“Berapa kali ayah anda keluar negeri?” Tangan Desdemona memutar – mutar globe pada meja.
“Entahlah? Ayah sering berganti – ganti tempat sejak dulu. Yang saya tahu terakhir kali ia pernah bilang akan pergi ke Brussels. Itu sejak sepuluh tahun yang lalu, saat sebulan ia di rumah. Bahkan saat itu seringkali mengajak kami berlibur sebelum akhirnya menghilang lagi.”
Steve mengangguk mendukung pernyataan Edelyn.
Monkey mengelilingi seluruh rak buku, sedangkan Inspektur Duncan lebih tertarik pada jendela yang cukup lebar. Dibukanya jendela itu, balconi dengan pemandangan taman di belakang yang bukan main indahnya. Beberapa kamar hotel disewakan dengan harga yang lebih mahal karena pemandangannya, setidaknya itu yang menggambarkan nilainya.
“Bisakah ini menjadi titik pentingnya, Nona Desdemona?” Inspektur Duncan bersandar pada tembok pembatas balkoni. “Maksud saya, bisakah orang terlihat di sini dengan mudah?”
Desdemona mendekat.
“Tuan Monkey, tolong lampunya.”
Monkey segera menuju arah pintu masuk, menekan tombol saklar. Lampu di tengah ruangan itu cukup terang.
Desdemona mengangguk.
“Apa yang anda temukan, milady?”
Monkey segera diberitahu pendapat yang diajukan Inspektur Duncan. Pria itu mencatatnya pada buku kecil warna hitam dari sakunya. Langkahnya agak terburu – buru, wanita itu menghadap Edelyn dan Steve.
“Apa anda punya tukang kebun?”
Mereka saling menatap, kemudian Edelyn mengangguk.
“I—itu benar,” Edelyn menatap bergantian ketiga orang tersebut dengan kebingungan. “Sebenarnya ada apa ini?”
“Ah, sebenarnya…”
Desdemona menjelaskan penyebab kematian korban, diserahkannya selembar fotocopy data forensik pada halaman tertentu mengenai rincian kondisi tubuh korban yang sebenarnya.
Mereka terkejut, namun tidak memberi tanda duka yang lebih. Lebih daripada itu, mereka malah dibuat kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi. Mengingat keheranan yang sama diungkapkan seperti pernyataan orang seisi rumah yang sebelumnya dimintai keterangan, ketiga orang itu tambah bingung. Edelyn menambahkan bahwa ayahnya bukanlah tipe orang yang akan membuat perpecahan di rumah ini, bahkan selalu bersikap adil dalam hal apapun. Lagi – lagi pernyataan yang tidak jauh beda dari apa yang didengar Monkey dari mulut kedua pembantu muda yang ia interogasi sebelumnya.
Kemudian Monkey masih berkeliling, kepercayaannya masih mengikuti arah rasa penasarannya yang kebanyakan di kasus – kasus lama terbukti cepat menuju pada yang diinginkan.
“Apakah orang tersebut sekarang bisa ditemui sekarang?”
Edelyn menggeleng.
“Beliau sudah pulang. Tapi jangan khawatir, Nona Desdemona. Tidaklah sulit bertemu Nyonya Dornicle. Beliau bekerja di sini shift pagi, sore, dan malam tiap dua jam hanya mengurus kebun. Mendengar latar belakang hidupnya, kami tersentuh. Membayarnya penuh delapan jam, sistem shift, saya rasa itu cukup baik bagi kami untuk membantunya. Lagipula beliau masih baru, sekitar seminggu.”
“Bagaimana anda bisa mengenalnya? Saya kira kompleks rumah ini tak terlalu mudah bersosialisasi,” Inspektur Duncan melihat – lihat rak dan melihat sesuatu selain. “Saya pikir mereka yang berilmu lebih banyak untuk diam di rumah.”
Mereka menghela nafas.
“Anda benar, Lorraine yang membawanya.”
“Oh?”
Monkey mengamati Inspektur Duncan yang tampak menemukan sesuatu yang berbeda. Lalu mendekat.
“Anda terlihat sibuk, Inspektur?”
“Ah, Tuan Monkey.” Kepalanya menoleh. “Sebenarnya untuk beberapa alasan saya agak enek dengan gagak. Miniatur ini oasis bagi saya.”
“Ah!”
Kemudian ia menuju ke arah Steve.
“Ayah anda penikmat Commedian dell’Arte, Tuan Steve?”
“Eh? benarkah?”
“Anda tidak tahu?”
Pria itu terlihat bingung.
“Mengapa anda berkata begitu?” Tanya balik Edelyn.
“Mari ikut saya.” Monkey membawa mereka ke tempat Inspektur Duncan membawa pencerahan untuknya. Desdemona ikut tepat setelahnya.
“Ada yang aneh dengan miniatur itu?”
Monkey mengangguk dengan senyuman ringan. Lalu kepalannya menoleh ke arah pria di sebelah Nona Edelyn. Pria itu mengangkat bahunya.
“Ini miniatur Commedian Dell’Arte. Tapi hal itu bisa dimengerti mengapa beberapa dari anda tidak mengetahui. Lagipula itu cukup kuno, dan mencari panggungnya di jaman sekarang cukuplah sulit. Tidak bila anda mengetahui saluran radio lokal atau menonton rekaman lama, mungkin.” Jelas Inspektur Duncan.
“Oh benarkah?” Roman wajah Edelyn tersenyum tipis, matanya menatap tenang. “Saya hampir saja akan membuangnya. Tapi memang benar, cukup sulit menemukan barang rongsokan di rumah ini.”
Steve mengambil miniatur tersebut. Ia memicingkan matanya sesaat.
“Jadi… saya masih tidak yakin tentang hal itu,” ia menggaruk kepalanya. “Saya tidak mengerti mengapa orang menaruh minat pada miniatur porselen ini?”
Monkey melihat – lihat dekat rak tersebut.
“Ah, yang anda pegang adalah pulcinella. Karakternya tidak dapat diprediksi. Daripada dipanggil bodoh, saya lebih senang menyebutnya cerdik,” ia mengangkat miniatur yang lainnya dan memperhatikan bagian bawahnya. “Tapi miniatur – miniatur ini tidak cacat, bahkan sangat sulit penampilannya seperti baru.”
Desdemona merasa ada yang mengetuk pintu kepalanya, mendengar dari kata – kata Monkey.
“Sebenarnya kisahnya lebih menarik dari yang anda kira. Kira – kira itulah yang menaikkan nilai cinderamatanya.” Monkey mengembalikan miniatur Columbina yang dipegangnya, sedangkan Steve setelahnya. “Tapi…”
“Ya?”
“Saya lebih tertarik pada laci ini.” ditunjuknya bagian rak dua langkah di atas tempat miniatur dan buku. “Posisinya kurang ideal, tentunya orang tua seperti saya kebanyakan agak rentan naik tangga.”
ns 15.158.61.54da2