“KAK STELLAR!!!”
Suasana cafe siang menjelang sore itu nampak senggang, teriakan yang berasal dari dapur berhasil membuat atensi pelanggan beralih. Di dalam sana Stellar terlihat menunduk lengkap dengan wajah tertekuk dan juga beberapa noda tepung dan krim di wajahnya. Di hadapannya nampak Artemis yang tengah melipat kedua tangannya di depan dada sambil mengetukkan salah satu kakinya di lantai. Menatap penuh amarah pada perempuan yang terpaut tiga tahun di depannya. Sekarang anak itu juga bekerja paruh waktu di cafe milik Yova, dan lagi sebutan bocah SMA tidak lagi tersemat padanya. Musim semi kemarin dia resmi menjadi mahasiswa junior di universitas yang sama dengan Stellar dan Noel.
“Maaf deh” ucap Stellar
“Berapa kali sih kukatakan kalau kue-kue untuk pelanggan jangan dijadikan bahan percobaan dong! Lihat! Kuenya gosong!” keluh Artemis
“Ya, aku kira kalau suhunya dinaikan kuenya akan cepat matang”
Aduh, teori sesat dari mana lagi itu?
“Serius deh, kakak berjaga saja di kasir. Lagipula disini sudah cukup orang”
Dengan wajah yang masih tertekuk sendu Stellar memilih keluar dari dapur dan ikut berjaga di meja kasir bersama staf lainnya. Sang manager hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Stellar yang tidak berubah. Menatap keluar jendela cafenya, ranting pohon-pohon maple sudah tertutupi oleh salju. Suhu udara semakin dingin, sehingga memerlukan baju hangat dan tebal juga penghangat ruangan. Musim dingin kembali datang menyapa di akhir tahun.
Suara lonceng cafe berdenting membuat Stellar menoleh hendak memberi salam, “Kak Eve! Kak Kevin!” serunya. Dua orang itu berjalan mendekat pada kasir sambil tersenyum, “Selamat datang! Kalian ingin pesan apa?” ujar Stellar ramah dan ceria. Baru saja mereka akan memesan pintu dapur telah terbuka, menampilkan Artemis dengan apron dapurnya membawa beberapa potong kue untuk diletakkan di etalase.
“Tahu tidak kak? Ini sudah kesekian kalinya kak Stellar mengacau di dapur” adunya yang membuat Stellar mendecak kesal
“Cih, pengadu” gumamnya
“Aku mendengarnya ngomong-ngomong” balas Artemis
Stellar bersiap membalas, tapi suara lain menginterupsi mereka.
“Kalian ini tidak pernah akur ya” keempatnya menoleh
“Bibi tidak tahu saja, aku sudah berulang kali menjadi kelinci percobaan untuk mencoba masakannya. Beruntung aku masih hidup” Artemis menjulurkan lidahnya meledek
“Namanya juga belajar!” sahut Stellar tidak terima
“Kak, yang namanya belajar itu ada kemajuan. Ini tidak kemana-mana”
“Dasar anak anjing!!”
“Aku juniormu sekarang kalau kakak lupa!”
Dan sebuah pukulan di belakang kepala mereka mendarat cukup kencang.
“Udah selesai belum berdebatnya? Ini ada pelanggan malah sibuk sendiri”
Sungguh, dua orang yang tadinya berdebat itu hanya terkekeh tanpa dosa.
“Kalian ingin pesan apa?” sang manager mengambil alih
“Vanilla latte satu” ucap Eve
“Cokelat panas satu” ucap Kevin
“Tolong buat dua kalau begitu” ucap Elora menyambung ucapan Kevin
63Please respect copyright.PENANAeqNIYLG4ov
63Please respect copyright.PENANAvclEkdwHSR
“Ah! Dan satu loyang strawberry cheesecake!” seru keenamnya bersamaan
63Please respect copyright.PENANA0KGTjdaPwn
63Please respect copyright.PENANAajGIJRtEWr
Mereka lalu terkekeh bersama.
Elora menaiki tangga batu sambil membawa beberapa buket bunga. Menghampiri salah satu pohon yang menaungi beberapa nisan. Tersenyum lembut sembari meletakkan buket bunga itu di depan nisan sambil membersihkan salju di atas nisan. “Aku datang lagi, aku tahu kalian tidak akan memaafkanku. Tidak apa, aku akan terus kemari dan tidak akan berhenti meminta maaf” ucapnya. Butiran salju perlahan turun ketika matahari mulai terbenam ketika Elora tengah berjalan menikmati pemandangan kota.
Lampu jalanan mulai menyala bahkan beberapa pohon maple yang ada di tepi jalan telah berhias dengan hiasan lampu berwarna-warni. Kejadian yang hampir satu tahun lalu itu benar-benar mengubah mereka semua. Butuh waktu yang cukup lama untuk mereka bisa bangkit bersama, bahkan Artemis sempat mengalami mimpi buruk beberapa kali. Meski begitu mereka berhasil melewatinya bersama-sama.
