“Oh benar juga!” Wanita itu dengan girang menoleh ke arah kakaknya. “Lihat Steve! Aku benar, kan? lagipula lebih mudah lemari dulu!”
“Ta—tapi ayah melarangku menggeledah lemari di gudang.”
Dalam lemari itu pakaian yang ada cukup eksentrik. Daripada baju formal atau gaun – gaun acara yang lebih banyak dipergunakan, malah isinya seperti pakaian yang ada pada dongeng. Contohnya saja pakaian ratu cinderella yang ada pada ujung kanan, lalu pakaian penyihir yang ada di pojok kiri. Edelyn melihat – lihat pakaian tersebut. Tidak ada cacat sama sekali, namun belum bisa dikatakan baik. Hanya masalah kecil, setiap wanita pasti tahu kalau dicuci pasti akan kembali pada kondisi sempurna.
Nona Edelyn menaruh kagum dengan yang dilihatnya, namun itu tidak cukup membuat niatnya menyisihkan bahkan satu pakaian sekalipun.
“Baiklah, saya sudah cukup menikmati ini.”
“Mungkin satu?”
Edelyn segera berbalik arah menuju pintu gudang.
“Saya wanita yang praktis. Bila tidak dibutuhkan, itu sudah cukup,” ia menoleh ke kanan. “Ayo, Steve.”
Sebelum lemari itu ditutup, Monkey menyela sebentar. Langkah wanita itu dihentikan.
“Laci, milady. Anda tidak memeriksa?”
“Oh? Saya tidak mau dikejutkan lagi dengan… tiba – tiba terbang ke arah wajahmu—cukup menjijikkan. Beberapa dari mereka merayap, menggerayangi baju tanda sadar… anda tahu, kan?” kata Edelyn dengan agak ngeri.
Monkey mengangguk dengan senyuman.
Edelyn dan Steve telah keluar dari gudang itu, Desdemona tepat setelahnya.
Pintu lemari terakhir yang dituju ditutup rapat – rapat oleh Inspektur Duncan, namun Monkey masih membiarkan imajinasinya menebak – nebak. Raganya masih enggan meninggalkan tempat itu.
“Anda tahu, Tuan Monkey? Saat kamp pelatihan di hutan, kami tak menggunakan ransum.”
“Oh, apa yang anda makan?”
Kata Inspektur Duncan dengan penuh kebanggaan. “Belalang cukup gurih, kumbang juga tak buruk,” ia menepuk – nepuk topinya. “Lagipula apa salahnya mereka menyapa kita dari laci – laci?”
Monkey alisnya terangkat.
“Tidak, tidak, tidak Inspektur! Kali ini saya harus setuju pada Nona Edelyn,” Monkey berbalik arah, langkahnya keluar dari tempat itu. “Anda seharusnya memperdalam informasi sebelum mengonsumsi sesuatu yang asing. Belalang dan kumbang hutan memang penuh protein, tapi mereka tidak sama dengan kecoak – kecoak yang berkeliaran di sekitar perumahan.”
“Well, mungkin berbeda dengan belalang, tapi bagaimana dengan kumbang?”
Mereka berhenti tepat di luar pintu gudang tersebut. Monkey menatap sedih rekannya itu.
“Oh Inspektur Duncan yang menyedihkan, mereka penuh bakteri!” Monkey langsung pergi.
“Mungkin wanita itu benar? Ah wanita selalu benar.”
Ditutupnya pintu gudang itu.
Mereka terhenti sebentar pada ukiran jam di lantai satu untuk berbagi sedikit tentang pendapat. Nona Edelyn tidak terlalu paham mengenai seni, namun ia cukup mengerti seberapa besar nilainya di pasaran. Sedangkan Tuan Steve selalu menaruh perhatian dari tiap sisi benda yang bernilai sentimental, namun bila ditanya mengenai seberapa nilainya untuk ditukar dengan uang, ia hanya bisa menebak sambil menggeleng. Satu hal yang mereka belum mengerti, adalah bagaimana jam itu beroperasi. Setidaknya apa yang membuat penasaran Inspektur Duncan sebelumnya masih menjadi tanda tanya.
Posisi yang sama dengan ukiran relief dinding di lantai satu, mereka memandang sesuatu yang lebih baik setelah menaiki tangga. Sebuah ruangan dengan dua pintu, tertulis sebuah nama yang tidak asing. Namun pandangan mereka lebih tertuju pada bagian atas pintu tersebut.
Mata Desdemona dibuat melongo, ia hanya mengangguk kagum. “Jadi… ukiran kepala gagak di atas ruangan dua pintu? Matanya benar – benar jam!”
“Bisakah kita masuk ke dalam terlebih dahulu?” kata Monkey.
Edelyn dan Steve mengangguk.
Ruangan yang cukup luas. Meja yang diatasnya terdapat pesawat telepon, sedangkan sisanya berupa stampel, sekotak klip, wadah alat tulis, spidol, dan alat untuk legalisir lainnya. Dibelakangnya terdapat jendela yang posisinya memang diatur agar sinar matahari masuk dan menjangkau tempat pemiliknya duduk. Sedangkan pemandangannya tidak diragukan lagi, taman belakang rumah. Lantai di ruangan ini dilapisi karpet hitam dengan motif merpati putih.
Temboknya tidak tampak terlalu berbeda dari ruangan pembantu, namun tertutup oleh rak – rak buku dengan rapi dan tampak sama. Mulai dari buku dongeng, buku sains, hingga buku profesional di kalangan pebisnis. Namun rak sebelah jendela, tepat di belakang kanan tempat duduk korban memiliki perbedaan yang tak terlalu mencolok. Selain menyimpan buku – buku mitologi, terdapat beberapa ruang menyimpan hal lainnya. Salah satunya tempat mainan, walahpun tidak hanya permainan papan seperti yang dibilang Madame Lorraine. Beberapa miniatur, dan satu tempat dengan pintu yang digeser.
ns 15.158.61.54da2