Musim gugur telah tiba, diawali dengan hembusan angin yang mulai membuat tubuh menggigil. Lalu perubahan warna daun pohon maple yang menjadi merah dan mulai berguguran. Cuaca yang tidak terlalu dingin membuat beberapa orang memilih untuk keluar menikmati pemandangan itu.
59Please respect copyright.PENANArQO4qw1sBJ
59Please respect copyright.PENANA2YVIy3tdMZ
59Please respect copyright.PENANASoh7M89PVB
59Please respect copyright.PENANAg5Vbf4WGT7
59Please respect copyright.PENANA8R7ghex5ML
59Please respect copyright.PENANAru3aReb3Md
59Please respect copyright.PENANArzQnoYnVe5
59Please respect copyright.PENANAgMHovgcVxS
“Kak! Lihat! Ada sepasang angsa!”
Seorang anak kecil berlari mendekati danau.
“Luna! Syalnya dipakai!” sang kakak berseru mengejar membawa syal rajut
“Ah! Kak! Tupai!!” gadis kecil itu berbalik arah
“Astaga ya Tuhan! Luna!!” seru sang kakak mulai kesal
Kedua anak kecil itu yang terpaut dua tahun malah asik bermain kejar-kejaran. Tawa riang mereka mengudara di taman kota. Menginjak beberapa daun maple yang telah berguguran di tanah. Hingga sang kakak menerjangnya dan membawanya ke tumpukan daun maple dan tawa mereka kembali mengudara. Beberapa orang yang melihat mereka ikut tersenyum ada yang bahkan tertawa saat mendengar gelak tawa sang adik yang begitu ceria.
“SIAPA YANG MENYURUH KALIAN KELUAR HAH?!!!”
Suara menggelegar dan cambukan di punggung kecil itu.
“Ayah! Jangan! Jangan cambuk kakak!” sang adik terisak memohon
“DIAM KAMU!!” sentak sang ayah lalu menarik kerah sang kakak
“Sudah berani melawan, huh? Mau kabur seperti wanita sialan itu?!”
“A-ayah ampun, ma-maafkan kami, ma-maaf ka-kami tidak akan mengulanginya” mohon sang kakak
Sang kakak jatuh terjerembab saat ayahnya mendorongnya kasar.
“Kakak!!” seru sang adik yang langsung memeluk kakaknya
“Bagus! Dan ingat, besok kamu harus mengantarkan susu!”
Sang ayah segera pergi dari kamar itu sambil membanting pintu, keduanya saling berpeluk dengan sang kakak yang berusaha menenangkan isak tangis adiknya. Berusaha sekuat tenaga agar air mata yang ditahannya tidak meluncur keluar. Menjadi yang paling kuat untuk adiknya, untuk bulan kecilnya. Dia tahu, di umurnya yang akan menginjak tujuh tahun, dia tahu, dunia warna-warninya telah hancur berkeping-keping.
59Please respect copyright.PENANAc4oh3QqIF0
59Please respect copyright.PENANAQ0us7WlJwz
59Please respect copyright.PENANAZYmC9AENdP
59Please respect copyright.PENANAe1S1sVPF6U
59Please respect copyright.PENANAsiJIdBG3pK
59Please respect copyright.PENANAn9BXRutGpi
59Please respect copyright.PENANAg3NoCcIDMN
59Please respect copyright.PENANADfFDjnAHQV
59Please respect copyright.PENANAHiHm2iy0Bc
59Please respect copyright.PENANAZL8Qm7ODaI
Noel tersentak dari tidur gelisahnya, pukul tiga pagi, diusapnya wajahnya sedikit kasar. Kali ini dia tertidur saat tengah mengerjakan tugas kuliahnya, sambil menghela napas dia memilih melanjutkan mengerjakan tugasnya, setelah mimpi buruk yang menghampirinya setiap malam itu tentunya tidak akan bisa membuatnya untuk kembali tidur. Sempat di liriknya laci di meja belajarnya. Sebelum akhirnya dia memilih menggeleng dan melanjutkan tugasnya.
