“Noel maaf”
Noel berjalan melewati Stellar begitu saja, suasana cafe tengah lenggang siang itu. Sehingga pekerjaannya tidak banyak, Noel memilih membersihkan meja atau mengepel lantai disela waktu senggangnya. Dan selama waktu senggangnya Stellar terus saja mengekorinya sambil menggumamkan kata maaf. Sesuatu yang jarang sekali dilakukan Stellar. Tapi kejadian tiga hari lalu benar-benar membuatnya merasa sangat bersalah. Masih tidak menggubris kehadiran Stellar, pemilik netra amber itu memilih mengambil alat pembersih kaca dan berjalan keluar cafe.
“No-Noel”
“Berhenti mengikutiku Stel” sentak Noel yang berbalik tiba-tiba
Mereka berhenti di pintu masuk.
“Aku hanya ingin minta maaf” cicit Stellar sambil menunduk
“Kenapa minta maaf padaku?” ujar Noel dingin
“So-soal makanan waktu itu” ujar Stellar
“Yang sakit kan bocah itu”
Stellar hanya bisa meringis bersalah, mengingat kebodohannya itu. Seharusnya dia mengikuti pendapat staf yang membantunya memasak. Ternyata memakan sup labu kuning dan tumis daging bersamaan bukan ide yang bagus. Apalagi dagingnya yang direndam menggunakan bumbu daging panggang. Salahkan Stellar dan kesoktahuannya itu, dia berpikir jika daging yang dimarinasi bumbu itu akan membuatnya lebih lunak.
Padahal tidak perlu direndam dengan bumbu seperti itu. Kekacauan yang terjadi tiga hari lalu itu karena ternyata Artemis memiliki pencernaan yang sedikit sensitif, bumbu marinasi daging yang tentunya terdapat bawang putih serta sup labu kuning yang terlalu banyak bawang bombay. Membuat pencernaannya terganggu dan berakhir dengan terserang diare. Noel yang sudah membuat dirinya repot mengurusi urusan bocah SMA itu harus kembali repot saat bocah itu yang menjadi kelinci percobaan makanan buatan Stellar. Noel cukup beruntung hanya memakan beberapa potong tumis daging itu sehingga dia tidak perlu lagi merasakan bolak-balik ke toilet.
“Ya, tetap saja kan kamu yang kerepotan” ucap Stellar
“Oh, sadar diri ternyata” sindir Noel
“Masalahmu apa sih?! Aku kan sudah berulang kali minta maaf!”
Tapi pemilik netra amber itu memilih mengacuhkan kembali Stellar dan melanjutkan pekerjaannya, membersihkan jendela bagian luar cafe. Sambil mendecak disertai sumpah serapah Stellar memilih meninggalkan Noel begitu saja. Sambil menggelengkan kepala melihat tingkah Stellar yang luar biasa aneh itu Noel memilih untuk tidak ingin memperpanjangnya. Biarlah itu menjadi perenungan untuk Stellar, semoga saja dia jera kali ini. Noel terus membersihkan jendela dan pintu cafe hingga netranya menangkap bayangan yang ada di pantulan kaca itu. Membuat atensinya teralihkan.
“Ayah! Boleh aku minta hadiah untuk ulang tahunku?”
Seorang anak laki-laki berada di punggung ayahnya, memeluk erat lehernya.
“Memang kamu ingin meminta apa?”
“Bolehkah aku minta untuk membelikan boneka untuk adik bayi?”
“Hm? Adik bayi?” sang ayah nampak terkejut
“Iya, adik bayi yang akan lahir sebentar lagi!” anak laki-laki itu berseru riang
“Lalu bagaimana dengan ibu? Masa tidak diberi hadiah?”
Anak laki-laki itu nampak berpikir sebentar.
“Kita beli bunga aster saja! Ibu kan suka bunga aster!”
Noel sempurna mematung, anak laki-laki dan ayahnya yang berjalan melewatinya dengan cerita yang penuh suka cita itu seakan menebar pecahan puzzle di pikirannya. Tangannya yang memegang pembersih jendela sedikit bergetar netra ambernya bergerak gelisah, beberapa potongan puzzle itu membentuk ingatan lama yang sudah hancur. “Noel?” panggilan itu membuat atensinya teralih, Elora nampak berdiri tidak jauh darinya. Membawa bunga lily yang cukup banyak, menatap Noel dengan wajah khawatir. Rasa sesak itu menjebak pernapasannya.
75Please respect copyright.PENANAHFqtGc2K5d
75Please respect copyright.PENANAcgTK3rpC3U
75Please respect copyright.PENANAcNoyB3RZ2y
75Please respect copyright.PENANAThxWvircYh
“Ayah! Ayo beli bunga lily untuk ibu dan Luna!”
“Hahaha, ayo kita beli kalau begitu”
-------------------------------------
“Berhenti berjuang pada hal yang tidak berguna!!”
“Kenapa kamu tidak mendukungku?!”
“Lantas anak-anak akan makan apa?! Tanah liat?!!”
“Kita bisa memulainya dengan yang kecil!”
“Menjual lukisan tidak bergunamu itu hal terbodoh yang kudengar!”
75Please respect copyright.PENANA4FTS1eSZcQ
75Please respect copyright.PENANAHqzn9mbiZB
75Please respect copyright.PENANAAW3OAANag6
75Please respect copyright.PENANAtE3FJlYaoS
75Please respect copyright.PENANAbG063z8hHO
Suara pecahan kaca ilusi itu menghantam ingatannya, pijakannya goyah. Bahkan Noel tidak menyadari jika Elora sudah berjalan mendekatinya dan mencoba menyadarkannya. Manager cafe yang kebetulan berada di dekat meja kasir langsung berlari menuju pintu cafe. Firasatnya buruk melihat staf kesayangannya itu.
75Please respect copyright.PENANAiYgBQN7BtC
75Please respect copyright.PENANAhUhysglfgK
75Please respect copyright.PENANAfS8fLRZcrW
75Please respect copyright.PENANAW1F4WzGH0S
75Please respect copyright.PENANANIYq1yfiGb
“JANGAN PERNAH SEBUT WANITA SIALAN ITU!”
Sebuah tendangan mengenai perutnya.
“Dia bukan ibumu!! Kau tidak punya ibu yang memilih impian konyolnya daripada anak-anaknya!”
Tendangan itu terus berlanjut.
“Sekarang pergi dan bawakan aku uang sebelum aku melukai adikmu!!”
Tendangan itu berhenti setelah mengenai wajahnya.
75Please respect copyright.PENANAK63ZFHnMNp
75Please respect copyright.PENANAIpooacHERv
75Please respect copyright.PENANAZFE4J1rZ4a
75Please respect copyright.PENANAG5zuTT9VsE
75Please respect copyright.PENANAvpVcjqHciP
75Please respect copyright.PENANARm4lJoY4vx
75Please respect copyright.PENANAfbCpMMPwK6
“NOEL!!!”
Dan kesadarannya terenggut begitu saja.75Please respect copyright.PENANAw8xXWeby5z