“Mohon anda semua dilarang masuk.”
Monkey memeriksa pria yang tampak menikmati kehangatan dan kesunyian dengan mengunci kamarnya. Hanya saja pria berambut gelombang itu mulutnya agak menganga, tidak ada tanda – tanda bergerak sedikitpun bahkan matanya yang telah berhenti berkedip. Lalu ia melihat ke bawah terdapat bekas brendi yang tumpah membasahi sisi lengan sofa dan agak menggenang di lantai. Botolnya telah berkurang isinya menyisakan seperempat.
Desdemona melihat pada sofa lainnya terdapat karangan bunga beserta surat lainnya. Di bagian meja pun terdapat kettle elektrik yang menyala dan dua gelas martini yang kira – kira isinya dari kettle tersebut. Mereka menatap sesaat, Monkey menggeleng sebagai tanda isyarat.
“Maaf, mohon hubungi polisi. Sementara anda semua silahkan makan malam. Sisanya biar kami berdua sambil menunggu mereka.”
Semua orang terkejut tanpa terkecuali, untungnya posisi mayat membelakangi mereka sehingga tak terlalu tampak mengerikan. Mereka pun kembali.
Desdemona membaca surat dekat karangan bunga mawar tersebut.
“Kami setuju setelah menerima beberapa sampel, mohon mengirimkan tepat pada waktunya, N. N.”
Monkey pun membacakan surat lain.
Sudah kucarikan distributor petani lebah tinggal konfirmasi. Ini untuk terakhirnya berurusan dengan kalian. Sisanya tugasmu, pastikan purchasing order itu aman wanita sialan!
C. A.
“Bagaimana kondisi korban?” Tanya Desdemona.
“Bagian mulut terdapat bekas cairan, saya tidak mencium hal aneh. Tubuhnya hangat dan agak lemas. Mungkin sekitar beberapa menit yang lalu kematiannya. Bagian punggungnya agak dingin. Tapi ini aneh.”
Desdemona lalu memeriksa, sementara Monkey mencari suatu petunjuk di sekitar.
“Katakanlah, Nona Desdemona, apakah berarti hangat itu panas dan sesak?”
“Huh? Tentu tidak. Apa maksudnya itu?”
“Mari kita sepakati bahwa hari ini udaranya lebih dingin dari biasanya. Perapian adalah hal yang wajar. Tapi masalahnya, setelah perapian haruskah ada penghangat? Lagipula jendela sudah tertutup rapat bahkan tirainya juga.”
Desdemona meraih punggung korban.
“Masuk akal. Setidaknya aku sedikit kurang setuju bila ini kematiannya beberapa menit yang lalu, meskipun itu masih mungkin. Well anggap saja lima puluh banding lima puluh.”
“Apa maksudnya?”
Kemudian bagian mata korban dibuka agak lebar, lampu senter ponselnya cukup membantu Desdemona kali ini.
“Tubuhnya sekarang agak kaku. Setelah kuperiksa bagian matanya sudah kering. Aku sama sekali tidak mencium bau almon atau sianida maupun zat lain. Bila diasumsikan racun, tanpa bau dan rasa, berarti ini arsenik. Tapi kesimpulannya anda sangat benar bila ini kematian yang aneh. Ditambah lagi ruangan yang terkunci rapat.” Katanya sambil menoleh ke arah bawah dekat pintu.
Monkey segera mengambil apa yang dimaksud Desdemona.
“Kunci? Apa yang dilakukan kunci ini di sini?” gumamnya.
“Oh benar Tuan Monkey…” Desdemona tiba – tiba menjelaskan secara singkat kronologi waktunya dari awal datang sampai terakhir bertemu Steve kemudian kembali ke kamar.
“Untuk apa? Lagipula mengapa setelah itu anda ke kamar?”
“Kau akan tahu setelah ini.”
Beberapa menit kemudian polisi datang dengan beberapa tim forensik. Mayat pun diangkut, Desdemona menjelaskan pada Inspektur Duncan.
“Saya tak percaya bahkan kalian pun yang menetap di rumah ini,” tambahnya saat masuk ke TKP. “Berapa tebakan anda waktu kematiannya?”
“Tidak juga, kami barusan kembali pukul tiga sore. Ini agak sulit, mengingat kondisi matanya yang sudah tak berair rentang waktunya bisa jadi empat hingga enam jam. Tapi mengingat kondisi kakunya barusan, jadi kupikir mungkin saja terjadi beberapa menit,” tambahnya. “Saya akan bergabung dengan Nyonya Celesys Duncan, sementara Tuan Monkey yang menggantikan peran saya.”
“Ah, dimengerti,” tambahnya. “Tuan Monkey, bisa kita mulai sekarang?”
Monkey mengangguk.
Mereka pun menuju ruang makan.
Beberapa makanan masih tersisa, bahkan ada yang belum tersentuh. Tampaknya bertambahnya korban agak mengurangi nafsu makan. Segeralah meja tersebut dibereskan oleh kedua pembantu muda itu yang terlihat agak panik.
“Sementara kalian di sini, kami akan interogasi satu – satu. Mengingat korban bertambah, saya tentu saja tidak bisa membiarkan ini lebih buruk. Jadi saya harap, anda semua harus kooperatif.” Jelas Inspektur Duncan dengan tegas.
“Tuan Monkey akan menggantikan saya sesaat, sementara saya harus melaksanakan hal lain. Terima kasih.” Kata Desdemona lalu pergi.
Barang bukti berupa bunga karangan bunga mawar dan surat ditaruhnya pada meja besar ruangan makan tersebut. Namun teh yang masih hangat perlu diperiksa. Monkey memandangi mereka satu per satu, tempat diatur seperti biasanya saat makan.
ns 15.158.61.55da2