"Jangan pernah sekalipun ikut campur urusan saya dengan teman dekatmu itu, kalau tidak..."
Akhirnya aku dibebaskan oleh Pak Burhan menjadi alat pemuas nafsunya, dan ia memilih Widya sebagai gantinya. Tapi dengan syarat agar aku tak lagi ikut campur urusan antara Pak Burhan dan Widya. Apalagi jika aku sampai menceritakan keburukannya pada orang lain.
Masih kuingat jelas bagaimana ancaman Pak Burhan, dimana ia mengancamku akan dikeluarkan dari sekolah dan memberi tahu kepada orang tuaku tentang video skandalku dengan steven saat melakukannya di toilet sekolah.
Aku tak menyangka jika Widya akan menjadi incaran kepala sekolah itu, sehingga aku merasa sangat khawatir dengan sahabatku itu. Namun di sisi lain, aku juga tak ingin kedua orang tuaku mengetahui video skandalku, tak bisa kubayangkan betapa marah dan malunya mereka karena aku telah menjadi aib bagi keluarga.
Siang hari saat jam istirahat kedua, di taman belakang sekolah yang sering kali dipakai Widya untuk merenung, di sinilah aku merasa sangat gelisah.
Apa aku harus melaporkan keburukan Pak Burhan pada pihak berwajib? Ah, tidak. Orang seperti itu pasti punya bekingan yang sangat banyak. Apalagi aku tahu jika Pak Burhan juga merupakan pebisnis besar di kota ini, namun saat ini ia hanya memfokuskan pada kemajuan sekolah ini.
Orang-orang seperti itu, tak bisa dilawan hanya apalagi dengan pihak kepolisian.
Namun tak lama kemudian, kusadari seorang siswa laki-laki yang sangat ku kenal menghampiriku.
"Loh, Maya? Kok sendirian? Widya mana?"
Saat itu Fajar datang menghampiriku, seperti biasa anak itu mencari sang pujaan hatinya. Jika dia tak bisa menemukannya, dia akan menemuiku untuk mencari tahu bahkan hanya untuk keseharian Widya.
Aku langsung menyuruhnya duduk di sebelahku di bangku taman, sepertinya dia menyadari kegelisahanku saat ini.
"Eh, Jar. Lu lihat si Steven gak?" Tanyaku seakan berusaha mengalihkan perhatiannya.
"Tadi sih lihat di kantin, t-tapi aku tadi dengar kalo dia mau bolos sama teman-temannya."
Selalu seperti itu, saat jam istirahat kedua Steven pasti akan menyelinap keluar sekolah untuk bolos. Bahkan akhir-akhir ini dia seperti jarang memperhatikanku, pesan chat ku saja jarang sekali dia balas, padahal dalam situasi kegelisahanku saat ini aku sangat membutuhkan perhatiannya.
Dan biadabnya lagi, Steven hanya akan menemuiku jika dia sedang ingin melakukannya saja, ya melakukan hubungan terlarang. Tapi bodohnya aku selalu menuruti nafsunya saja hanya karena tak ingin kehilangannya.
"Kamu kenapa, May? Kok keliatannya gelisah?" Tanya Fajar.
Meski Fajar adalah siswa yang sering di buli karena penampilannya, hmm tidak sering juga sih, cuma beberapa kali dia dimintai uang oleh berandalan sekolah dan jika Fajar menolak dia akan di buli, seperti itu.
Tapi, Fajar adalah orang yang baik, dia juga peka dengan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya. Jika saja penampilannya sedikit berubah, pasti akan banyak murid perempuan yang menyukainya.
"Hmm... Gapapa kok, Jar. Cuma kangen aja sama Steven," ucapku membuat alasan.
"Hmm..." balasnya singkat.
"Tapi, Jar..."
"Ya? Kenapa May?" Tanya Fajar dengan tatapan sedikit kebingungan, tatapan itu, tatapan polos yang membuatku merasa iba dengannya.
"Gw boleh tanya sesuatu gak?"
"Tanya aja, emang mau nanya apaan?"
"Lu bener-bener sayang gak sama Widya? Maksudku, lu bener-bener tulus cinta sama Widya?" Tanyaku sedikit gugup.
Kulihat raut wajah kebingungan saat Fajar mendengar pertanyaanku yang sangat tiba-tiba itu.
"I-iya kok, aku bener-bener sayang sama Widya, a-aku juga tulus sama dia," balas Fajar dengan menundukkan kepala karena malu.
Ku lihat wajah Fajar mulai memerah karena pertanyaanku, aku merasa sedikit terhibur karena melihat tingkah Fajar yang menurutku lucu.
"Tapi, Jar. Kalo misalkan Widya punya banyak kekurangan, lu yakin masih bakal tulus sama Widya?"
"Ma-maksudnya?" Tanya Fajar kebingungan.
Aku sempat terdiam, lalu menarik nafas panjang sebelum akhirnya aku mulai bercerita. Saat Widya mulai mengalami kesulitan keuangan untuk membayar biaya sekolah yang sudah menunggak, sampai latar belakang Widya yang berasal dari desa, dan juga alasan kenapa hari ini Widya tidak masuk sekolah.
