"Akhh... Fajar... Maafin aku..."
Aku terus meminta maaf pada Fajar sambil berusaha melepaskan tanganku yang masih saja ia kunci di belakangku.
Memang sulit untuk melepaskan kedua tanganku yang berada di belakangku, apalagi cengkeram tangannya begitu kuat dan dalam posisi tengkurap seperti ini. Namun setidaknya aku hanya ingin ia memaafkanku.
"Aku akan maafin kamu tapi aku juga harus merasakan ngentot sama kamu Widya," ucapnya datar tepat di telingaku.
Aku masih terus terisak dan meneteskan air mataku sendiri hingga membasahi sebagian sprei kasur ini.
"I-iyaa... Kamu boleh menyetubuhiku kapanpun kamu mau akhh... Sakiit..."
Setelah aku membalas ucapannya, secara tiba-tiba Fajar kembali menjambak rambut belakangku dari luar jilbabku. Hingga aku agak mendongakkan kepalaku.
Beberapa saat kemudian setelah aku tidak melakukan perlawanan lagi, akhirnya ia melepaskan tanganku dan cengkeramannya di rambutku.
Fajar kemudian membalikkan tubuhku terlentang dengan baju batikku yang sudah terbuka lebar memperlihatkan payudaraku yang montok dan sekal.
Ia kembali menindih tubuhku lalu menyedot mengenyot kedua putingku dengan kasar, namun rasanya sungguh nikmat.
"Akhhhh...."
Aku semakin mendesah saat kurasakan sesekali Fajar agak menggigit kedua putingku secara bergantian.
Sementara mulutnya sibuk memainkan putingku, kini tangan Fajar mulai menarik rok span hitam yang kupakai. Aku sedikit mengangkat pinggulku supaya ia semakin mudah mengangkat rokku.
Setelah itu Fajar menghentikan aktivitasnya di payudaraku lalu bangkit dan membuka lebar kedua kakiku setelah sebelumnya ia menyingkap rokku setinggi pinggang.
"Aku gak sabar pengen ncicipin memek kamu yang udah rusak itu Wid," ucap Fajar sambil menyeringai kearahku.
Sesaat kemudian ia meraih kedua tanganku lalu menariknya dengan cepat hingga aku terbangun dengan posisi kaki yang masih mengangkang.
"Buka mulut kamu!..."
Kini Fajar sudah berdiri di hadapanku dengan batang penisnya yang sudah sangat tegang berada tepat di depan mulutku.
Awalnya aku ragu untuk membuka mulutku namun demi membayar rasa amarah dan kecewanya Fajar padaku, akhirnya secara perlahan aku membuka mulutku.
"Hoookkk... Mpphh..."
Setelah mulutku terbuka, dengan sigap Fajar memasukkan penisnya yang besar dan panjang kedalam mulutku secara kasar, hingga membuatku hampir tersedak.
"Aahh... Mulutmu enak Wid."
Lalu kedua tangan Fajar memegang kepalaku dan mulai menggerakkan kepalaku maju mundur dengan kasar. Bahkan ia juga menggerakkan penisnya maju mundur dengan cepat menyetubuhi mulutku.
Aku dibuat kelabakan olehnya, namun jika ini bisa sedikit mengurangi rasa kecewanya padaku, aku rela ia perlakukan seperti ini.
Saking panjangnya penis Fajar, hingga membuatku tersedak lalu aku menggunakan kedua tanganku untuk bertumpu di belakangku, berusaha menyangga tubuhku supaya tidak rubuh.
"Uhuk... Uhuk... Uhuk..."
Aku terbatuk ketika Fajar mencabut penisnya yang besar dan panjang dari dalam mulutku. Namun kali ini ia tak peduli sama sekali.
Dengan kasar, Fajar kembali mendorong tubuhku hingga terlentang di kasur, ia juga membuka kedua kakiku semakin lebar.
"Akkhhh... Pelan-pelaann... Akhh..."
Aku meringis menahan sakit ketika dengan satu hentakan keras, kontol Fajar yang besar dan panjang langsung masuk sepenuhnya kedalam vaginaku.
"Ahh... Meski udah jebol tapi memek kamu masih rapet aja Wid."
"Ahh... Ahh... Iyaahhh... Aahh..."
Aku hanya bisa mengeluarkan suara-suara desahan saat Fajar semakin mempercepat sodokannya didalam vaginaku.
Namun tak lama kemudian, Fajar memintaku untuk menungging. Akupun menurutinya tanpa menolak sedikitpun.