“Sekian mata kuliah hari ini, jangan lupa untuk tugas yang saya berikan. Selamat siang”
Dosen itu segera berjalan keluar kelas setelah semua mahasiswa yang ada di dalam kelas membalas salamnya. Noel segera bergegas merapikan barangnya dan ikut keluar dari kelas, meletakkan jaket tebalnya dalam genggamannya. Membiarkan kemeja bergaris yang dibalut rompi rajutnya diterpa udara dingin ketika kakinya melangkah keluar gedung kampusnya. Daun maple yang berwarna merah kentara sekali menghiasi taman kampus.
“Terima kasih telah datang!” Noel berseru sambil membereskan meja
Suasana cafe tidak begitu ramai, sehingga pekerjaanya di depan kasir tidak terlalu lama dan bisa membantu staf yang lainnya. Suara denting lonceng membuatnya menoleh dan bersiap menyapa pelanggan yang datang, “Oh, bibi” sapanya sedikit terkejut. Elora tersenyum hangat menyapa Noel lalu berjalan menuju kasir untuk memesan yang kebetulan sekali Stellar yang tengah bertugas.
“Ah! Bibi! Apa kabar! Selamat datang! Bibi ingin pesan apa?!”
Stellar menyapa begitu bersemangat saat Elora mendekatinya.
“Uhm, sepertinya cokelat kayu manis panas dan kue cinnamon rolls nampak lezat” ujar Elora
“Tentu! Bibi bisa menambah topping juga loh untuk kuenya” ujar Stellar
“Ah tidak, tidak perlu itu saja tolong” jawab Elora
Setelah mencatat pesanannya Elora segera berjalan mencari meja, dan meja dengan dua kursi tunggal yang bersampingan dengan jendela besar cafe menjadi pilihannya. Saat salah seorang staf yang hendak mengantarkan pesanannya Noel sudah lebih dulu memintanya, hal itu tentunya tidak luput dari perhatian Stellar yang ada di meja kasir. Bahkan pandangannya tidak lepas sama sekali sampai Noel memberikan pesanan itu pada Elora.
“Silahkan bi, pesanan anda” ucap Noel
“Terimakasih ya” ucap Elora dengan seulas senyum
Begitu selesai dengan tugasnya menutup toko Noel segera pamit pada manager yang tengah berdiskusi pada staf lainnya. Membuka pintu cafe yang terkejut mendapati Elora berdiri tak jauh darinya, “Bibi sedang apa disini?” tanyanya sedikit khawatir. Elora hanya mengatakan bahwa dia tengah berjalan-jalan menikmati malam yang cerah itu. Mereka memutuskan untuk berjalan berdampingan, meski sebenarnya arah rumah sewa Noel berlawanan dengan ruko milik Elora. Yah, biarkan itu menjadi rahasia saja.
“Bibi segera masuk, sudah malam sekali” ujar Noel
“Kamu juga segera pulang, udara dingin tidak baik untukmu”
“Baiklah, kalau begitu saya pamit” ucap Noel
“Sebentar!” Noel mengurungkan niatnya yang hendak berbalik pergi
Dibawah naungan gemerlap bintang dan bulan sabit musim gugur, dalam dinginnya malam yang mulai menggigit. Noel dibuat terkejut saat Elora masuk ke dalam hanya mengambil sesuatu dan mengalungkannya di leher Noel. Sebuah syal rajut berwarna merah yang senada dengan warna daun maple yang tengah gugur. Netra amber itu menatap lurus ke arah Elora yang masih tersenyum padanya, “Pakai ini agar kamu tidak kedinginan” ujarnya. Desir itu semakin mengacaukan pikiran Noel, rasa penasaran itu terus memecah kepingan-kepingan ingatan Noel. Hingga sebuah kata terlontar di dalam pikirannya.
I-ibu … ??
ns 15.158.61.12da2