“Benar. Waktu itu saya sekitar 25 tahun, dan mungkin dia tidak beda jauh. Ia menyebar brosur namun tidak seorang pun menerima, selain saya. Bukan hal yang mengagetkan lagi tak ada yang mau bekerja dengan Alaister.”
Monkey mengerutkan alisnya.
“Jadi, mereka awalnya bukan Antoinette?”
“Tidak, itu adalah nama baru,” tambahnya setelah menyeruput teh. “Rumornya mereka adalah keluarga yang kasar, melakukan segala cara namun seseorang yang mencoba membuktikannya akan lenyap. Saat itu saya masih bersikap tidak terlalu peduli dengan rumor, karena kondisinya sangat butuh uang. Dan memang benar, upahnya besar, tinggal di mansion yang besar, serta pekerjaanya tidak terlalu menyusahkan.”
Wanita tomboy itu akhirnya angkat bicara setelah menyisakan sepertiga biskuit.
“Ah, saya pernah dengar yang seperti itu. Depannya sangat segar meski dalamnya sangat busuk.”
“Benar. Tuan Frederic Alaister adalah orang yang sangat dermawan, sangat mapan, dan tampan. Meski sudah punya dua istri yang sangat cantik, rumornya masih saja banyak wanita yang mendekatinya. Bahkan banyak orang bilang bahwa kesalahan sangat tidak ditolerir. Beberapa bilang jaminannya nyawa, tapi saya rasa itu hanya rumor. Pokoknya saya sangat betah kerja di sana.”
Monkey mengangguk paham.
“Rumor yang ditumpuk dengan rumor? Cara mereka cukup rapi kalau begitu, tapi apa alasan anda mengatakan bagian itu rumor?”
“Katanya, Nona Avery tidak berhasil mengurus makanya beliau dipindahtugaskan sebagai tukang bersih – bersih, kadang juga sebagai penjaga saat malam hari kalau – kalau ada orang keluar tanpa izin. Saya yang menggantikan posisinya menjadi pelayan pribadi Tuan Armand Alaister.”
“Ah, saya mengerti sebagian besarnya. Lanjutkan Tuan Periwinkle.”
“Daripada saudara – saudaranya, beliau lebih cerdas dan unik. Dia bahkan yang memberitahu saya bahwa ia lahir tidak dari dua istri ayahnya, melainkan selir. Pada awalnya saya kuwalahan, persis seperti yang Nona Avery ingatkan ‘Bocah itu lincah, pada jam – jam tertentu anda pasti perlu ini’ dikasihlah saya sebuah tali.”
“Tali? Apa separah itu?”
Pria tua tertawa agak keras.
“Bayangkan, setelah tidur siang tanpa mengusap matanya atau meregangkan tubuhnya,” jelasnya sambil matanya terbuka lebih lebar. “Ingatan saya masih tajam meskipun tujuh puluh tujuh tahun, mata ini benar – benar melihat. Saat bangun ia melompat dari tempat tidur lalu pergi bermain di luar. Mungkin anda bertanya apa yang dia mainkan dan dengan siapa? Tapi selain saya tidak ada lagi yang dekat dengan beliau. Saat kembali ke kamarnya ia mengantongi beberapa jamur. Jamur tuan, Jamur! Saat itulah saya baru mengerti maksud Nona Avery.”
“Mungkin Nona Avery…. Tapi kalau beliau sampai sejauh itu….”
“Mungkin sebelum saya Nona Avery adalah pengasuhnya. Meskipun wajahnya tampak tegas dan kejam namun sebenarnya ia hanya wanita yang lembut. Ia bahkan mengajarkan banyak hal, terutama biskuit wortel itu. Matanya yang tampak cerdas bukan hanya kosmetik, ia langsung mengerti bahwa jamur yang dibawanya beracun.”
Monkey mengangguk paham, lalu mengambil biskuit.
“Hey, saya penasaran bagaimana anda saat muda?” Tanya gadis tomboy itu.
Tuan Periwinkle membuka pintu, lalu mengambil sesuatu dari drawer dekat pintu masuk dan tangga lantai satu.
Ia meminjamkan foto itu lalu kembali duduk.
“Bukannya sombong, tapi waktu muda saya sudah perkasa!” Katanya sambil tertawa.
Gadis tomboy itu meringis, sedangkan Monkey menunjuk salah satu dari tiga orang tersebut.
“Kiranya si kecil ini adalah tukang hiperaktif, tapi saya penasaran gadis cantik ini?”
“Dia Nona Avery. Foto itu diambil saat kami di Pantai Birdlington,” tambahnya sambil memandang ke bawah. “Saya ditolak olehnya saat itu. Padahal setelah kami mengenal selama 5 tahun, jawabannya masih sama.”
“Yang terpenting adalah anda telah mencoba. Tidak ada hal buruk dan aneh dari wanita yang menolak selama masih ada yang lain.”
“Tidak seperti itu, Tuan Keymark.” Katanya penuh pengertian.
Ia kemudian mengambil foto itu, lalu tunjuknya pada seseorang.
“Ini adalah saya, dan ini Tuan Armand. Saya pun pelayan dan mereka tahu itu. Masalahnya adalah Nona Avery selalu memakai seragam hingga gaun yang tertutup. Bahkan di pantai pun begitu. Saat saya ingin melamarnya, kotak cincin yang saya berikan diambil pada awalnya. Kemudian ia diam, sesaat menoleh ke arah Tuan Armand, wajahnya sama sekali tak menunjukkan perubahan drastis namun saya tahu ia sebenarnya senang. Kotak itu lalu ditutup dan dikembalikan pada saya. Katanya dengan tenang ‘Saya akan memberitahu bila waktunya tepat.’ Dari kata – katanya itu menaruh saya pada kondisi abu – abu.” Jelasnya sambil membasahi foto tersebut tepat pada foto Nona Avery.
“Mungkin anda berteng—?” Tanya wanita tomboy itu tidak sempat saat Monkey memukul ringan kepalanya.
Ia merintih.
“Maaf. Tapi mungkin saja aturan dari Alaister?”
Tuan Periwinkle mengusap matanya.
“Entahlah, saya tidak berpikir begitu. Beberapa pelayannya ada yang menikah namun mereka harus memulai hidup sendiri. Saya pun berencana begitu. Tapi…” Ia berhenti, ekspresinya mengalah.
Monkey dan wanita tomboy itu menunggu.
“Mungkin itu alasan mengapa saya masih sendiri. Ruangan ini adalah bukti bahwa sebagian diri saya masih tertinggal di masa lalu. Biru adalah warna kesukaan Nona Avery,” tambahnya setelah membalikkan foto itu. “Ngomong – ngomong, ada lagi yang ingin anda ketahui?”
ns 15.158.61.55da2