Musim panas sudah berjalan dua pekan lebih, begitu juga kerja paruh Noel di toko serba ada itu. Beberapa kali Noel harus menerima pengiriman barang ketika ada yang memesan dan meminta pelayanan untuk diantarkan. Jika kalian berpikir dia akan mendapat bonus atas pengantaran itu, jawabannya.
Tidak.
Keuntungan toko tidak begitu besar untuk memberi bonus pada karyawannya, apalagi terkadang sang pemilik yang lebih sering menjaga toko miliknya. Tapi kita tidak sedang berbicara soal Noel dan pekerjaan paruh waktu barunya itu. Melainkan hal lain yang sudah membuat Noel mendecakkan lidah sambil mengumpat pelan yang terhitung entah sudah keberapa kalinya. Siang hari di akhir pekan musim panas terasa sangat panjang sekali, dan sepertinya itu menambah kekesalan Noel yang kali ini tengah berjaga di meja kasir cafe.
“Sepertinya kamu habis memberi roti pada anak anjing ya”
Noel hanya melirik tajam ke arah pemilik suara menyebalkan itu, siapa lagi yang tak lain dan tak bukan, Stellar. Dan kesekian kalinya Noel mendecak kecil sambil mengumpati entah pada siapa, “Sudah sana, urus dulu. Biar aku yang jaga” usir Stellar. Gemas juga saat Noel tidak beranjak dari tempatnya dan masih memandang ke luar cafe, tepatnya di dekat pintu masuk cafe. Seseorang yang memakai seragam sekolah khas musim panas. Setelah mendapat dorongan yang sedikit kasar dari Stellar dengan enggan Noel melepas apronnya dan berjalan menuju pintu masuk. Memberi seulas senyum saat ada pelanggan yang membuka pintu.
“Kau siapa?”
Suaranya membuat orang yang mengintipnya sejak tadi terkekeh kikuk.
“A-anu… ehm… a-anu”
“Jika tidak ada urusan, pergilah. Kau mengganggu sekali”
Noel dan ucapan tajam nan menusuknya.
“E-eh bukan begitu kak!” ujarnya panik
“Aku bukan kakakmu” jawab Noel
“Lalu harus kupanggil apa? Kakak kan lebih tua dariku” ucapnya
Sungguh, Noel kesal sekali. Apalagi netra cokelat bulat itu menatapnya polos.
“Aku tidak peduli kau memanggilku apa, tapi pergilah jika tidak ada urusan”
Noel sudah akan berbalik untuk kembali, “A-aku ingin berterima kasih!”
“Untuk apa?” tanya Noel
“Kakak lupa? Di jalanan sepi dua pekan lalu” ujarnya
“Aku bertanya untuk apa kau berterima kasih padaku, aku tidak merasa sudah menolongmu”
Anak itu terkesiap, jawaban Noel benar-benar diluar dugaannya. “Pergilah, kau mengganggu sekali” usir Noel yang langsung berbalik dan masuk ke dalam cafe. Netra bulat cokelat yang terlihat polos itu hanya mengikuti sosok tubuh berkulit putih yang berjalan mendekati meja kasir dan sedikit berdebat dengan Stellar. Sebelum akhirnya mengambil alih bagian kasir dan membiarkan Stellar melenggang pergi setelah kalah berdebat.
Tapi ternyata meski mendapat ucapan tajam dan menusuk anak itu sama sekali tidak jera. Dia terus saja mengikuti Noel dimanapun dia berada, baik saat bekerja di cafe maupun kerja paruhnya di toko serba ada. Berbagai kebetulan yang nampak disengaja itu benar-benar membuat Noel kesal sekali. Hari itu kebetulan dia tengah mengantar barang pesanan di sebuah kedai buah dan bertepatan dengan waktu kerjanya yang telah habis di toko serba ada hari itu.
“Terimakasih banyak bi!” seru Noel yang membawa setengah potong semangka
“Terimakasih sudah mengantarkannya nak” ujar sang bibi
“Tidak apa bi, kalau begitu saya pamit”
Noel memberi salam pendek dan ditambah seulas senyum sebelum beranjak dari kedai buah itu. Bibi itu baik sekali memberikan setengah potong semangka padanya, kebetulan udara panas siang itu begitu menyengat. Noel menghentikan langkahnya, “Keluarlah, sebelum aku menyeretmu keluar” ujarnya tanpa berbalik. Setelah beberapa saat dia mendengar langkah kaki mendekat dan langsung membalikkan badan menatap langsung orang yang selalu mengikutinya hampir dua pekan itu.
“Apa maumu sebenarnya?” sentak Noel
“Ehm, a-anu kak itu, ehm…” anak itu tergagap
“Apa?! Bicara yang jelas! Kau itu bocah SMA bukan balita” ujar Noel tajam
“A-aku ingin berteman denganmu!” seru anak itu
Noel berbalik hendak meneruskan jalan pulangnya, “Aku tidak butuh teman”
Anak itu nampak kecewa, tapi pertanyaan Noel segera merubah wajahnya.
99Please respect copyright.PENANA5W2B8oXcY6
99Please respect copyright.PENANAy7qeW0LFN2
99Please respect copyright.PENANAuJ3cVsgGgC
99Please respect copyright.PENANA9ef0p4AC13
99Please respect copyright.PENANAsViZ44aI5c
99Please respect copyright.PENANATFTJG6Ewfx
“Kau suka semangka?”
99Please respect copyright.PENANA2dZvLdpGwS
99Please respect copyright.PENANA1yTWQhiVZm
99Please respect copyright.PENANAvdR0yWtdUP
99Please respect copyright.PENANAuMQ1oDu5ru
99Please respect copyright.PENANAx8abGBApXf
99Please respect copyright.PENANAREwutRSMr9
Suara lonceng angin yang digantung di tepi pintu kaca itu menemani mereka berdua menikmati siang menjelang sore di musim panas itu. Semangka yang sudah dipotong itu hanya tinggal beberapa potong diatas piring. Raut senang itu tidak pernah pudar di wajah anak itu membuat Noel mendengus jengah, senyuman lebar yang menenggelamkan kedua netra cokelat itu ikut mendesirkan hatinya. Mengingatkannya pada seseorang yang selalu tersenyum seperti itu ketika menyambutnya.
“Oh iya kak, ngomong-ngomong namaku Artemis Clarkson. Kakak bisa memanggilku Artemis” ujar anak itu
“Aku tidak bertanya” balas Noel acuh sambil meneguk minuman dinginnya99Please respect copyright.PENANAPOPCqiixVZ