Kevin menatap Noel tidak percaya, kejadian kemarin menjadi jawaban kekhawatirannya pada Noel beberapa pekan ini. Entah bagaimana caranya dia tidak mengetahui bahwa Noel menggunakan obat penenang diluar anjurannya. Kevin mendesah panjang, “Ya Tuhan Noel” gumamnya sambil mengusak rambutnya ke belakang. Mereka berada di ruang konsultasi milik Kevin setelah Noel tersadar dari pingsannya semalam.
“Maaf kak” ujar Noel
Ini bukan Noel. Sungguh bukan dirinya. Dan Kevin begitu takut.
Bagaimana bisa ia meminta maaf dengan tatapan kosong dan wajah datar seperti itu. Kevin mendesah, jauh di lubuk hatinya kekalutannya yang semakin pekat. “Noel” sekali lagi Kevin memanggilnya wajah datar itu menoleh, tapi netra ambernya menatapnya redup. Seakan cahaya kecil yang sempat bersinar disana telah sepenuhnya hilang. Ini jauh lebih buruk dari dua tahun lalu.
Noel berjalan keluar dari rumah sakit, setelah Eve memaksanya untuk pulang dan beristirahat di rumah dan soal bocah SMA itu agar dia yang menjaganya. Toh tidak lama lagi dia akan diijinkan keluar dari rumah sakit. Noel memandangi kakinya yang melangkah di jalan, mengabaikan yang ada di sekitarnya. Hingga kakinya terhenti saat sebuah apel bergulir ke kakinya, pandangannya bergerak dan netra itu kembali bertemu dengan manik almond yang lebih dari satu minggu ini tidak dilihatnya.
“Kamu tidak apa-apa? Kemarin saya ke cafe, tapi Stellar berkata kamu sedang libur” Elora bertanya dengan wajah cemasnya
Noel terdiam, menatap ke dalam manik almond itu.
“Noel?” netra amber itu mengerjap lucu
“A-ah saya baik kok bi” jawab Noel
“Oh, begitukah”
Mereka lalu berjalan bersama, dengan Noel yang membantu membawa barang belanja Elora tadi. Rupaya buah apelnya sempat terjatuh saat dia membenarkan mantel panjangnya. Mereka melanjutkan berbelanja tanpa menyadari jika ada seseorang yang melihat kedekatan mereka dengan wajah yang sulit diartikan.
Sejak hari itu, Noel semakin sering bertemu dengan Elora, tidak jarang mereka pergi bersama untuk sekedar jalan-jalan. Atau Noel yang datang ke toko Elora dan berakhir mereka mengobrol banyak hal disana. Ada rasa nyaman saat Noel melihat manik almond dan senyuman tulus itu. Desir itu masih terus disana, tapi itu tidak mengganggunya. Sosok Elora begitu mirip dengan puzzle ingatan tentang ibunya. Bahkan kali ini Noel secara sukarela mengenakan syal rajut merah pemberian Elora musim gugur lalu.
79Please respect copyright.PENANATCybxdAPRw
79Please respect copyright.PENANADSh8W2reuS
79Please respect copyright.PENANAt78UzgGeU5
79Please respect copyright.PENANANEOQLPKEQI
79Please respect copyright.PENANA0914RSZPph
79Please respect copyright.PENANAeXfCZnuKIH
79Please respect copyright.PENANAnlLIre7T23
79Please respect copyright.PENANA9ZtVx9eguA
79Please respect copyright.PENANAUS18bno7UH
“Kak! Pergi dulu!” ujar Noel
Dia sudah membereskan barang-barangnya dan mengerjakan tugasnya di cafe hari itu, sambil mengalungkan syal rajut merah itu ke lehernya Noel lalu berjalan keluar. Stellar yang baru dari gudang segera menyusul Noel keluar setelah melepas apronnya dan meletakkannya sembarang, “Noel!” panggilnya. Mereka berada di dekat lampu penyeberangan, netra amber itu menatap datar pada Stellar. Membuat yang ditatap menjadi gugup dan canggung, Stellar lalu berdehem sebentar.
“Kebetulan aku punya tiket pertunjukan, kesana yuk” ajaknya
Kedua alis Noel bertaut, “Pergi dengan yang lain saja”
“Kamu sudah sering menolakku lho, kenapa sih?”
“Ada alasan aku harus menerima ajakanmu?”
One Kill!
“Ada alasan kamu menolak ajakanku?”
Double kill!
Noel mendecak kesal, “Aku yakin kamu tidak ada kegiatan” ujar Stellar
“Atau kamu sudah punya rencana? Kencan misal” tambahnya
“Dengan Bibi Elora misal” netra amber itu berkilat tajam
“Kenapa diam? Aku benar ya?” Noel memejamkan matanya sebentar
Dia menarik napas dalam.
“Aku percaya kita berteman Stel, aku percaya bahwa kau tidak akan berpikir atau berucap macam-macam” Noel menunjuk-nunjuk bahu Stellar sedikit kasar
“Tapi nyatanya, bahkan kau lebih buruk dari itu. Apa tujuanmu berkata seperti itu?” Stellar menepis tangan Noel
“Kamu tidak lihat pandangan atau mendengar kritikan orang lain? Setiap kali ada yang mengenalimu saat kamu pergi dengan Bibi Elora mereka selalu berbicara buruk tentangmu! Aku hanya ingin membantumu menyelamatkan namamu” ucap Stellar bersikukuh
“Apa kau ibuku?” pertanyaan itu menyentak Stellar
“Apa kau ibuku?” ulang Noel
“Kau bukan ibuku Stel! Bukan siapa-siapaku! Aku tidak peduli dengan pandangan orang lain! Jadi berhentilah mengusikku! Mengusik hidupku! Kau bahkan tidak tahu apa-apa tentangku!”
“Jadi berhentilah mengurusi urusanku!” teriak Noel
Stellar belum sempat berucap, Noel sudah memotongnya lebih dulu.
“Jangan membuang waktumu dengan kesimpulan bodoh seperti itu”
Noel lalu memilih berjalan pergi meninggalkan Stellar disana. Dia cukup kesal atas ucapan Stellar itu. Bagaimana bisa temannya itu berpikiran melantur begitu. Dan lagi, apa haknya mengatur hidupnya seperti itu. Mereka bahkan baru berkenalan dua setengah tahun yang lalu.
Stellar Gila!! Aku tidak percaya dia akan berpikir seperti itu!
ns 15.158.61.20da2