“Seorang wanita punya gadis kecil yang lucu umur tujuh tahun, dititipkan pada temannya. Ia berjanji pada gadis kecilnya kalau kembali dengan tempat teduh yang lebih baik. Suatu saat hari itu tiba, sesuatu yang dititipkan haruslah diambil kembali, bukan? Setidaknya hingga sekarang ia meninggalkan beberapa kalung dan cincinnya tanpa menatap kembali yang dititipkan. Sampai sekarang saya masih ingat! wajah dan kelakuannya!” Katanya sambil memutar – mutar gelas yang dibawanya, matanya agak berkunang – kunang.
“Gadis itu adalah anda? Tapi itu berarti milady, Tuan Richard yang mengurus anda sampai sekarang?”
“Ya, sampai saat melunasi rumah ini, limfoma membunuhnya.”
“Ah, saya mengerti.” Kata Monkey menaruh rasa duka.
“Limfoma?” tanya wanita tomboy itu.
“Kelenjar getah bening. Biasanya orang yang terlalu lelah tapi memaksakan kerja. Seniman adalah salah satu pekerjaan yang penuh resiko. Selain ketidakstabilan keuangan, terlalu capek, buntu inspirasi, saya kira terlalu sering menghirup cat juga tidak baik, bukan begitu?”
Nona Selery mengangguk.
“Benar, anda tahu banyak? Well,Paman Richard pernah bilang padaku kalau sebaiknya tidak mengikuti jejak sebagai seniman. Pada saat itu karena saya menumpang, tidak pernah terpikir untuk menolak. Setelah lulus sekolah, saya bekerja sebagai resepsionis di penginapan Whitehaven, Howgate. Penginapan bintang tiga, tapi fasilitasnya hampir mirip bintang empat. Melihat paman membuat karyanya dengan gembira semalaman, saya memutuskan untuk berhenti setelah tiga tahun bekerja.”
“Boleh saya lihat beberapa karya beliau?”
“Kalau itu…”
“Ada masalah?”
Ia menggeleng.
“Setidaknya saya butuh bantuan satu atau dua orang untuk menurunkannya.”
Monkey dan wanita tomboynya saling menoleh, lalu tanpa berpikir lama menuju lantai satu. Kamar yang mengisi tidak lain hanya dua tempat tidur terpisah, lemari, dan dua kardus yang ukurannya cukup besar. Satu kardus setidaknya membuat tiga orang itu menurunkan agak kuwalahan. Hingga pada akhirnya ketiga orang itu harus tidur di atas lantai mengembalikan alur nafasnya, sementara Monkey telah melepas jas dan kemeja sebelumnya. Wanita yang dipanggil Selery itu menuju wastafel untuk mencuci mukanya dari keringat lalu kembali.
Dibukanya kardus yang pertama.
“Ngomong – ngomong apa yang membuat kanvas yang dilapisi cat bisa seberat ini?”
“Bukan kanvas pada umumnya. Mereka biasanya dibuat dari semen dan batu kapur.”
“Ah, saya pikir itu tidak mengagetkan.”
Wanita tomboy itu angkat bicara.
“Rasanya seperti mengangkat dua ban mobil sekaligus.”
“Anda pernah melakukannya? Maksudnya mengangkat seperti kerdus ini?” tanya Monkey agak heran.
Angguknya.
“Sendiri. Anda tahu? Sesekali saya ingin mencoba menjadi lelaki. Well…” tambahnya sambil menghela nafas. “Saya berakhir istirahat tiga hari.”
“Tak apa, setidaknya itu cukup membuktikan.”
“Itu benar, saya wanita yang kuat.” Nadanya penuh kebanggaan.
Monkey memasang wajah kasihan.
“Tidak, betapa lemahnya otak anda.” Katanya sambil menggeleng.
Wanita tomboy itu langsung menjadi sebal.
Diangkatnya lukisan, terlihat sebuah gambar ukiran halus berbentuk lima jari tangan hingga pergelangan namun tak sampai pundak. Lekak – lekuk ukiraan yang dirasakan dibuat halus dan menyerupai patung tangan. Terutama pada jari tengahya seperti sengaja dibuat celah yang menyebabkan lipatan – lipatan alis Monkey sempat naik turun.
“Katakanlah, Nona Selery, maaf bila saya salah tapi apakah memang dibuat celah seperti ini?” tambahnya sambil meraba – raba gambar tersebut. “Saya mengerti mengapa kanvasnya juga berbeda, tapi apa beliau dulunya pemahat?”
“Seni lukis ukir. Tapi anda ada benarnya, Paman Richard dulu sering membuatkan saya mainan. Seni ukir ini sebenarnya memberikan kami dua pilihan, menggunakan teknik embossed atau ukiran yang lebih menunjuk pada relief. Karena embossed terlalu mahal untuk hasil yang maksimal, Paman memilih yang satunya.” tambahnya sambil menyentuh bagian yang dimaksudkan. “Inilah triknya, menciptakan konsep suasana dua tempat realita dan ilusi. Dengan cincin ukuran tertentu sesuai celah yang dibuat, Premonition Hand akan menggambarkan kegembiraan daripada kekosongan.”
Monkey mengangguk dengan perasaan takjub. Kini pikirannya menilai bahwa seseorang Richard Selery bukanlah orang sembarangan terlepas dari beberapa fakta yang menyedihkan. Terutama saat melihat celah kecil pada karya tersebut.
Monkey melirik ke arah tangan kanan wanita tomboy itu.
“A—apa? anda mau apa?” katanya sambil menyembunyikan tangannya.
Usaha Monkey tidak sampai disitu, digelitiklah perutnya hingga mata wanita tomboy itu mengeluarkan air. Tawanya yang tidak bisa ditahan membuat kepastian pada usaha Monkey merebut cincin itu.
“Usaha yang bagus, Nona Norwich. Kalau anda seperti kucing yang lucu saya tidak harus berbuat lebih jauh.”
“Ini Egremont! Kau kakek mesum! Lagipula itu satu – satunya jalan keluar bila sangat mendesak. Milik ibu yang terakhir.” Tambahnya dengan agak merengek. Sempat membuat pemilik rumah agak kasian.
“Wanita remaja memang suka melodramatis. Anda harusnya lebih banyak menonton berita daripada drama.”
ns 18.68.41.140da2