Artemis meringis saat Kevin mengobati pipi kirinya, “Maaf ya” ujar Kevin sedikit bersalah. Bocah SMA itu hanya menggeleng setelah lukanya diobati, “Tidak apa kak, aku tahu kak Noel tidak sengaja” ujarnya diiringi seulas senyum lebar. Ini sudah dua minggu, dan selama itu Artemis sudah menemani Noel di rumah sakit. Kondisi Noel sungguh memprihatinkan, pemuda itu selalu bermimpi buruk di setiap tidurnya. Selalu mengalami serangan panik dan histeris saat kilas balik masa lalu itu muncul di benaknya.
Beberapa kali Artemis yang berusaha menenangkan malah terkena imbasnya, seperti saat ini. Pipi kirinya terluka karena Noel mencakarnya saat serangan panik itu muncul, beruntung tangan kirinya tidak kembali terluka. Entah Artemis merasa bersyukur atau tidak. “Aku akan kembali ke kamar rawat kak” ucap Artemis lalu bangkit, Kevin mendesah sendu di ruangannya yang telah kosong itu.
“Apa kamu tidak melihat cinta dan kasih sayang itu Noel?” gumamnya
89Please respect copyright.PENANAa4nCvHjAr5
89Please respect copyright.PENANAUcurbztbJR
89Please respect copyright.PENANA0qEyBXLrNO
89Please respect copyright.PENANAKbGacEQFFi
89Please respect copyright.PENANAZ6FvnMtp26
Artemis duduk di sebelah ranjang Noel, si pemilik tengah tertidur setelah diberi obat penenang karena kembali histeris. Diusapnya punggung tangan Noel dengan lembut, “Kakak tidak sendiri. Ada kak Yova, ada kak Stellar, ada kak Eve, ada kak Kevin dan ada aku disini. Kami semua menyayangimu kak” gumamnya. Seseorang menggoyangkan bahu Artemis pelan, “Uhm, apaan sih” gumamnya sambil menepis tangan orang itu.
“Heh, anak anjing!” panggil orang itu lebih keras
“Duh, berisik ah” Artemis memilih menyamankan dirinya kembali
Sungguh mimpi indahnya terganggu.
“Artemis!”
“Engh! Jangan masakan kak Stellar ah! Beracun begitu” igau Artemis
Sebuah tepukan kencang menghampiri bahunya.
“Sembarangan beracun!” pemilik manik cokelat itu terkesiap kaget
“Lah? Kak Stellar?” Stellar menatap Artemis tajam
“Bisa-bisanya berkata makananku beracun!” omel Stellar
Yang mendapat omelan hanya terkekeh dengan wajah polosnya.
“Ngomong-ngomong” Yova si manager cafe memotong pertengkaran mereka
“Dimana Noel?”
“Ha? Tentu saja tidur━kan, lho?”
Artemis terkejut, ranjang itu kosong. Padahal sebelum dia tertidur, masih teringat jelas bahwa Noel belum tersadar di ranjangnya. Air kepanikkan seakan mengguyurnya, tapi belum sempat dia bereaksi pintu kembali terbuka menampilkan Eve dan seseorang yang ada di belakangnya, “Dimana Noel?” ujarnya terkejut. Dua orang itu menggeleng sementara Artemis berusaha menguasai dirinya, “Artemis, dimana Noel?” tanya Eve, yang membuat Artemis tergagap bingung.
“Mu-mungkin di toilet” ujarnya
“Dia tidak ada disana” jawab Stellar
Artemis menatap terkejut Stellar, “Kok kakak tahu?!”
“Aku sudah mengeceknya tadi, dan tidak ada siapa-siapa”
“Ih kak Stellar mesum!” tuduhan membuat Stellar menatapnya tajam
“Bisa-bisanya kakak membuka toilet sembarangan!”
“Aku sudah mengetuknya tahu!!” bela Stellar
Di tengah perdebatan tidak penting itu Eve menoleh saat mendengar langkah kaki terburu mendekat, sosok Kevin segera masuk ke dalam dan sebuah umpatan kecil terlontar. Kevin menatap Eve dengan tatapan tidak bisa dijelaskan saat Eve hendak bertanya Kevin sudah berkata lebih dulu. “Petugas keamanan memberitahuku jika ada seseorang di atap rumah sakit” jelasnya, semua yang ada di ruangan terkejut. Perasaan tidak nyaman dan pikiran yang macam-macam menyelimuti benak mereka.
“Itu pasti bukan━” sayangnya Kevin mengangguk
“Kita harus cepat Eve, mereka juga sudah memanggil petugas pemadam kebakaran untuk membantu di bawah” tambahnya
“Ayo kak!”
Bocah SMA yang sudah menangkap apa yang dimaksud itu keluar dari sana lebih dulu disusul oleh Kevin, Stellar dan Yova. Eve menatap orang yang bersamanya, “Bibi” panggilnya lembut sambil memegang kedua tangannya. Sebutir air mata lolos begitu saja pada wajah dihadapannya, “Seharusnya saya tidak kembali” gumamnya. Eve menggeleng meremat lembut tangan di genggamannya, “Kita masih belum terlambat bi, Noel akan mengerti. Pasti” ujar Eve. Tidak lama mereka kemudian mereka berjalan menyusul empat orang tadi menuju atap rumah sakit.
89Please respect copyright.PENANAIFYhhZDXAj
89Please respect copyright.PENANAr6Gnf3Ye7L
89Please respect copyright.PENANAXQfJOdzaGa
89Please respect copyright.PENANAAqjFTz155b
89Please respect copyright.PENANASj9dd1c6X1
“JANGAN GILA NOEL!!!” teriak Kevin
Sial, Noel bahkan sudah berada di luar pagar pembatas itu.
“Apa yang kamu pikirkan?”
“Aku tidak ingin melukai siapapun kak” Noel menggeleng
Kevin berusaha mendekat dan mencoba menjernihkan pikiran Noel.
“Ini tidak akan menyelesaikan apa-apa, Noel”
Gawat, Noel sama sekali tidak bergerak dari pagar pembatas itu.
“Aku selalu merepotkan kalian, bahkan melukai kalian”
Noel menatap sendu pada Artemis, pada luka di pipinya.
“Tidak ada yang direpotkan Noel, kami semua tahu kamu hanya panik”
Netra amber itu membeku saat dua orang datang bergabung. I-ibu... ??!!
Eve berjalan mendekat pelan, “Noel, kita bisa meluruskan semuanya”
Badan itu bergetar pelan, netra itu menatap ragu pada tangannya yang meremat pagar pembatas itu. Hingga dia kembali menatap manik almond yang sudah mengalirkan air mata. Tangannya semakin mempererat pegangan pada pagar pembatas. Ingatan tiga belas tahun lalu berputar seperti roll film usang. Bagaimana tangan kecilnya ditepis oleh sang ibu saat menahannya untuk tidak pergi. Bagaimana janji kosong akan segera kembali itu mengudara seperti kepulan asap dari perapian. Hingga tiba-tiba sebuah teriakan menyadarkannya,
“LANTAS JIKA KAMU PERGI KAMI AKAN BAIK-BAIK SAJA?!!”
ns 15.158.61.20da2