Intensitas salju yang turun semakin bertambah seiring perayaan natal semakin dekat, bahkan beberapa jalanan menjadi licin membuat semua orang lebih berhati-hati. Aroma dari eggnog dari kedai-kedai minuman begitu menguar membuat siapapun tertarik untuk singgah dan membelinya. Yova, manager dan pemilik cafe menatap heran pada dua stafnya itu. Tidak biasanya mereka melakukan perang dingin selama ini.
Siapa lagi. Kalau bukan dan tak lain, Stellar dan Noel. Terlihat dari samping pintu dapur, Noel yang sibuk mencatat pesanan pelanggan. Sementara Stellar hanya berdiri di ujung etalase, nampak sibuk memoles kaca etalase dari debu dengan wajah murung. Sang manager memang sudah tahu penyebab perang dingin yang telah terjadi lebih dari dua pekan ini. Tapi rasanya janggal saja melihat keduanya tidak bertegur-sapa sama sekali, bahkan saling berbicara saja tidak.
“Selamat datang! Oh━ bibi” sapa Noel ketika lonceng pintu berdenting
“Halo Noel” ucap Elora ramah
“Apa bibi sibuk? Bibi jarang kemari akhir-akhir ini” tanya Noel
“Ah, hanya membuat lukisan dan keramik. Oh satu eggnog panas dan━ ”
“Satu loyang kue bolu gulung lemon untuk dibawa pulang?” potong Noel
Elora tersenyum sambil membenarkan tebakan Noel.
“Tunggu sebentar ya bi” ujar Noel
Interaksi keduanya tidak pernah lepas dari tatapan dua pasang mata berbeda posisi itu. Dan berbeda makna juga pastinya. Suara denting lonceng kembali berbunyi saat seseorang masuk ke dalam cafe. “Kak Noel!!” sudah bisa ditebak siapa yang berteriak memanggilnya itu. Artemis berjalan dengan senyum sumringah sekali, tangan kirinya masih terbalut perban dan ditopang dengan sling arm yang tertutupi oleh parka panjangnya. Tapi tidak membuat semangatnya luntur, setelah keluar dari rumah sakit dua pekan lalu dan kembali masuk sekolah sebelum libur musim dingin. Artemis menjadi terkenal di kalangan teman-teman sekolahnya karena melawan para penindas itu. Bukannya merendah diri, bocah SMA itu malah tersenyum jumawa setiap dirinya dipuji.
Membuat Noel harus menjitak kepalanya agar kembali waras, tapi bukan itu saja. Selepas keluarnya Artemis dari rumah sakit, bukannya pulang bocah itu malah kembali merepotkan Noel dengan memilih untuk tinggal sementara di kamar sewanya. Bocah SMA itu beralasan bahwa di rumahnya tidak akan ada yang mengurusnya, taktik invasi kamar sewa yang sangat bagus. Noel mendesah sebal, “Mau apa lagi? Aku sudah membuatkan makan siang di rumah ya” ujarnya tidak ingin meladeni rengekan bocah SMA itu. Artemis yang akan berbicara melirik ke arah Elora, ingatannya kembali pada saat pertunjukan kembang api musim panas lalu.
Bibi ini kan…
“Apa? Kau mau apa?” Noel membuyarkan lamunan Artemis
“Oh! Iya!!”
Bocah SMA itu mengambil sesuatu di saku parka panjangnya, sebuah selebaran. Kumohon jangan lagi, Noel mengumpat dalam hatinya perasaannya tidak enak ketika bocah SMA itu membawa sebuah selebaran. “Lihat apa yang aku dapat kak! Ada perayaan natal di pusat kota!!” seru Artemis antusias, tolong hitung sudah berapa kali Noel melontarkan sumpah serapah di dalam benaknya setiap kali bocah SMA itu mengajaknya pergi. Noel menggeleng tanda tidak yang membuat bibir yang melengkung ke atas itu menjadi sebaliknya, “Kenapa?” tanyanya murung.
“Kalau kau ingin pergi, pergilah sendiri aku tidak mau” ucap Noel
“Kenapa tidak mau sih, pasti mengasyikkan” ujar Artemis
“Tidak” ucap Noel tegas
“Lebih baik aku tidur” sambungnya acuh
67Please respect copyright.PENANAgaMknxKca9
67Please respect copyright.PENANATts7D4e4vp
67Please respect copyright.PENANAPtyTweFzgX
67Please respect copyright.PENANA1W1sb8eLAP
67Please respect copyright.PENANAtrevmDsCao
67Please respect copyright.PENANAsf0kE8IvY1
67Please respect copyright.PENANAtglIq52WlD
Suasana perayaan natal di pusat kota begitu ramai dan meriah, “Ayo kak kita beli cokelat panas dulu!” seru Artemis antusias. Noel dengan wajah datarnya memilih pasrah saat ujung mantel berbulunya ditarik oleh bocah SMA itu. Kepalanya terpasang bando berbentuk telinga dan tanduk rusa sementara bocah SMA itu mengenakan topi kerucut hijau yang pada ujungnya terdapat lonceng. Eve dan Kevin hanya terkekeh pelan melihat dua orang itu yang tengah mengantri di salah satu stand minuman. Jika bukan karena Eve dan Kevin mendapat jatah libur di hari perayaan, Noel bersumpah akan menendang bocah SMA itu keluar dari kamar sewanya di tengah dinginnya musim dingin.
Seharusnya aku tahu bocah itu akan merengek pada Kak Eve!!
Dan tidak lama, keempatnya sudah larut dalam euphoria perayaan natal di pusat kota. Mulai dari melihat pertunjukkan musik, mencicipi aneka makanan dan menikmati berbagai permainan yang ada disana. Bahkan Eve dan Kevin tidak henti-hentinya dibuat terkejut dengan senyuman lebar dan tawa ringan yang diperlihatkan oleh Noel. Hari itu menjadi momen yang tidak terlupakan. Dimana senyum lebar yang menampilkan sebuah lesung pipi di sudut mulut kirinya serta tawa pelan yang selama ini tidak pernah terdengar.
Selalu berbahagialah Kak Noel.
Noel sontak menoleh, entah kenapa telinganya mendengar suara yang begitu dirindunya. Yang menjadi penyesalannya selama ini, di antara kerumunan orang-orang itu netra ambernya melihat sosok gadis kecil. Memakai gaun berwarna lilac dan juga syal merah maple terkalung erat di lehernya. Jangan lupakan kedua tangan mungilnya yang terbalut sarung tangan berwarna senada, tersenyum begitu lebarnya hingga menenggelamkan manik almond itu.
Luna juga bahagia jika kakak bahagia.
“Lu-Luna? Luna?! Luna!!”
Kegelapan masa lalu itu kembali menghapus suka cita perayaan natal hari itu. Eve dan Kevin berusaha menenangkan Noel yang tiba-tiba histeris. Memanggil nama bulan kecilnya, membuat Artemis terkejut dan mulai menangis melihat orang yang sudah dianggapnya kakak itu terlihat seperti orang lain. Dan di antara kerumunan yang melihat mereka seseorang menutup mulutnya dengan kedua tangan karena terkejut. Air matanya mengalir begitu saja diikuti rasa sesak akan penyesalan yang mendalam.67Please respect copyright.PENANA6fgibXI43B