Sekitar dua jam kemudian aku terbangun dari tidurku, kamarku yang sudah gelap karena saat sampai tadi aku langsung tertidur.
Tubuhku terasa sangat lelah, namun aku bergegas bangun dari tempat tidur lalu menyalakan lampu yang ada di dalam kamarku.
Aku membuka pintu kamarku yang ternyata di luar juga sudah gelap, aku melihat jam dinding di kamarku yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam.
Kemudian aku membiarkan pintu kamar kosanku terbuka lalu aku masuk kembali untuk bergegas mandi dan mencuci seragam yang kupakai hari ini.
"Assalamu'alaikum... Wid..."
Saat aku mengambil handukku di teras belakang, aku mendengar salah satu tetangga kos memanggilku dari luar kamar. Akupun segera berjalan keluar setelah mengambil handukku.
"Wa'alaikumsalam... Ehh.. Mbak Irma... Masuk mbak..." Aku menjawab salam dari tetanggaku yang bernama Irma itu.
"Nggak dulu Wid, ini aku cuma mau ngasih paket buat kamu, tadi kurir paketnya nganter kesini tapi kamunya belum pulang," ucap Mbak Irma sambil memberikan paket yang terbungkus dengan plastik bubble warp padaku.
"Hehehe... Iya mbak, saya baru pulang... Makasih ya mbak..."
"Yasudah, aku tinggal dulu ya Wid, sekalian mau pulang ini..."
Setelah menerima paket itu, Mbak Irma langsung bergi dengan tas punggung yang sudah sejak tadi ia pakai. Mbak Irma adalah salah satu tetangga kos yang sudah bekerja, seperti biasanya setiap hari jum'at sore ia akan pulang kerumahnya dan akan kembali lagi hari minggu sore.
Karena penasaran, aku melihat paket itu yang ternyata pengirimnya adalah Pak Evan. Aku tersenyum lalu segera menutup pintu kamarku dan mengambil ponselku.
Aku mengirimkan pesan kepada Pak Evan untuk mengucapkan terima kasih karena paket yang ia berikan sudah tiba, meski aku sendiri juga belum tahu apa isinya. Tak lupa juga aku memotret diriku sendiri menggunakan kamera depan dengan tanganku sambil meremas payudaraku.
Setelahnya aku bergegas untuk mandi lalu mencuci seragam sekolah yang kupakai hari ini. Cukup lama aku berada di kamar mandi hingga sekitar pukul setengah delapan malam aku baru keluar dari kamar mandi.
Kali ini aku sudah memakai sebuah gamis coklat lebar dan hijab panjang berwarna krem tanpa pakaian dalam sama sekali.
Gamis yang kupakai kali ini tidak memperlihatkan lekuk tubuhku sama sekali, meski putingku masih terlihat menonjol dari kain gamisku yang agak tebal, masih bisa kututpi dengan hijabku yang lebar menutupi sampai pinggangku.
Nanti sekitar pukul setengah sembilan malam, David yang merupakan bos geng motor Joker Army akan menjemputku. Dimana malam ini adalah tugas pertamaku sebagai satu-satunya anggota geng motor Joker Army untuk melakukan tugasku.
Tugas yang bisa dibilang merupakan tugas yang sangat rendahan, apalagi penampilanku yang memakai gamis lebar dan hijab panjang sepinggang. Dimana nanti aku akan menjadi bahan taruhan mereka, jika mereka kalah maka aku harus merelakan tubuhku dipakai oleh geng motor yang menang balapan melawan gengnya David.
Namun jika David menang, nasibku akan tetap sama yaitu merelakan tubuhku untuk dipakai oleh para anggota geng motor Joker Army untuk merayakan kemenangan.
Ah, membayangkannya saja sudah membuat vaginaku terasa basah dan putingku sedikit mengeras, tapi hijab panjang yang kupakai masih bisa menutupi tonjolan kedua putingku dengan sempurna.
Aku mengambil ponselku lalu aku berjalan keluar memilih untuk duduk santai di kursi panjang di depan kamarku dengan pintu kamar yang kubiarkan terbuka.
Tak ada siapapun di kosanku malam ini, hanya aku sendiri duduk santai di kesunyian malam tanpa seorangpun yang menemani.
Kulihat pesan chatku pada Pak Evan juga belum ia balas sama sekali, mungkin ia sedang sibuk. Tapi beberapa saat kemudian ponselku berdering pertanda panggilan masuk dari Fajar.
Dengan ragu aku menerima panggilan masuk dari Fajar, hingga akhirnya kami sudah terhubung dalam panggilan itu.