Aku beralasan jika Widya diberi tugas tambahan oleh Pak Burhan untuk membantu pekerjaannya sebagai ganti untuk biaya sekolah Widya yang sudah menunggak. Tapi aku tidak berani menceritakan apa yang telah dialami oleh Widya, yaitu ketika sahabatku telah resmi menjadi budak seks kepala sekolah.
"Jadi, mulai sekarang lu harus bisa ngertiin dia. Bisa aja Widya kecapekan karena harus pergi kesana kemari membantu pekerjaan Pak Burhan, lu tahu sendiri kan kalo Widya tuh pintarnya kayak apa, dia juga salah satu siswa berprestasi di sekolah. Yah, mungkin itu jalan satu-satunya Pak Burhan membantu Widya, secara kan di sekolah kita belum ada program beasiswa," jelasku panjang lebar Pada Fajar.
"Oh, begitu. Tapi kamu kok gak cerita ke aku kalo Widya nunggak uang sekolah? Padahal aku bisa bantu kok."
"Iyaa gw tahu lu itu punya banyak uang, tapi lu harus ngerti kalo Widya bukan cewek kayak gitu, dia gak akan pernah mau ngrepotin orang lain, dia tuh cewek mandiri, Jar..."
Akhirnya Fajar menganggukkan kepala tanda mengerti, namun sesaat setelahnya dia menatapku lalu bertanya padaku.
"T-tapi, May. Widya mau nrima aku gak ya? Udah sering kan dia nolak aku?" Ucap Fajar seakan putus asa.
"Gini, Jar. Beberapa hari kedepan lu coba aja lagi, siapa tahu dia mulai buka hatinya buat lu dan nerima lu jadi pacarnya, ya kan?"
Setelah menerima saran dariku, akhirnya kulihat Fajar merasa lega. Setelah apa yang menimpa Widya, aku yakin Widya pasti akan nerima Fajar, tapi.
Aku tahu Fajar adalah orang yang baik dan perhatian, meski penampilannya seperti itu sebenarnya aku mulai menyukainya. Tapi, apa dia bisa menerimaku yang sudah berhubungan badan dengan orang lain, apa dia bisa nerima Widya yang sudah dirusak dan akan menjadi budak sex Pak Burhan?
Jika aku tidak bisa melakukan apapun untuk membantu Widya keluar dari jurang yang penuh dengan kenikmatan syahwat. Setidaknya aku juga harus bisa membantu Widya merahasiakan apa yang sudah menimpanya.
Tak terasa bel berbunyi, pertanda jam istirahat kedua telah selesai. Dengan perasaan gembira Fajar pergi menuju kelasnya.
Saat aku akan kembali ke kelas, kubuka ponselku dan kulihat banyak pesan masuk dari Widya, ada juga beberapa panggilan tak terjawab darinya.
'Maaf, May. Aku sibuk banget hari ini, aku harus bantu Pak Burhan bantu beberapa pekerjaannya sebagai ganti supaya aku tidak perlu mikirin biaya sekolah lagi, Pak Burhan udah buatin surat ijin kan? Masih pelajaran ya? Yaudah, May. Aku istirahat dulu ya, nanti masih ada tugas lagi soalnya'
Seperti itulah isi pesan masuk dari Widya, pesan yang tulisannya hanya sepenggal-sepenggal sehingga terlihat seperti pesan spam di ponselku.
Aku tahu kamu bohong, Wid. Tapi aku tahu, kamu bohong demi kebaikanmu sendiri. Maafin aku, Wid. Gak bisa bantu kamu, sebagai sahabat aku merasa tidak berguna.
Sebelum Steven mengambil mahkotaku, Widya sering mengingatkanku hingga akhirnya setelah kejadian itu aku merasa bersalah karena telah mengabaikan nasehat dari sahabat baikku itu.
Sampai akhirnya aku berterus terang padanya, dan masih kuingat betapa terkejutnya dia mendengar ceritaku. Bahkan ketika aku ketahuan mesum oleh tukang kebun hingga aku terpaksa harus mau melayani nafsu tukang kebun bejat itu.
Waktu itu Widya memberiku saran untuk melaporkan tindakan tukang kebun kepada kepala sekolah, tapi aku menolak dengan berbagai alasan. Karena saat itu aku juga sudah menjadi alat pemuas bagi kepala sekolah.
Hingga sampai saat ini jika kuingat, hanya Widya yang selalu mendengar keluh kesahku, dia juga yang selalu menyemangati ku bahkan membantuku merahasiakan semuanya dari teman-teman sekelasku.
'Iyaa, Pak Burhan udah buatin surat ijin kok, semangat ya Bu Ustazah yang cantik dan manis' ku balas pesan itu dengan sedikit menggodanya hanya supaya aku merasa sedikit terhibur.
Untuk sementara ini, biarkan berjalan seperti ini dulu. Akan ku usahakan menjaga rahasia dan nama baik sahabatku itu.
Aku tak ingin jika rahasia itu sampai tersebar hingga seluruh siswa di sekolah ini mengetahuinya.
Kupejamkan mataku dan ku tarik nafasku dalam, sebelum akhirnya ku keluarkan perlahan.
Aku pun kembali masuk kedalam kelas dengan pikiran dan perasaan yang masih sedikit kacau.
12373Please respect copyright.PENANADZjyonwQ3s