“Nona Selery?”
“Ya?”
Duduklah mereka pada tempat yang sama. Dikeluarkannya isi tas selempang yang berupa kotak di dalamnya.
“Maafkan saya tapi ini yang paling terakhir saya tanyakan,” tambahnya sambil mengeluarkan isi kotak tersebut. “Tuan Antoinette menyuruh Monsieur Selery untuk mengerjakan dua karya seni, benar?”
Wanita itu memegang – megang benda tersebut.
“Tiga. Ini bagian dari Watcher.”
Kemudian ia menjelaskan dengan singkat sambil menyelesaikan cuciannya. Mendengarnya Monkey semakin berseri – seri sebelum akhirnya ditinggal oleh wanita pemilik rumah itu untuk tidur seruangan dengan gadis tomboy yang sudah mendahuluinya.
Paginya Monkey tengah menyiapkan beberapa makanan yang cukup sederhana. Nasi goreng dengan beberapa potong beku seafood. Porsinya agak besar hingga beberapa bagian dibawanya bekal untuk dua orang.
Kini mereka makan bersama setelah bergiliran menggunakan kamar mandi lalu bersiap – siap berpamitan.
Barang semua sudah diangkut pada mobil, bersamaan dengan sopir yang telah menyalakan mesinnya.
“Kue anda ketinggalan.”
“Ah, itu adalah pengganti uang muka atas kebaikan yang anda berikan?”
“Sebuah kenangan? Lagipula saya mungkin dalam jangka yang dekat ini akan pindah ke flat kecil. Rumah ini akan saya jual.”
Monkey diam sejenak, sesaat ia menoleh pada wanita sopir itu.
“Dengar, Nona Selery. Kalau anda agak bersabar sedikit—setidaknya satu minggu, maka Monkey akan mencari jalan keluar yang terbaik.” Katanya sambil wajahnya agak didekatkan.
Wanita itu menggeleng.
“Saya masih tidak mengerti.”
“Itulah keburukan saya, selalu menyimpan rahasia saat belum siap dibeberkan. Lagipula saya tidak pernah tanggung – tanggung membantu seseorang yang baik dalam tingkah lakunya. Anggap saja itu standar.”
Nona Selery masih ditandai rasa ketidakmengertian.
Monkey menghela nafas.
“Anda tahu? Semalaman saya mengejar rasa penasaran anda. Yang menarik dari wanita cantik adalah saat ia dilukis, lalu kecantikannya menjadi abadi.”
“Benar, lalu?”
“Apalagi yang wajahnya dibuat setengah.”
Wanita itu masih terlihat bingung.
“Karena setengahnya di situ.” Tunjuknya sambil mengenggam pada dada sebelah kanan agak mendekati pundak wanita tersebut. Saat genggamannya dibuka, sepucuk kertas diterima kedua tangannya dengan menengadah. Perlahan mobil yang membawa Monkey menjauhi rumah teras pink itu, bergerak pula air dari kedua mata wanita itu dengan bebasnya bergerak melewati pipi.
Pandangan Monkey kemudian berbalik searah dengan sopir.
“Norham Gardens?” kata wanita tomboy tanpa menoleh ke belakang.
Ponselnya membuat wajah pria tua itu cemberut.
“Belum.”
***
ns 15.158.61.55da2