Eve menatap tajam pada orang di hadapannya, “Kamu benar-benar ingin aku ikat di ranjang ya? Gil Noel?” tekannya sambil melipat kedua tangannya di depan. Tidak lupa bibir yang mengerucut sebal, dan tatapan yang berusaha dibuat segalak mungkin. Yang sayangnya jatuhnya malah terlihat imut dan menggemaskan. Yang menjadi lawan bicaranya hanya mengusap tengkuk belakangnya canggung, “Maaf kak” cicitnya pelan. Dia tahu kali ini dia salah, tapi tidak seharusnya Eve mengomelinya seperti ini.
“Aku tahu kamu berpikir tidak seharusnya aku mengomelimu” terka Eve
Noel hanya meringis mendengar tebakan Eve yang tepat sasaran.
“Noel, alergimu itu memang bukan alergi yang berakibat fatal. Tapi ingat kamu bisa kambuh kapan saja, dan kenapa kamu baru menyadari kalau kamu memiliki alergi?!! Umurmu dua puluh tahun!!!” ujar Eve setengah berteriak
“Hei, sudah Eve kamu malah membuatnya semakin tersudut”
“Diam Kev!” sentak Eve yang langsung membuat rekan kerjanya terdiam
“Dia harus disadarkan kalau perlu akan kupukul kepalanya dengan palu reflek agar kembali waras” ujar Eve tajam
Duh, dia ini lagi sensitif ya? Galak sekali, batin rekannya
Noel memilih menundukkan kepalanya, menjawab ucapan Eve yang tengah marah dan sedang ingin mengomelinya hanya akan memperparah situasinya sendiri. Setelah puas mengomel pada Noel yang masih sibuk menundukkan kepalanya Eve menghela napas panjang. Tangannya terulur lalu mengusap puncak kepala Noel lembut, “Kamu tahu kan, aku hanya terlalu khawatir padamu” ujarnya pelan. Jauh di dalam lubuk hati Noel, dirinya merasa tersentuh dengan ucapan Eve yang selalu tulus itu.
“Kamu tahu kan kalau aku tidak akan pergi” lanjut Eve
Noel sontak berdiri, “Jangan ucapkan hal yang tidak bisa dipegang kak!”
“Tap━ Noel??!!!”
Noel memilih untuk beranjak pergi sebelum memberikan Eve kesempatan berbicara lagi. Suasana hatinya sedang tidak baik setelah Eve mengungkit hal yang dibencinya. Dalam kekalutan hatinya, dia membiarkan kakinya melangkah sesukanya. Noel tidak suka, dia sama sekali tidak suka jika ada yang berjanji untuk tidak meninggalkannya. Setelah apa yang terjadi padanya, dia tidak ingin berharap lagi.
73Please respect copyright.PENANAXOgv53QkdK
Tapi bukankah memang manusia itu tidak bisa menetap selamanya?
73Please respect copyright.PENANAJjMtAieCiA
Kaki Noel terus saja melangkah sampai sebuah suara membuyarkan lamunannya, netra ambernya yang terus menatap jalanan beralih pada orang di hadapannya. Terpisah jarak beberapa langkah sepasang mata itu saling menatap satu sama lain. “Sedang apa kamu disini?” ujarnya yang hanya mendapat tatapan penuh ketakutan dan luka di dalamnya. Hal itu jelas langsung membuat Noel di bawa masuk ke dalam ruko miliknya, segelas teh herbal kembali menghangatkan perasaannya. Elora kembali menekuni pekerjaannya setelah memastikan keadaan Noel yang telah membaik. Dalam lamunannya pandangannya mengedar di ruang pembuatan keramik itu, tepatnya ruang yang biasa dipakai untuk kelas kerajinan dan kesenian. Lalu manik ambernya jatuh pada sosok Elora yang sibuk mengulas keramik yang pecah itu dengan sesuatu. Dan hal itu menarik perhatiannya
“Bibi sedang apa?” Noel sedikit mendekat
“Ah, hanya memperbaiki keramik”
“Memperbaiki? Bukankah keramik yang pecah tidak bisa di perbaiki?”
“Tidak jika menggunakan teknik kintsugi” balas Elora sambil tersenyum
“Kintsugi?” ulang Noel
“Itu adalah teknik memperbaiki barang yang berasal dari Jepang. Mungkin jika hanya pecah bisa ditambal dengan lem atau clay, tapi jika ada pecahan yang hilang perlu menggunakan cara lain untuk menutupinya” jelas Elora
“Untuk apa bibi repot-repot memperbaikinya? Bukankah keramik atau tembikar yang sudah pecah dan berusaha diperbaiki hanya akan terlihat jelek nantinya?” tanya Noel
“Bukalah rak disana, aku akan membelikanmu apapun yang kamu minta jika kamu berhasil menemukan bagian jeleknya”
Noel mengernyit bingung mendengar ucapan Elora, diiringi seulas senyum yang selalu berhasil membuat hatinya berdesir. Dengan setengah ragu Noel berjalan ke salah satu rak yang tadi ditunjuk Elora. Digesernya pintu rak itu dan kedua manik ambernya membulat, terpana pada apa yang dilihatnya di dalam sana. Tidak banyak keramik disana, hanya ada gelas keramik dan beberapa mangkuk keramik yang memiliki garis berwarna keemasan yang begitu cantik.
“Cantik” gumam Noel
“Benar, semuanya cantik kan?” suara Elora membuatnya terkejut
“Tapi kenapa bibi melakukannya? Kenapa harus diperbaiki?”
“Hmmm, teknik ini mengajarkan satu hal pada bibi” ujar Elora
“Hm?”
“Teknik ini mengajarkan kita untuk tangguh, setiap hidup pasti ada pengalaman yang buruk bukan? Jadi kita perlu menghadapinya dengan sabar dan kuat karena hal itu yang akan membuat kita semakin berharga”
Noel tahu, sudut hatinya merasa tertohok mendengar ucapan Elora. Bahkan manik ambernya tanpa sengaja melihat tiga tangkai bunga lily yang ada di vas di bingkai jendela yang terbuka. Bersinar cerah di bawah sinar matahari yang masuk. Dia tahu, dia sangat tahu. Elora mungkin bagian dirinya yang hilang.
73Please respect copyright.PENANA0k7x8eD7g3
73Please respect copyright.PENANA0Qk31oQFmR
73Please respect copyright.PENANAr9eCqVJLD6
73Please respect copyright.PENANADNWQGEVJhy
73Please respect copyright.PENANAhh6Wpp81u3
Siapa sebenarnya bibi ini?
ns 15.158.61.20da2