'Halo... Sayang... Kamu kemana aja? Aku khawatir banget, kamu udah pulang kan? Udan sampe kosan? Maafin aku yang tadi yaaa!...'
Mendengar ucapan Fajar di seberang sana seketika membuat kedua mataku kembali berlinang. Sempat terdiam beberapa detik sampai akhirnya aku bisa menemukan suaraku kembali.
"Gak kemana-mana kok, aku udah sampe di kosan sejak tadi, maaf yaa aku tadi langsung ketiduran ini masih baru mandi," ucapku sambil mengusap pipiku yang tiba-tiba sudah basah.
'Sayang, kamu kenapa kok kayak nangis gitu?'
Mendengar pertanyaan itu dari Fajar seketika membuatku terdiam, aku tak tahu harus berkata apa kali ini.
'Sayang...'
"Ehh... Iyaa... Eee... Jar... Kamu masih mau maafin aku? Aku udah gak jujur sama kamu, aku... Aku tahu kamu pasti kecewa dan marah sama aku..."
'Enggak kok... Kenapa kamu bilang gitu, aku gak marah sama sekali. Ee... Masalah tadi aku cuma agak syok aja kok sayang...'
Aku tahu Fajar pasti masih sangat kecewa dan marah karena dia bukan orang pertama yang sudah merasakan kenikmatan dari tubuhku, melainkan orang ke sekian yang sudah menikmati tubuhku.
Dan apa yang diucapkan Fajar barusan adalah sebuah kebohongan, aku tahu dia mengatakan itu hanya untuk membuatku merasa lebih tenang.
Beberapa saat kemudian setelah Fajar masih terus berusaha untuk menghiburku, akhirnya perasaanku kembali tenang.
Fajar mulai mengajakku bercanda seperti sebelumnya, seakan tidak ada apapun yang terjadi di hubungan ini. Namun aku masih merasa bahwa aku sama sekali tidak pantas untuk Fajar.
Aku yang sudah rusak dan membiarkan siapapun untuk menyetubuhiku sama sekali tidak pantas mendapatkan hati Fajar yang sangat baik dan penuh perhatian.
Hingga akhirnya setelah kami mengobrol cukup lama, aku meminta Fajar untuk memutus sambungan telepon kami.
"Sayang, udah dulu ya... Aku masih ada urusan sama tetangga kosku yang lain," ucapku berbohong.
'Yasudah, besok lagi aja yaa... Selamat malam sayangku,' balas Fajar di seberang sana.
Setelah sambungan kami terputus, aku sempat merenung sesaat. Sempat terpikir untuk menghentikan semua ini, namun aku sendiri tidak bisa melakukan apa-apa.
Kuakui bahwa aku sudah terjerumus semakin dalam di dunia malam yang penuh dengan kenikmatan syahwat dan aku menikmatinya.
Hingga beberapa saat kemudian aku kembali masuk kedalam kamarku untuk mengambil tas selempang kesayanganku, aku menaruh ponselku kedalam tasku lalu memakainya.
Aku harus menuju halte depan secepatnya karena saat ini sudah hampir pukul setengah sembilan malam. Saat aku berjalan menyusuri jalan gang yang sudah mulai sepi ini, kurasakan payudaraku bergerak bebas di balik gamis lebar yang kupakai.
Namun aku berusaha tidak menghiraukannya meski putingku sendiri kini sudah keras karena rangsangan kain gamis yang bergesekan dengan putingku.
Sesampainya di halte yang sepi tanpa seorangpun, aku duduk di kursi halte panjang sambil menunggu David menjemputku. Aku kembali membuka ponselku yang sebenarnya ada banyak pesan masuk dari teman laki-laki di kelasku.
Ada yang ingin mengajakku jalan-jalan keluar atau bahkan memintaku untuk menemaninya mengobrol melalui telepon. Jika aku yang dulu sudah pasti akan mengabaikan mereka, tapi sekarang aku membalas pesan mereka satu persatu. Aku menolak mereka dengan alasan kalau aku sudah mau tidur.
"Assalamu'alaikum ukhti... Wihh cantik sekali kamu malam ini, udah nunggu dari tadi ya?"
Kulihat ternyata seseorang yang menyapaku adalah David, dengan motor sportnya yang mewah lalu jaket kulit hitam dan celana jeans hitam, membuat pemuda itu terlihat menawan.
Bahkan ada yang beda kali ini, dimana beberapa hari yang lalu ia lebih terlihat seperti preman jalanan dengan penampilannya yang lusuh. Kini ia menjelma menjadi seorang laki-laki dengan penampilan bersih ditambah dengan aroma parfumnya yang menyebar.
