“Ah, Fish and chips di sana memang tak ada duanya. Walaupun saya sebenarnya kesana hanya untuk Eton Mess.”
“Benar, terutama beef wellington mereka menggunakan daging sapi milik Antoinette. Anda pernah makan di sana Tuan Monkey?”
“Ah sesekali bila ingin jajan. Lagipula mereka cukup menarik menjual masakan rumahan, namun dibalik itu mereka punya hidangan yang melegenda.”
Chester tersenyum ramah.
“Lanjutkan cerita anda, Tuan Chester.”
Suasana pria itu sudah tenang.
“Beberapa permasalahan yang sering terjadi pada Antoinette adalah stok kedelai dan ikan yang terlalu surplus. Antoinette selalu peduli terhadap klien kami khususnya petani, nelayan dan peternak. Kami biasanya memborong hasil mereka, lalu menyimpannya dalam gudang pendingin. Saat klien itu membatalkan, saya harus memutar otak. Kakak Edelyn mengomel setiap hari. Anda tahu, kan? itulah alasan saya menghutang ke ayah, mengganti uang belanja perusahaan.”
“Oh, itu buruk.” Inspektur Duncan menaruh empati pada perkataannya.
“Maka dari itu anda sering pulang malam?”
“Benar, Nona Desdemona. Bahkan saya pernah dari Hastings menuju Glassgow, lalu ke Petersborough mondar – mandir menawarkan pada klien. Saya bisa menua lebih cepat.”
Kemudian wajah pria itu menjadi merah lagi.
“Jujur saja jika saya pembunuhnya, maka wanita itu yang menggantikan posisi ayah sekarang.”
“Anda harus berhati – hati pada perkataan anda, Tuan Chester.” Nada Inspektur Duncan menjadi setuju. “Well, setidaknya memang masuk akal.”
Suasana menjadi hening sesaat. Ketiga orang itu sudah kehabisan pertanyaan mendengar beberapa penjelasan darinya. Satu dua pernyataan setidaknya menjawab beberapa tuduhan yang selama ini menjadi penilai subjektif. Walaupun beberapa sebagiannya, pria acak – acakan itu masih belum melontarkan sepenuhnya. Namun beberapa alibi dari setiap orang di rumah ini perlu dikonfirmasi. Bukannya tidak menutup kemungkinan mulut – mulut mereka melontarkan kebohongan, tapi Monkey hanya tertarik pada kebenaran.
Setelah itu Desdemona keluar dari ruangan itu. Terakhir dari mereka adalah Monkey. Langkahnya terhenti sebentar.
“Tu-tuan Monkey…” Panggil Chester.
“Ya?”
Pria itu diam sejenak, kemudian mengurungkan niatnya. Sesuatu hendak disampaikan tergambar jelas pada roman wajah pria itu yang agak bimbang. Namun Monkey punya cara mainnya sendiri.
Ia memberikan kertas kecil.
“Beberapa orang menyisakan yang terenak pada bagian akhir, kan? sampai nanti.” Kepalanya ditundukkan sesaat.
Monkey menutup pintu itu dengan sopan, sementara majikannya sedang menuju ruangan di seberangnya.
“Anda mendapatkan sesuatu?”
Pria itu menggelengkan kepalanya.
“Selain itu, sudah berapa lama anda sudah di depan pintu?”
Inspektur Duncan melihat arlojinya.
“Tidak lama dari lima menit, saya kira. Tidak perlu sampai kami harus mendobrak, lagipula suara dari dalam menyuruh kami untuk menunggu.”
Pintu pun terbuka.
“Silahkan masuk.”
Seketika melihatnya, ketiga orang tersebut langsung dikejutkan dengan penampilannya yang membawa mereka ke era retro tahun 20-an. Rambut pendek hitamnya hampir sebahu, dengan lingkar ikalnya yang khas Marilyn Monroe. Alisnya agak ditebalkan, magnet para lelaki terletak pada senyumannya yang hangat dan tulus. Perangainya pun tidak aneh sama sekali. Suaranya pun merdu dan menenangkan, seraya menghipnotis.
Ruangannya cukup kontras, agak gelap. Bila dibandingkan dengan ruangan dokter yang serba putih, sungguh sangat berketerbalikan. Tembok dan lantainnya dilapisi permadani bergambar mawar hitam. Ruangannya hampir identik sama dengan Nona Lilia punya, namun versi yang lebih rapi. Perbedaan yang mencolok adalah sebuah kotak etalase yang menyimpan banyak alat rias wanita. Nyaris hitam pekat bila tanpa lampu, namun pakaian yang dikenakan wanita itu sekarang cukup membantu. Gaun putih yang entah mengapa terlihat seperti ratu merpati negeri dongeng bila wanita yang senyumnya itu terlihat menenangkan sedang memakainya.
Tempat mengobrol sudah disediakan. Mejanya sudah ditempati oleh sekotak coklat dan beberapa gelas ukuran sedang. Wangi ruangan yang tidak menyengat. Wanita yang penuh persiapan.
“Anda juga boleh duduk, Tuan…?”
Wanita itu menuangkan the hangat. Roman wajahnya yang sangat mudah tertebak, mempersilahkan apa yang di atas meja.
“Monkey, Nona Henrietta. Saya lebih senang berdiri.”
Lalu Desdemona memperkenalkan diri dan menjelaskan semuanya tentang kasus yang terjadi kemarin. Wanita itu tampak kaget menerima berita.
“Oh tuhan, saya tidak pernah terpikirkan hal ini bisa terjadi. Maksud saya demi tuhan, untuk apa?”
“Saya mengerti perasaan anda, Nona Henrietta. Anda berada di mana saat itu?”
ns 15.158.61.54da2