“Ah, mess dokter?”
Mereka mengambil tempat duduk agak tengah.
“Shift yang panjang kadang – kadang membunuh secara perlahan,” tambahnya sambil menunjuk ke arah pintu belakang. “Setidaknya saya diperbolehkan memakai kasur di sana.”
Pria itu melihat jam pada tangan kanannya.
“Waktunya makan malam.”
Diambilah panci dalam kulkas, lalu dihangatkan di atas kompor.
“Apa itu?”
“Eh? ini sesuatu yang membuat kentang terasa lebih lezat.”
Wanita itu membuka kaleng minuman yang sama dari tempat sebelumnya.
“Ngomong – ngomong, saya telah mengunjungi Antoinette Corp.”
“Oh ya?” tambahnya sambil memutar knob kompor ke arah kiri. “Apa yang anda dapatkan?”
“Saya hanya heran mengapa ide – ide brilian tidak cukup untuk menarik anda jadi bagian dari perusahaan?”
Wanita itu mengambil tegukan pertama.
Pria itu diam sejenak, sesekali membuka tutup panci tersebut.
“Saya tidak punya minat untuk lebih jauh. Yang penting bagian saya sudah berkontribusi, selanjutnya adalah tidak penting,” katanya sambil menghela nafas. “Yah, syukurnya mereka berkembang.”
“Bukannya saya tidak percaya, tapi penjelasan anda terkesan sangat diplomatif.”
“Anda meragukan saya?”
Desdemona menyilangkan kakinya.
“Tidak juga, saya hanya merasa alasan itu sangat lemah dan tidak berambisi.”
Suara tutup panci memukul – mukul, pria itu mengecilkan tekanan gas kompornya. Selanjutnya ia mengambil satu bak kentang yang sudah terpotong panjang – panjang penuh air.
“Mengapa saya harus begitu?” tambahnya sambil memindahkan kentang ke saringan dan membilas dengan air sampai dua kali. “Saya dengan urusan saya, mereka dengan mereka.”
Wajah Desdemona menjadi agak sebal mendengar jawaban yang sama sekali tidak membawa perkembangan.
Katanya agak nyaring, “Peternakan di lantai dasar cukup menjanjikan. Seseorang menggunakan gagasan itu dan mewujudkannya hingga akhirnya Antoinette Corp punya produk jadi, keju, mayonaise dan cuka. Alih – alih mengantisipasi masalah kurangnya stok di musim dingin, tapi saat kami cek stoknya agak melimpah. Ini mengindikasikan berarti sebenarnya hal itu bukanlah masalah. Mereka pikir kami tidak tahu betapa banyak dan moderennya peternakan di inggris? Dan siapa yang menjadi tokoh tersebut? Nona Lilia.”
Kemudian kata – katanya dilontarkan semakin cepat dan nyaring hingga beberapa orang menoleh. Sementara pria itu menuangkan minyak cukup banyak pada panci penggorengan. Dinyalakanlah kompor yang lainnya.
“Kedua, seseorang dengan pikiran kreatifnya mengembangkan dan memodifikasi tanaman di rumah kaca, lantai teratas. Memodifikasi ranting dan batang pohon apel agar tidak terlalu menjulang tinggi, tanaman anggur yang menjalar teratur dan indah, kualitas buah yang lebih baik bahkan pembudidayaan jamur dan tanaman herbal. Seseorang lulusan dari Universitas Reading, salah satu universitas agrikultur terbaik dan terbesar di Inggris. Bahkan pernah menjadi pertukaran pelajar di Wageningen, Universitas Agrikultur terbesar dan terbaik di dunia, jadi Tuan Steve pernah di jerman, huh? Sementara anda?”
Katanya sambil menggoreng kentang tersebut, “Saya ikut projek modifikasi tersebut, memang. Saat itu memang sangat menyenangkan, pulang malam, bercengkrama, membahas hal baru, penuh penasaran. Hingga ia memutuskan untuk meraih cita – citanya sendiri, saya pun demikian.”
Pria dokter itu mengeluarkan fillet daging dari kulkasnya. Lalu mematikan salah satu kompor, sementara setelah kentang digoreng lalu ditiriskan. Kemudian daging fillet itu siap diceburkan pada minyak yang dalam, bekas penggorengan pertama.
Desdemona dengan emosinya yang meledak menggebrak meja tersebut. Untungnya hanya menyisakan dua orang yang menoleh setelah sekian sisanya dipanggil untuk bertugas.
“Bicara! Saya butuh perkembangan informasi!” tambahnya dengan agak tenang, suaranya lirih. “Saya bisa saja mencurigai siapapun, toh mereka juga berniat menyembunyikan sampai akhir. Bila itu diperlukan, tapi seharusnya anda mengerti.”
Kemudian ditaruhnya kentang yang masih panas pada dua mangkuk. Tidak lupa dengan taburan garam dan lada, setelahnya baru dadih keju disebar. Panci yang diambil dari kulkas kini telah hangat, dituangkan dengan pola yang diatur agar dadih keju tersebut terkena panasnya dan meleleh. Sementara daun rosemary dipotong kecil – kecil lalu ditaburkan setelah daging fillet tidur di atas tumpukan kentang dan kondimen lainnya. Agaknya berhati – hari, dua mangkuk yang telah siap itu dibawanya menuju wanita roman wajahnya sudah bukan pertanda baik baginya.
Ia menaruh dengan sopan.
“Baiklah anda punya poinnya,” Ia mengehela nafas. “Ini karena imajinasi.”
Pria itu mengambil satu suapan.
“Sebelum masuk pada bagian alasan, saya ingin tahu dulu sejauh apa anda memahami keluarga kami?”
Wanita itu mulai mengambil satu gigitan pertamanya.
“Nah, kami hanya diberitahu bahwa korban orang yang adil, tidak mungkin banyak musuh, dan keluarga ini cukup akur.”
“Itu saja?”
“Tidak kurang, tidak lebih.”
Ia mengambil suapan yang kedua.
“Ayah memang seperti yang dikatakan tadi. Mustahil punya musuh, lagipula ia sering memberi bonus pada pekerjanya. Untuk apa seseorang dalam jangka yang singkat meracuni mesin uang bulanannya? Ayah punya ketetapan pada jam – jam tertentu. Beliau ketat, namun juga tidak. Datang harus tepat waktu, begitu juga pulangnya. Waktunya makan siang harus makan, bila mengantuk mereka bisa tidur. Asalkan mereka mengganti waktu tersebut. Sampai ini apa yang anda pikirkan?”
Wanita itu mulai pada suapan yang kedua.
“Pemberi kebebasan?”
ns 15.158.61.55da2