duncan.
“Tapi kalau tidak salah ibu rambutnya pirang, kan?” Nona Lilia menoleh kepada pria berambut pompadour itu.
Tuan Keith mengangguk.
“Rambutnya diwarnai agar kelihatan berbeda. Karena poninya agak menutupi bagian depan.” Jelas Nyonya McNalley.
“Tahi lalat itu tidak terlalu membedakan. Apalagi ditutupi oleh rambut.” Kata Monkey menunjuk pipi sebelah kanan dekat mata.
Monkey yang masih berdiri di meja, ia memasangkan topeng itu kembali. Namun kali ini ditempatkan selaras pada warna gaunnya.
“Permisi, Nyonya.”
Wanita tua itu mundur sedikit.
Monkey menarik – menarik lukisan itu, kemudian terbukalah seperti pintu yang membuka rasa penasaran semua orang yang melihatnya. Sebuah lorong gelap.
“Ruang rahasia?”
“Benar, Nona Flemming. Saya ingin Nona Lilia, Nyonya Antoinette, dan Tuan Keith masuk duluan.”
Mereka ragu pada awalnya, namun rasa penasaran mengalahkan segalanya.
“Anda bisa ikut setelahnya.”
Monkey pun bergegas keluar dengan cepat dari ruangan itu lalu segera naik tangga. Sersan Wintergard juga ikut diajaknya. Memasuki ruangan tersebut, mereka langsung menuju lemari pojokkan sebelah kiri.
“Wah, saya juga penasaran dari jendela yang ditutup rapat itu. Apalagi lemari yang ditaruh tepat di depannya.”
Nona Flemming yang tiba – tiba datang. Ia menghampiri mereka berdua.
“Ah, Nona Flemming!” Kata Sersan Wintergard yang tarikannya tiba – tiba melemah.
“Halo, Tuan Botak,” tangannya memegang kepalanya.
Namun pria itu tambah senang. Sementara Monkey yang kesulitan mendorong rak buku sendirian.
“Tuan Wintergard, saya akan kasih nomor ponsel Nona Flemming, beserta tiga ukuran rahasia miliknya kalau anda mau membantu menggeser rak ini.”
“Kau akan menyesali itu, Cake.” Kata wanita itu kesal.
Tanpa mendengar persetujuan, pria botak itu langsung menarik sekuat tenaga. Kemudian Monkey menggerak – gerakkan jendela yang tertutup rapat itu.
“Coba mungkin digeser?”
Tidak berpikir lama, langsung diikuti arahan Nona Flemming. Seseorang terlihat dari sana.
“Selamat datang, Tuan Keith.”
Tidak hanya pria rambut pompadour saja, namun beberapa orang juga heran saat keluar dari lorong kecil itu.
Kini semua orang keluar dari lorong kecil itu.
“Sebenarnya saya baru tahu kalau ada tempat seperti ini.” Kata Tuan Periwinkle dengan heran sambil menepuk – nepuk ringan bajunya.
“Apakah ruangan kecil itu penting?” Nona Egremont penasaran.
“Satu – satunya alasan yang masuk akal ini pasti memudahkan Tuan Steve melancarkan alurnya,” tambah Nona Flemming, “Bagaimana menurutmu, Cake?”
Monkey mengangkat bahunya.
“Itu salah satunya yang belum terjawab.”
ns 15.158.61.6da2