Sekitar satu setengah jam perjalanan akhirnya aku dibawa jauh oleh Pak Evan menuju hotel bintang lima di pusat kota.
Pria yang ternyata sudah berusia empat puluh tahunan itu sempat bercerita banyak saat di perjalanan. Ternyata ia pintar mencairkan suasana, hingga aku sendiri merasa nyaman saat bersamanya.
Bahkan aku sendiri sampai menceritakan latar belakangku sendiri, mulai dari asal usulku sampai bagaimana aku bisa berakhir seperti ini.
Kami juga sempat bertukar nomor telepon supaya ia mudah menghubungiku saat ingin memuaskan nafsunya. Awalnya aku takut, namun ia berjanji akan membayarku agak mahal jika bersedia memuaskan nafsunya.
Saat di perjalanan, pria itu sempat mengajakku ke pusat perbelanjaan mewah dan membelikanku beberapa pakaian. Tapi, ia menyuruhku memilih pakaian gamis yang ketat dan tipis dan melarangku membeli pakaian dalam.
Bahkan di pusat perbelanjaan itu ada toko yang khusus menjual mainan-mainan kebutuhan sexual seperti dildo, vibrator dan sebagainya.
Aku merasa malu saat ia mengajakku ke toko itu, bagaimana tidak, seorang akhwat sepertiku membeli barang-barang haram seperti itu.
Namun, aku bisa apa? Ia sudah terlanjur mengajakku ke toko itu, masih kuingat saat di dalam toko itu, seorang kasir yang merupakan wanita memandangku dengan tatapan sinis.
Tapi yang mengejutkanku adalah, kasir itu tidak berani memandangku terlalu lama karena seluruh pusat perbelanjaan mewah itu ternyata adalah milik Pak Evan sendiri.
Tak bisa kubayangkan sekaya apa pria itu, apalagi saat aku sempat melihat bandrol harga di pusat perbelanjaan itu yang harganya sangat mahal.
Akhirnya ia membelikanku sebuah dildo berukuran besar dan panjang lalu sebuah vibrator beserta remot kontrol yang bisa juga di koneksikan lewat ponsel.
Setelah memarkirkan mobilnya di parkiran khusus, ia mengajakku masuk kedalam hotel yang sangat mewah itu sambil kedua tanganku membawa paper bag yang berisi barang belanjaanku.
Tunggu dulu, parkiran khusus? Aku sempat berpikir bahwa hotel ini mungkin juga miliknya. Karena saat kami masuk, perhatian resepsionis sangat berbeda dengan pengunjung lain.
Bahkan manajer hotel yang saat itu kebetulan sedang lewat, terlihat sangat menghormati Pak Evan. Hingga akhirnya kami naik ke lantai paling atas dan masuk kedalam kamar yang juga sangat mewah, dimana lantai itu hanya berisi kamar VVIP.
"Mphhh..." Aku sedikit terkejut, baru saja Pak Evan menutup pintu dan menguncinya, ia langsung melumat bibirku, kedua tangannya juga meremas pantatku yang sekal.
Mungkin ia sudah tak sabar ingin menikmati tubuhku. Dengan masih melumat bibirku, ia menuntunku menuju ke arah kasur lalu tiba-tiba melemparku ke atas kasur yang sangat empuk itu.
Lalu ia mengambil salah satu paper bag yang sebelumnya sudah kuletakkan di meja, lalu ia mengambil dua buah kotak berukuran sedang dan besar itu.
Ia membuka kotak berukuran sedang yang isinya adalah vibrator, lalu ia mendekat kearahku. Saat ia melepaskan seluruh pakaiannya, aku hanya diam terlentang di atas kasur yang empuk itu.
Saat ia melepas pakaiannya, pandanganku tertuju pada kalung yang ia pakai. Dimana kalung itu menandakan bahwa ia beda agama denganku.
Tapi aku tak menghiraukannya, ia menyibak rok gamisku sampai setinggi pahaku, lalu dengan tangannya yang membawa alat kecil dengan tali sepanjang lima belas senti itu merogoh rok gamisku mencari vaginaku.
"Ahhh..." Desahku saat ia memasukkan benda itu kedalam vaginaku, lalu ia menutup lagi rok gamisku. Aku tidak tahu apa yang akan ia lakukan.
Setelahnya ia mengambil benda seperti remot kontrol itu lalu menekan salah satu tombol disana.
"Ahhh... Ahh... Mhhh..."
Aku mendesah saat ia menekan salah satu tombol di remot itu, kurasakan sensasi sangat nikmat di vaginaku saat vibrator itu bergetar didalam sana.
