Noel kesal. Kesal sekali. Pasalnya bocah SMA yang berjanji untuk bertemu di taman kota setelah pekerjaannya usai sore itu tidak terlihat juga. Jika bukan karena traktiran makan malam tentunya dia tidak akan repot-repot menunggu bocah itu. Bukan. Bukan karena Noel tidak punya cukup uang untuk membeli makan malam untuk dirinya sendiri atau masalah finansial lainnya. Noel hanya menerima pemberian saja. Lumayan kan, dia tidak perlu mengeluarkan uang untuk makan malamnya.
“Sial. Ini sudah keterlaluan” dengus Noel
Noel menyerah, dia sudah kesal sekali. Dan saat berjalan pergi.
“Kak Noel!! Jangan pergi dulu!!” teriakan kencang itu membuatnya menoleh
Noel mengurungkan langkahnya yang akan meninggalkan taman kota, bocah SMA yang selalu mengekorinya saat musim panas kemarin berlari sedikit tertatih. Bahkan parka panjangnya yang berwarna cokelat muda itu tidak dikancingkan membuat ujung bawahnya sedikit berkelepak tidak beraturan. Artemis tiba di hadapan Noel dengan napas yang terputus-putus, seperti baru mengikuti lomba maraton saja.
“Aduh, maaf━kak! Kakak menunggu━lama ya?” ujarnya terbata
Noel melipat kedua tangannya di depan dada.
“Kali ini apalagi alasanmu, ha?” ujarnya sedikit menyentak
Ini memang bukan kali pertama bocah SMA itu terlambat.
“A-anu kak, itu disuruh membereskan buku di perpustakaan”
Artemis hanya terkekeh canggung setelah menjawab pertanyaan penuh intimidasi dari Noel itu. Setelah memandangi bocah SMA yang nyaris membuat kepalanya mendidih Noel langsung berbalik, “Ayo, mau ku temani kemana?” ujarnya. Artemis yang awalnya menundukkan kepala segera mendongak menatap Noel yang sudah berjalan lebih dulu. Dasar kakak yang aneh, batin Artemis yang segera menyusul langkah Noel itu lalu mereka berjalan keluar dari taman kota. Berjalan berdampingan menyusuri tepi jalan yang penuh dengan guguran daun maple.
Dan sisa hari itu dihabiskan dua orang itu berjalan bersama, bukan kencan kok, Noel malah seperti pengasuh anak yang menemani seorang bocah SMA jalan-jalan. Mereka berjalan menyusuri jalan setapak di malam yang semakin larut, tidak ada yang membuka suara. Sampai langkah Artemis berhenti di persimpangan jalan, “Uhm, kak sampai disini saja a-aku akan lewat sana” ujarnya sambil menunjuk salah satu jalan di persimpangan itu.
“Kuantar sampai rumah, ayo” ujar Noel
Hal itu sontak membuat Artemis gelagapan.
“Eng-enggak papa kak, tidak jauh lagi kok” ujar Artemis
Ada apa dengan bocah ini?
“Ka-kalau begitu selamat malam kak!”
Sial, Noel tidak sempat mengejarnya dan punggung berlapis parka panjang cokelat muda itu sudah berlari ke arah jalan yang tadi ditunjuknya. Setelah menghela napas panjang, Noel memilih berbalik, melewati kembali jalan setapak yang dilewatinya menuju arah ke kamar sewanya. Tidak menyadari jika sebenarnya Artemis sudah kembali di ujung persimpangan itu, menatap sendu punggung Noel yang mulai menghilang.
Maafkan aku kak.
Sore itu Noel berjalan sendirian, dia baru saja selesai dengan kuliah sore dan tugas kelompoknya. Sang manager hanya meminta bantuannya hingga menjelang sore tadi, setelah jadwal kuliahnya usai Noel memilih untuk membeli keperluan mingguannya. Tapi langkahnya terhenti di salah satu sudut gang buntu disana, sepertinya ada beberapa orang yang berkelahi disana.
“Kau gila ya? Uang segini mana cukup untuk kami!” sentak salah satunya
“Ta-tapi hanya itu yang kupunya”
“Jangan bohong! Biasanya kau bisa memberi lebih dari ini” sahut yang lain
“Bu-bulan ini a-aku belum mendapat jatah, i-itu hasil tabunganku”
“Ck! Alasan! Hajar lagi saja!”
Kedua tangan Noel terkepal kuat, dengan cepat dia segera masuk ke dalam minimarket di samping gang buntu itu. Meminta karyawan yang berjaga di kasir itu untuk meminjamkannya ember yang biasa digunakan untuk wadah air bekas membersihkan lantai. Beruntung, air bekas itu masih ada dan belum sempat dibuang. Dengan cepat Noel kembali keluar dan berjalan masuk ke dalam gang buntu. Dia tidak bodoh saat mengetahui siapa yang tengah ditindas itu.
Dalam satu ayunan kencang, Noel membuang isi ember itu, menyiramkannya pada empat orang yang memakai seragam yang berantakkan dibalut parka itu. “Sialan! Siapa sih!” mereka berempat berbalik dengan salah satunya mengumpat. “Ck, kalian ini masih bodoh ternyata?” seloroh Noel, dan nampaknya keempat orang itu masih mengingat dengan sangat jelas kejadian waktu itu. Mereka dengan segera menyerang Noel dan mengira bahwa pemuda itu akan kembali lari seperti sebelumnya.
“Jangan memandang remeh ya”
Seakan tahu apa yang dipikirkan keempat orang penindas itu, Noel langsung melempar ember yang dibawanya dan menendang perut mereka dengan cukup kuat. Begitu keempatnya tersungkur dengan segera Noel berlari menuju orang itu dan menarik salah satu pergelangan tangannya. “Ayo!” dan ya, bisa ditebak, saat keempat orang penindas mulai bangkit berdiri keduanya sudah kabur lebih dulu.
“Uhm, kak…” orang yang ditarik Noel memanggilnya di sela mereka berlari
“Kau masih jadi pecundang ternyata” ucap Noel tanpa menoleh
ns 15.158.61.8da2