Sementara itu, Nona Desdemona menuju ruang tamu untuk menunggu Bibi Kathryn. Dalam pikirannya belum terjadi kemajuan. Agak kecewa dengan sikap pembantu tersebut, memang terkadang sesuatu berjalan diluar yang diinginkan. Menurutnya hal itu memang wajar karena kedua wanita muda itu secara langsung melihat kejadian. Ditambah penampilannya lebih menunjukkan sikap serius. Karena hal itu, ia percaya bahwa Monkey bisa mengurusnya. Ia membenamkan di kursi sofa, kakinya disilangkan, dan melakukan diskusi kecil.
“Jadi, menurut anda bagaimana, Tuan Duncan?”
“Mereka masih sama saat kemarin kami melakukan interogasi,” tambahnya dengan lesu. “Menjauhkan kami dari bukti dengan ketakutannya.”
“Ngomong – ngomong soal kemarin, apakah ada beberapa informasi yang mungkin belum anda sampaikan?”
Pria itu terdiam sejenak, matanya menatap Nona Desdemona tanpa berkedip. Lalu kemudian wajahnya melesu.
“Entahlah, saya kira itu sudah semuanya.”
“Bagaimana dengan ukiran jam burung gagak itu?”
“Oh itu? Ya saya juga melihatnya. Seperti kata Nyonya Antoinete tadi, memang tepat di atas pintu ruang pribadi korban. Ukiran itu sangat unik, bagian matanya bisa berkedip.”
“Apakah memang benar ada jamnya?”
“Memang ada. Jarumnya bisa digerakkan dengan mudah. Saya sudah mencobanya, tapi…” tambahnya dengan ekspresi tak yakin. “Saya belum memastikan, tapi yang jelas mustahil memanipulasi jam itu.”
“Maksud anda?”
“Waktu itu saya mencoba memutar jarum jam tersebut, tapi setelah beberapa detik matanya berkedip, terdengar suara merak bergema, lalu jarum tersebut kembali ke arah waktu sebenarnya.”
Roman wajah wanita itu menjadi serius. Kesangsiannya semakin bulat terhadap keanehan Nyonya Antoinette yang terlihat tidak yakin pada ucapannya, terutama soal waktu kejadian.
Suasana menjadi serius. Seolah bunyi hentakan kecil sepatu Inspektur Duncan yang hanya terdengar, menguasai tempat itu. Lalu terdengar seseorang turun dari tangga yang membuyarkan kesunyian. Pandangannya terfokuskan pada sumber suara tersebut.
“Nona Desdemona? Inspektur Duncan? Anda sudah selesai?”
Nona Desdemona menjelaskan tentang perubahan rencana yang tidak diduga. Alih – alih demi mendapatkan keterangan dan bukti yang lebih mudah. Bibi Kathryn mengangguk setuju.
“Mari kita bicarakan di tempat saya,” bisik wanita parubaya itu dengan sikap penuh curiga. “Bahkan tembok – tembok di rumah ini bisa mendengar.” Bola matanya bergerak ke kanan dan kiri.
Kedua orang yang diajak itu hanya mengangguk normal. Menujulah tempat sebelah dimana Monkey melakukan perannya, masih terdengar suara samar – samar. Dibukalah ruangan kepala pembantu itu. Isinya tak jauh berbeda dari ruangan pembantu. Selain ukurannya yang tiga perempat dari ruangan sebelahnya, terdapat beberapa rak buku dan satu komputer yang membedakan. Mereka dengan posisi duduk hampir sama seperti yang Cake lakukan. Bibi Kathryn menawari minum. Inspektur Duncan meminta tisane sama seperti Bibi Kathryn, sedangkan Nona Desdemona jeruk hangat.
“Mungkin kami masih kurang jelas, terus terang saja,” tambah Nona Desdemona sembari menyilangkan kakinya dan terbenam senyaman mungkin. “Selain orang yang bernama Chester, adakah orang lain yang membenci korban?”
Matanya memandang ke samping, nafasnya dihembuskan dengan berat, kepalanya disandarkan pada tangan kanannya, roman muka Bibi Kathryn terlihat ragu.
“Anda langsung memulai dari pertanyaan tersulit, Nona Desdemona.”
“Mengapa demikian?”
“Eh? Entahlah. Saya tidak punya prasangka buruk terhadap siapapun di rumah ini selain Chester,” tambahnya. “Sebenarnya terus terang keluarga ini jarang sekali menghadapi percekcokan selain kemarin. Semua orang disini cukup akur meskipun sebagian besar jarang mengobrol. Mereka sibuk karena pekerjaannya masing – masing.”
“Setidaknya tidakkah ada orang yang—mungkin jahil—eh tidak. Maksud saya perangainya— agak usil?”
“Mari kita lihat,” Bibi Kathryn memejamkan matanya sejenak, jari – jarinya disatukan, tangannya mengenggam satu sama lain yang kepalanya ditaruh diatasnya. “Saya kira tidak mungkin pada anak Nyonya Hannah. Mereka terlalu tenang, tidak pernah pilih – pilih dan tidak pernah berbicara hal yang tidak penting.”
Kemudian matanya terbuka, “Saya kira anak dari istri kedua.”
“Bila anda berkenan bercerita, Bibi Kathryn.”
Balasnya mengangguk.
“Putri sulung dari Nyonya Roslyn sebenarnya orang yang sopan dan tidak pilih – pilih. Nona Edelyn juga sangat menopang perusahaan Antoinette, terutama yang berkaitan dengan keuangan. Sangat teliti dan cekatan. Hanya saja dia seringkali meremehkan orang lain walaupun saya tak mengalami hal itu.”
Nona Desdemona mengangguk mengerti.
“Orang yang serius, eh? lanjutkan Madame.”
“Yang kedua adalah Nona Henrietta. Orang yang cukup tenang dan cerdik, murah senyum dan berkharisma. Bisnisnya cukup besar, sangat mandiri tanpa bantuan perusahaan keluarga. Tapi saya agak tidak menyukainya.”
“Ada sesuatu yang salah dengannya?”
“Setidaknya cukup membuat Nona Lilia menggigit bibirnya, anda bisa tanyakan pada orangnya sendiri. Bahkan pernah mempermainkan jadwal giliran yang terlimpahkan pada Tuan Steve dan juga pernah mengancam Nona Edelyn.”
ns 15.158.61.54da2