“YES!! AKU MENANG!!!” sorak Artemis mengangkat ponselnya ke udara
Stellar mendengus sebal, “Dasar curang”
“Kalah ya kalah saja kak, jangan menuduh” ledek mahasiswa junior itu
“Sudah bermain gamenya, ayo bantu menatanya” ujar Yova jengah
Mereka tengah duduk di taman rumah sakit malam itu, Beralaskan karpet yang agak tebal untuk menghalau tumpukan salju. Sebenarnya ini sedikit gila, melakukan piknik di tengah musim dingin pada malam hari. Jangan ditanya ini atas ide siapa. Apalagi disetujui oleh Eve dan Kevin. Sepertinya dua dokter itu butuh hiburan karena jadwal di rumah sakit yang padat. Mereka sudah selesai menata semua, ada termos berisi cokelat panas juga kotak makan berisi kukis dan ada kotak pizza juga ayam.
“Maaf ya lama, ada satu dan dua hal yang harus diurus” ucap Kevin
Semua yang tengah duduk itu menoleh, Artemis berseru heboh sekali.
“Umur saja yang bertambah, tingkahnya malah seperti anak tk” cibir Stellar
“Iri bilang kak. Lagi pula aku tidak membuat dapur nyaris terbakar”
Stellar menyumpahi anak itu pelan. Kenapa buka mulut sih!
“Dapur nyaris terbakar?” tanya Eve yang berdiri di belakang Kevin
“Iya! Kakak tahu? Kak Stellar membesarkan api saat memasukan pasta spaghetti dan apinya malah membakar spaghettinya, dia berpikir jika apinya besar maka akan cepat matang” cerita Artemis
“Anak anjing sialan” gumam Stellar sambil mengunyah kukis
“Aku dengar ya kak! Dan jangan dimakan dulu dong!!” protes Artemis
“Kalian kapan berhenti ribut sih?” Yova mendesah lelah
“Anak anjing ini selalu cari masalah!” adu Stellar
“Aku? Kakak itu yang cerobohnya luar biasa!” sahut Artemis
“Aduh, lama-lama aku sungguhan menua” Yova kembali mendesah lelah
“Aku kan sudah mengatakan untuk berhenti dari keinginanmu itu. Alih-alih menyajikan makanan yang ada malah meledakkan dapur”
Tawa Artemis terdengar menggelegar, nampak sangat puas sekali.
“Noel sialan” runtuk Stellar
Sementara Noel hanya tersenyum miring, meledek Stellar. Ternyata Kevin dan Eve tidak datang berdua, melainkan membawa Noel mengenakan baju rumah sakit yang tertutup jaket berbulu dan syal merah maplenya. Mereka semua bersyukur saat itu petugas keamanan langsung menghubungi pemadam kebakaran dan Noel selamat dari kematian karena bantalan udara milik pemadam kebakaran yang melindunginya dari hantaman tanah yang keras.
Sejak hari itu mereka semua menemani Noel, membantunya perlahan untuk benar-benar bangkit dan menerima luka di masa lalu itu. Elora juga meyakinkan Noel jika dia tidak akan pernah pergi lagi. Bahkan keduanya saat ini tengah bertukar senyum. Bukan senyum palsu atau kepura-puraan lagi, namun seulas senyum tulus yang memperlihatkan lesung pipi di sudut mulut kirinya.
“Kami membawa ini untukmu” ucap Elora
Noel menerima sepotong strawberry cheesecake itu. Kue kesukaannya.
“Nah! Ayo makan!!” seru Artemis riang
Mereka semua segera larut dalam hangatnya kebersamaan. Berbagi canda dan tawa yang tidak pernah pudar meski angin musim dingin menggelitik kulit mereka. Noel tak memudarkan senyumnya, ingatannya melayang jauh ke beberapa tahun lalu. Kalimat yang dilupakannya selama ini.
63Please respect copyright.PENANASqrDTadKn4
63Please respect copyright.PENANAabUhHrsFM5
63Please respect copyright.PENANAk5zcioYegA
63Please respect copyright.PENANAAFHFzbEJ6f
63Please respect copyright.PENANAW4nhEg33MN
“Kamu tahu Noel, orang yang telah tiada itu sebenarnya tidak pergi. Mereka hanya berada di tempat lain, disana” sang paman menunjuk ke langit malam
Mereka tengah duduk bersama di dekat kursi taman kota.
“Menjadi bintang?” tanya Noel bingung
“Iya, mereka ada disana Noel melihatmu dari sana. Orang yang meninggalkan dunia akan berubah menjadi bintang Noel. Melihat orang-orang terkasihnya dari jauh setiap saat sampai waktu kalian berjumpa kembali”
“Dan kamu tahu Noel? Bintang akan terus bersinar disana, entah saat siang hari maupun malam hari. Entah saat langit kelabu maupun cerah. Sepanjang waktu, setiap musim, mereka akan terus bersinar di sana melihat kita”
63Please respect copyright.PENANAijmp3hBxrA
63Please respect copyright.PENANAHmpK05h1SK
63Please respect copyright.PENANAzBe9s60U1T
63Please respect copyright.PENANAi7V3hUIUym
63Please respect copyright.PENANAQWGLrqHnYv
Netra amber itu menengadah, menatap hamparan bintang-bintang di langit musim dingin yang berpendar begitu indahnya menemani sang rembulan.
Paman, terima kasih… Luna, aku akan mencoba bahagia… aku juga sayang pada ayah… aku akan baik-baik saja, ada ibu dan orang-orang yang menyayangiku sekarang.63Please respect copyright.PENANAgCxBsHW2PG