Lalu ia menindihku dan kembali melumat bibirku dengan kedua tangannya meremas kedua payudaraku dengan gemas.
Aku semakin mendesah tak karuan, ternyata seperti ini rasanya ketika ada benda bergetar di vaginaku.
Tak lama kemudian, ia mematikan vibrator di vaginaku menggunakan remot kontrol itu. Lalu ia berbaring dan menyuruhku mengulum kontolnya yang tidak disunat itu.
Aku langsung menyingkap jilbabku ke pundakku dan mengikatnya di belakang kepalaku.
Ukuran kontolnya sama seperti kontol milik Pak Burhan, besar tapi lebih panjang sekitar delapan belas senti. Dengan pengalamanku yang masih pemula, aku berusaha mengulum kontolnya yang panjang dan sesekali mengocoknya.
Tak lupa juga bijinya zakarnya yang imut itu kuhisap habis, ah rasanya lezat dan gurih. Apa karena kontolnya tidak disunat jadi rasanya lebih nikmat, aku tidak bisa berpikir jernih lagi.
"Ahh... Mulutmu enak sekali Widya, anget, ahh..." Desahnya memujiku.
Merasa tersanjung, aku berusaha membuatnya semakin nikmat, kumasukkan kontolnya sedalam mungkin sampai menyentuh tenggorokanku.
Aku merasa agak mual dan tersedak, tapi aku berusaha tak menghiraukannya. Tak lama kemudian, ia kembali menghidupkan vibrator di vaginaku namun dengan level yang lebih tinggi.
"Mhhh... Mhhh..." Desahku tertahan karena kontolnya memenuhi mulutku. Tapi rasanya sungguh nikmat, vaginaku rasanya seperti di obok-obok.
Hingga tak butuh lama, vibrator itu akhirnya membuat tubuhku mengejang lalu akupun orgasme. Cairan vaginaku menyembur begitu banyak hingga membasahi rok gamisku.
Aku tak peduli karena aku baru saja dibelikan pakaian gamis yang lumayan banyak oleh Pak Evan. Meski semuanya ketat dan tipis, tapi aku tak peduli karena nafsuku telah mengalahkan segalanya.
Dengan tubuhku yang lemas karena orgasmeku barusan, Pak Evan menyuruhku terlentang di atas kasur. Aku berinisiatif menarik rokku lalu membuka lebar kedua kakiku sehingga saat ini aku dalam posisi mengangkang.
Ia mencabut vibrator yang sudah sangat basah itu dari dalam vaginaku. Setelah itu ia mendekatkan kontolnya yang besar dan panjang tepat di lubang vaginaku.
"Ahhh..."
Aku mendesah panjang saat kontol Pak Evan yang panjang itu masuk sepenuhnya kedalam liang vaginaku. Rasanya sungguh nikmat, sampai mentok kedalam.
Ia mulai menggoyangkan pinggulnya maju mundur, lalu mulai meremas kedua payudaraku dan melumat lagi bibirku.
Aku semakin mendesah tak karuan, tubuhku mulai berkeringat, membasahi gamisku yang tipis sehingga membuatku terlihat semakin seksi. Sampai akhirnya tubuhku kembali menegang, mengalami orgasmeku yang kedua.
Nafasku terengah-engah setelah mengalami orgasme keduaku, disaat bersamaan Pak Evan mencabut kontolnya yang sudah basah oleh cairan orgasmeku.
Tanpa basa-basi ia memutar tubuhku hingga posisiku saat ini sedang menungging. Ia meraba lubang anusku lalu ia ludahi anusku dan sesekali ia masukkan jari tangannya di lubang anusku.
Tai lama kemudian ia memasukkan penisnya kedalam anusku yang masih kering, namun kontolnya yang sudah basah oleh pelumas yang dihasilkan oleh vaginaku, sedikit mengurangi rasa sakit di lubang anusku.
"Akhhh... Pelan-pelan, Pak... Masih seret, sakiitt..." Ucapku pada Pak Evan, namun ia malah menampar kedua bokongku secara bergantian.
Apa ini? Tamparannya di pantatku memberikan sensasi tersendiri di tubuhku. Semakin sering ia menampar pantatku, aku merasa persetubuhan ini semakin nikmat.
"Ahh... Anusmu enakk, masih rapet kayak memekmu," ucapnya saat masih menggenjot anusku dengan kasar.
"Ah... Ah... Ah... Iyahh Pakkhh... Terusshh..."
Sambil terus menggenjot anusku, ia mengambil dildo yang ku kira ukurannya hampir sama dengan kontol Pak Evan.
Tanpa memberiku aba-aba, ia masukkan dildo itu kedalam vaginaku, rasanya sesak tapi semakin nikmat.
