Cuaca begitu cerah hari itu, aroma bunga yang bermekaran tercium dimana-mana. Menikmati musim semi di akhir pekan adalah hal paling tidak bisa dilewatkan begitu saja. Salah satunya menikmati di taman kota yang dipenuhi berbagai macam bunga. Seperti bunga gerbera, tulip, dahlia, anemone dan lain sebagainya. Mempercantik taman kota yang luas itu. Lalu pohon-pohon maple yang berjajar di sepanjang tepi taman dan bersandingan dengan jalan utama kota ikut menghiasi dengan daunnya yang hijau. Jangan lupakan pohon apel yang tumbuh di beberapa bukit kecil di taman kota.
Danau besar di tengah taman diriuhkan dengan suara bebek, angsa, dan burung-burung merpati yang tengah singgah. Terlihat juga beberapa ekor tupai yang melompat menaiki pohon sambil membawa makanan di mulutnya. Benar-benar tempat yang begitu menenangkan dan menyenangkan untuk bersantai. Tapi sepertinya itu tidak berlaku pada satu orang yang tengah duduk di salah satu bangku taman. Terlihat wajahnya yang sudah tertekuk kesal, jangan lupakan minuman kaleng dinginnya yang sudah tandas sejak setengah jam yang lalu.
“Menunggu lama?” sebuah suara tak membuatnya menoleh
“Marah?”
Orang itu mendekat, “Maaf deh, aku ketiduran tadi” ucapnya
“Heh, ketiduran dasar sialan” kutuknya sambil mendengus
“Aku kan sudah minta maaf, sensitif sekali sih!”
“Heh! Mana ada orang yang minta maaf seperti itu!! Kamu benar-benar tidak berniat meminta maaf kan? Iya kan? Mengaku aja deh!! Cih” sentaknya
“Jangan mendramatisir Stel! Yang butuh itu kau! Bukan aku, jadi tidak?!”
Stellar hanya bisa mendengus sebal, memang sih yang membutuhkan bantuan Noel dirinya. Tapi seharusnya Noel juga tidak membuatnya menunggu hampir satu jam disitu, waktu mereka kan jadi terbuang. “Beruang kutub sialan!” runtuk Stellar yang segera berdiri dan berjalan lebih dulu. Noel hanya menggeleng acuh lalu berjalan mengikuti langkah kecil Stellar yang sangat jelas menunggunya.
Hari ini, di akhir pekan yang cerah dan sejuk ini Noel membantu Stellar membersihkan sebuah ruko kosong. Ruko itu disewa oleh seseorang yang belum lama pindah dan akan membuka sebuah ruko kerajinan dan seni. Bibi pemilik ruko adalah tetangga Stellar yang tentu saja menawarkan diri untuk membantunya membereskan ruko. Dan dengan pemaksaan meminta Noel untuk turut membantunya. Padahal dia sendiri yang menawarkan malah membawa orang lain untuk ikut dengan paksaan lagi.
76Please respect copyright.PENANA44R5Ckk27T
76Please respect copyright.PENANAO5bTvP9WhZ
“Ah, sial panas sekali” gumam Noel
“Payah, begitu saja sudah kepanasan” ledek Stellar
“Kita bertukar bagaimana? Kau yang mengangkut barang-barang ini, menyapu dan mengepel, lalu aku yang mengelap jendela? Bagaimana” sahut Noel
“Itu eksploitasi namanya, lagipula aku perempuan” sahut Stellar
“Makanya diam saja kalau begitu” Stellar mendecih sebal
Mereka lalu melanjutkan acara bersih-bersih mereka, sampai suara pintu yang terbuka membuat mereka menoleh. “Aduh, maaf ya sudah repot-repot begini. Padahal tidak perlu lho━ eh?” manik almond itu menatap manik amber penuh keterkejutan. Sepertinya takdir kembali bermain.
“Oh, nyonya pernah datang ke cafe?” tanya Stellar
Mereka tengah duduk bersila di tengah ruangan kosong itu, lengkap dengan beberapa kudapan dan tiga kaleng minuman dingin. “Aduh, jangan panggil saya nyonya. Saya seperti orang kaya saja, hahaha” tawanya membuat hati Noel berdesir. Kepingan ingatannya membuncah kala mendengarnya, tapi sepertinya pikirannya menolak untuk membukanya. Wanita itu memperkenalkan dirinya adalah Elora Michelle, dia seorang pengrajin dan pelukis hebat. Elora membuka toko kerajinan dan seni juga kelas kerajinan dan seni untuk yang berminat. Stellar pernah bertemu dengannya saat bertanya alamat bibi pemilik ruko, dan ternyata di hari yang sama setelah melakukan pembayaran Elora pergi ke cafe dimana Noel tengah berjaga di kasir.
“Tapi bi apa tidak apa-apa jika bibi tinggal sendiri di ruko ini?” tanya Stellar
“Tidak perlu khawatir, nak saya baik-baik saja” ujar Elora
“Kota cukup ramai dan berbahaya bi, bibi bisa tinggal denganku jika mau”
“Eiy, saya jadi tidak enak. Sudah tidak apa-apa, saya bisa menjaga diri kok”
Stellar menatap ragu, dia mulai menyukai wanita yang menyenangkan itu.
“Ayo, dimakan kudapannya. Itu kukis saya yang buat lho!”
“Ah, iya” Stellar segera mengambil kudapan yang diinginkannya
Noel memilih kukis yang tadi ditunjuk Elora, entah kenapa dia ingin mencobanya. Terakhir kali dia mencoba kukis buatan rumah, berakhir sakit perut dan dua hari harus bolak-balik toilet. Salahkan Stellar yang memaksanya menjadi kelinci percobaan untuk membuat kukis perdananya dan berakhir bencana baginya. Kukis itu nampak sederhana terlihat potongan kecil kacang almond dan garis-garis yang terbuat dari lelehan cokelat.
“Kamu menangis?” Stellar terkejut saat menoleh
Noel tersentak dan segera memegang pipi kanannya. Basah.
“Apa sebegitu tidak enaknya kueku dulu sampai kue ini membuatmu menangis haru?” ujar Stellar
“Setidaknya tidak akan membuatku bolak-balik toilet lagi”
Noel telah kembali seperti biasa.
“Sialan!!” umpat Stellar
Elora hanya tersenyum menatap dua orang yang sudah melewati usia dua puluh itu dalam diam. Dia menatap pemuda itu lebih tepatnya, ada perasaan bahagia ketika kukis itu bisa mengingatkan kenangan lama.
76Please respect copyright.PENANA5TBTYlsItD
76Please respect copyright.PENANAS7VxJx998X
76Please respect copyright.PENANAsbiOXOIZkP
76Please respect copyright.PENANA8G7cupRxJo
76Please respect copyright.PENANAampa8IYQAh
76Please respect copyright.PENANA9rGRiL8GDO
76Please respect copyright.PENANA5RuvJTXk1z
“Ibu pulang, nak dan tidak akan pergi lagi. Ibu janji. Ibu akan selalu ada untukmu selamanya. Tidak perlu memaafkan ibu, tidak perlu mengingat ibu. Kamu selalu sehat dan bahagia adalah harapan ibu selama ini76Please respect copyright.PENANAPtexv1xQv8