Cincin yang katanya dipinjam itu dicoba dibenamkan pada celah lukisan premonition hand. Setidaknya wajah sebal wanita tomboy itu agak digantikan dengan kejutan. Benda itu masuk dengan tanpa paksaan, didorongnya hingga mencapai batas dan pas. Mereka akhirnya mengerti maksud perkataan Nona Selery. Setelah itu cincin tersebut beralih kembali pada tangan cantik pemiliknya.
“Saya pikir Monsieur Richard Selery orang yang sangat sentimental pada karyanya.”
“Paman pernah bilang kalau ‘Michelangelo adalah simbol kecantikan dan kekuatandengan Davidnya, Gates of Paradise adalah imajinasi indah dari Lorenzo Ghiberti, maka Richard Selery Watcher adalah pengingat.’ Tapi memang benar ia selalu mengidolakan David, walaupun belum pernah mengukir tiga dimensi sebagus itu. Karena ketidakmampuannya, jalan tengah adalah seni ukir. Saya akui ukirannya sudah lebih seperti relief.”
“Benar.”
Monkey mengambil lukisan di bawahnya, terdapat gambar rusa dan hutan. Sama uniknya dengan yang sebelumnya, namun dengan trik yang berbeda. Pada gambar hutan dibuat seperti celah pembatas menggunakan magnet, bila diangkat maka dibaliknya bergambar hutan yang telah gundul. Lalu pada bagian paling belakang, sebuah gambar kotak perhiasan merah yang dibuka. Isinya adalah kalung yang ditidurkan serta cincin di atasnya.
“I—ini asli?” kata Monkey sambil menyentuh sesuatu yang dianggapnya perhiasan.
“Ingat wanita sialan yang saya ceritakan di awal? Inilah yang satu – satunya ditinggalkan. Saya baru mengetahui saat baru bekerja sebagai resepsionis.”
Kemudian wanita itu mengambil perhiasan cinci dan meninggalkan kalung pada tempatnya. Cincin itu kemudian ditempatkannya pada premonition hand.
“Saya mengerti mengapa dibalik kerdus ini, karyanya dipisahkan dengan pelindung kotak lagi. Ini cara yang bagus walaupun lebih baik dipajang.” Kata Monkey sambil memandang tembok - tembok, wajahnya menyiratkan kebingungan.
Kemudian beralih pada kerdus yang kedua. Diangkatnya dua lukisan dibantu wanita tomboy itu. Dua karya agak kurang menarik untuk dibahas, namun tidak setelah melihat yang terbawah. Sebuah gambar wanita separuh muka dari pundak sampai hidung. Rambutnya pendek agak bergelombang, tanpa anting ataupun kalung dengan bibir merah agak tersenyum. Hanya saja lukisan tersebut ukirannya tidak semenonjol yang sebelumnya. Tidak juga terasa kasar, tapi ketika diraba terasa sedikit dingin.
“Yang satu itu saya masih tidak mengerti. Daripada Raindeer atau dua yang lain. Saya mengerti bila itu wanita, tapi mengapa dibuat setengah?” katanya sambil mengambil sepotong kue yang sejak dari tadi di hidangkan.
Wanita tomboy itu juga menaruh kebingungan.
Monkey mengangguk.
“Masih dengan hal tersebut, bahannya agak berbeda dari yang sebelumnya. Tapi saya merasa familiar ketika memegangnya, seperti dua lukisan wanita bertopeng di rumah keluarga Antoinette. Anda tahu?”
“Ada perbedaan sedikit dibandingkan hanya Stucco, ada campuran keramik sehingga agak menyerap dingin. Bagi yang pertama kali memegang mungkin rasanya agak kasar, tapi setelah tahu Premonition Hand maka rasanya agak lebih dingin. Saya pikir itu akan lebih meningkatkan nilainya daripada hal lain. Mengenai dua wanita topeng saya pernah melihat saat akan melukiskan istrinya. Tapi jujur saya tidak mengerti siapa mereka, mungkin anaknya? Atau istrinya yang lain? Saya yakin anda yang lebih tahu.” Jelasnya sambil melepas ikat rambutnya.
Monkey agak kebingungan, sekali lagi pandangannya mengandung jalan buntu.
“Ta—tapi setidaknya Nona, sebuah trik atau apapun itu, mungkin?”
Wanita itu mengangguk dan menjelaskan beberapa hal. Hingga sesekali pria itu melirik arlojinya setelah bingungnya agak terjawab. Nona Selery sempat ke toilet setelah memakan beberapa kue. Setelah mencuci tangannya ia kembali, tepat setelah dua tumpuk kerdus sementara ditaruh agak pinggir. Sekotak kue telah habis setidaknya menemani pembicaraan di malam yang cukup tenang itu.
“Saya tidak mengira secepat ini, tapi Norham Gardens cukup jauh,” tambahnya sambil menoleh pada wanita di sebelahnya. “Bagaimana menurutmu, Nona Egremont?”
Wanita tomboy itu menyela.
“Norwich! Eh? tidak, maksudku Egremont,” tambahnya agak terbatuk – batuk. “Uhuk, ehm… Aku tidak masalah.”
“Bukanlah tempat yang luas, tapi maukah anda menginap—eh… Tuan Keymarks?
“Anda murah hati. Saya yakin Monsieur Richard Selery adalah orang yang dermawan. Lagipula saya membawakan beberapa bahan makanan untuk sarapan.”
Setelah itu si sopir telah terlelap duluan pada sofa yang cukup nyaman itu membuat pria tua itu harus menggendongnya pada lantai satu. Saat turun, ia baru ingat beberapa hal yang belum ditanyakan.
ns 15.158.61.55da2