Saat tubuhku mulai menegang ingin segera orgasme, ia mencabut kontolnya dan dildo yang menancap di vaginaku.
Hal itu membuatku semakin menungging menggoyangkan pinggulku seakan mencari keberadaan kontolnya.
"Hahaha... Dasar akhwat lonte, cari apa kamu?"
"Kontol pak, saya mau kontol yang besar," ucapku yang sudah tidak punya harga diri lagi.
"Hahaha... Main sendiri sana, saya mau rebahan dulu..."
Setelah itu ia merebahkan tubuhnya terlentang tepat di sampingku. Dengan kontolnya yang masih berdiri tegak dan terlihat gagah itu, aku berjongkok di atasnya lalu meraih kontolnya untuk kumasukkan kedalam vaginaku.
Tapi ia melarangku, Pak Evan bangun lalu dengan kekuatannya ia meraih gamis atasku dan merobeknya, sehingga payudaraku yang berukuran 36C itu dapat terlihat dengan jelas.
Melihat payudaraku yang sekal dan montok itu, ia tak kuasa menahan nafsunya dan langsung melumat habis putingku secara bergantian.
Beberapa menit kemudian, setelah puas nyusu di kedua payudaraku, ia kembali rebahan dan menyuruhku memasukkan dildo itu kedalam anusku.
"Ahhh..."
Aku mendesah manja saat benda itu masuk kedalam anusku, kudorong dildo panjang itu perlahan sampai terasa mentok.
Lalu kumasukkan kontolnya yang gagah perkasa itu kedalam vaginaku, desahanku semakin brutal dan kubuat semanis mungkin supaya pria itu cepat ejakulasi.
Sambil terus ku goyangkan pinggulku mengobok-obok vaginaku sendiri menggunakan kontol Pak Evan yang besar dan panjang, aku semakin menunggingkan tubuhku hingga kedua payudaraku bergelantungan bebas tepat di depan wajahnya.
Ia remas kedua payudaraku yang menggantung itu dengan gemas, dan sesekali salah satu tanganku berusaha meraih dildo di pantatku dan kugerakkan keluar masuk didalam lubang anusku.
"Ahhh... Pak Evan kuat bangett... Belum keluar dari tadii... Ahhh... Ahhh..."
"Sebentar lagi sayang, saya bentar lagi mau keluar, ahhh..."
"Aku sudah gak tahan paakk!!... Ahh... Aku mau keluarrhh... Ahhh..."
Akhirnya akupun kalah, tubuhku kembali mengejang hebat dan kucabut kontolnya dari vaginaku, kulihat cairan orgasmeku keluar begitu banyak membasahi kontol Pak Evan yang sudah tegang maksimal, sepertinya ia akan sampai puncaknya.
Tapi karena aku mencabut kontolnya, ia tak jadi ejakulasi dan kulihat ekspresi kecewa di wajahnya.
"Hmmm... Puasin sendiri ya pak, aku mau rebahan dulu," godaku dengan nada manja lalu kurebahkan tubuhku di sebelah Pak Evan dengan dildo masih tertancap di anusku.
"Nakal kamu, Widya. Mau balas dendam hah?" Aku tertawa kecil melihatnya.
Pak Evan lalu membuka lebar kedua kaki ku, lalu ia masukkan penisnya yang panjang dan kurasakan ia seperti kesetanan.
Ia menggenjotku dengan brutal dan kasar, namun aku merasa semakin nikmat dan tubuhku seakan melayang, mataku dibuat merem melek olehnya.
"Ahh... Enakh Pakkhh... Ahhh... Ahhh... Ahhh..."
Aku tak bisa berkata-kata lagi, sungguh aku merasakan nikmat yang amat sangat, hingga tubuhku kembali mengejang. Ah tidak, entah sudah berapa kali aku orgasme.
"Ahhh... Memekmu enaakkk Widya, saya mau keluarr..."
"Iyaahhh... Keluarin yang banyak paakkhh, keluarin di dalam semuanyaahh..."
"Dasar, akhwat lonte kamu, dasar akhwat binal, rasakan semburan pejuhku, ahh..."
Ucap Pak Evan lalu mendorong lebih dalam kontolnya di vaginaku, kurasakan sekitar delapan kali kontolnya menyemburkan sperma hangat didalam vaginaku.
Dengan bersamaan aku mengalami orgasme lagi, hingga kurasakan sperma Pak Evan sampai meluber keluar dari dalam vaginaku bercampur dengan cairan orgasmeku. Hingga akhirnya kami berdua tertidur karena saking lelahnya.
12136Please respect copyright.PENANAsyqJaNmOUt