"Wa'alaikumsalam, Mas... Enggak kok, saya baru saja sampai," ucapku dengan senyum manis terlukis di wajahku.
Aku segera berdiri lalu berjalan mendekatinya yang saat itu tengah berdiri bersandar pada motor sport mewah miliknya.
"Mpphh..."
David langsung memelukku lalu melumat bibirku dengan kedua tangannya sudah berada di belakangku meremas kedua pantatku dengan gemas.
Aku hanya membalas lumatannya di bibirku sedangkan kedua tanganku sudah melingkar di lehernya. Kami berdua berciuman saling bertukar air liur di pinggir jalan yang masih ada banyak kendaraan lalu lalang.
"Gimana? Udah siap jadi bahan taruhan nanti?" Ucapnya setelah melepaskan lumatannya di bibirku.
"I-iiyaa mas..."
"Kamu tenang aja, anak buah gw gak akan membiarkan geng The Falcon memenangkan balapan malam ini. Reza yang akan melawan mereka, bahkan dia sudah dikenal sebagai raja jalanan oleh banyak geng di luar sana," ucap David sambil membelai lembut kepalaku dari liar hijabku.
"Reza? Reza siapa mas? Ahh..."
Seketika payudaraku diremas dengan gemas oleh David saat aku bertanya siapa Reza yang dia maksud. Karena bagaimanapun aku belum berkenalan dengan anggota Joker Army sama sekali.
Memang serendah itu diriku saat ini, beberapa hari yang lalu aku dijadikan piala bergilir oleh anggota geng motor Joker Army yang sama sekali aku tidak tahu nama mereka masing-masing.
"Cowok yang punya tubuh paling kekar di markas," ucapnya lalu melepas payudaraku dari remasannya.
Seketika aku teringat dengan seorang lelaki yang memiliki tubuh atletis saat beberapa hari lalu. Meski aku belum yakin dia orangnya, tapi menurutku lelaki yang paling kekar diantara mereka adalah seorang lelaki yang bernama Reza itu.
Kemudian Davin kembali menaiki motor sportnya, aku masih kesulitan menaiki motornya yang tinggi di bagian jok belakang. Namun akhirnya aku bisa naik setelah dibantu oleh David.
Ia lalu melajukan motornya agak kencang, suara motornya langsung menderu memecah suara kendaraan lain yang berlalu lalang.
Tak lama kemudian akhirnya kami berdua sampai di depan sebuah gang kecil dimana markas mereka berada.
Ternyata mereka semua sudah menunggu disini, lima motor sport mewah dan satu buah mobil jeep sudah berjejer di sepanjang tepi jalanan ini.
Empat motor sport mewah lainnya dinaiki oleh dua orang termasuk motor milik David dengan diriku sendiri duduk di jok belakang. Lalu satu motor sport mewah lagi berada di paling depan dengan seseorang menaiki motor itu, lengkap dengan helm full face dan jaket kulit hitam.
Nampaknya pria itulah yang bernama Reza, dugaanku semakin yakin bahwa Reza yang dimaksud David adalah seorang lelaki dengan tubuh atletis yang saat itu juga ikut menggilirku, karena aku tak menemukan laki-laki itu di barisan yang lainnya.
Beberapa saat David menyuruhku turun dari motornya dan berpindah kedalam mobil jeep yang berada di barisan paling belakang. David kemudian memakai helm full facenya yang dibawakan oleh salah satu anak buahnya yang akan ia bonceng.
Meski mereka adalah geng motor yang sering meresahkan warga, tetapi mereka masih mematuhi aturan lalu lintas untuk memakai helm mereka masing-masing.
Aku masuk kedalam mobil jeep di jok depan tepat di sebelah pria yang menjadi sopir mobil jeep ini. Sementara di jok belakang masih ada empat orang lagi.
Kulihat mereka berlima memandangku dengan tatapan mesum saat aku memasuki mobil jeep ini. Bahkan beberapa dari mereka mulai meraba tubuhku dari belakang.
"Ahh..."
Aku mulai mendesah saat tangan-tangan mereka berebut untuk menjamah payudaraku yang masih tertutup gamis dan hijab panjangku.
Hingga tak lama kemudian satu persatu motor yang berada di depan mobil jeep berjalan. Kini ditambah lagi seorang pria masuk kedalam mobil jeep duduk di jok depan tepat di sebelahku.
"Hahaha... Tambah cantik aja kamu Widya..."
"Mpphhh..."
Pria yang duduk di sebelahku langsung meraih kepalaku kemudian melumat bibirku, sedangkan sopir mobil jeep ini sesekali ikut menggerayangi payudaraku sambil mengendarai mobil yang mulai berjalan.
ns 15.158.61.51da2