Plak...
Plak...
"Akhhh...."
Dua tamparan keras mendarat di bongkahan pantatku, rasanya panas karena saat itu Fajar menampar pantatku tanpa ampun.
Namun setelah itu, Fajar membuka lebar bongkahan pantatku hingga terlihat lubang anusku yang sudah sedikit menganga, bahkan mungkin kali ini anusku sudah lebih lebar dari vaginaku sendiri.
"Lubang bool kamu kayaknya udah agak longgar aja Wid, udah sering dipake juga ya sama mantan kamu itu?"
Setelah mengatakan itu, kusadari Fajar sudah mendekatkan penisnya ke lubang anusku, sehingga aku sedikit meronta melarang Fajar untuk menggunakan anusku.
"Ahh... Fajar... Jangan disitu... Pliss... Jangan disitu... Gaboleh disitu Fajaarr... Akkhhh... Sakiiitt..."
Aku meringis kesakitan saat kontol Fajar menghujam lubang anusku dengan kasar. Bahkan saat Fajar menggerakkan penisnya maju mundur, terasa perih di lubang anusku karena saat dimasuki oleh penisnya Fajar, anusku masih kering. Ditambah lagi ukuran penis Fajar yang bisa dibilang besar dan panjang.
Namun sesaat setelahnya rasa perih itu perlahan berubah menjadi nikmat, lubang anusku yang sebelumnya kering kini mulai mengeluarkan cairan sebagai pelumas kontol Fajar yang terus menyodok anusku.
Kurasakan juga lubang anusku semakin terbuka lebar disebabkan ukuran kontol Fajar yang besar.
"Dasar cewek murahan, lonte kamu Wid. Memek sama pantat kamu udah jebol semua..."
"Akhhh... Iyyaahh... Aaaahhh..."
Fajar semakin kasar menyodok lubang anusku seakan ia melampiaskan semua rasa kecewa dan amarahnya ke lubang anusku.
Sesaat kemudian Fajar mencabut kontolnya dari lubang anusku, rasanya lubang anusku masih terbuka sepeninggal kontolnya Fajar yang baru saja ia cabut.
Namun, tak butuh waktu lama Fajar lalu mendekatkan kepala kontolnya di lubang vaginaku.
"Akkhh..."
Dengan sekali hentakan keras, kurasakan kontol Fajar berhasil masuk sepenuhnya kedalam lubang vaginaku yang sudah basah sejak tadi.
"Ah... Ah... Ah..."
Aku semakin mendesah keras saat Fajar mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur dengan cepat, menggenjot vaginaku secara kasar. Bahkan kini tangan Fajar kembali menjambak rambut belakangku dari luar jilbabku.
Kini Fajar terlihat seolah sedang menunggangi seekor kuda yang berlari begitu cepat, dan kuda itu adalah aku. Fajar begitu kasar memperlakukanku, namun aku semakin menikmati diperlakukan seperti itu.
"Aaahhh... Aku keluaarrr... Fajaaarr.... Aahh..."
Tak butuh waktu lama hingga akhirnya tubuhku mengejang sepenuhnya, lalu cairan orgasmeku mulai menyembur di sela-sela sodokan Fajar yang terlihat tak peduli sama sekali.
Selama aku orgasme, Fajar masih terus memompa kontolnya yang besar dan panjang keluar masuk di lubang vaginaku dengan cepat dan kasar.
Namun sekali lagi, aku tak berhak memintanya berhenti, meski kini aku tersiksa dengan sodokan Fajar yang begitu nikmat di vaginaku yang semakin sensitif, aku membiarkan Fajar memperlakukanku semaunya.
"Ahhh... Aku mau keluar... Terima pejuhku Wid, biar hamil kamu... Memek akhwat lonte murahan kayak kamu pantasnya jadi tempat pembuangan pejuh Wid..."
"Aaakkkhhh... Iyaaahhh... Aku rela kamu hamilin Fajaarr... Ahh... Buang semua sperma kamu di dalam.... Ahh... Oohhh..."
Semakin cepat dan brutal Fajar menyodok vaginaku yang sudah sangat basah. Hingga akhirnya dengan satu dorongan keras kurasakan kontol Fajar masuk semakin dalam di vaginaku.
Kurasakan semburan spermanya begitu banyak memenuhi rahimku. Padahal baru tadi saat jam istirahat pertama Fajar mengeluarkan spermanya kedalam mulutku, namun rasanya seperti Fajar baru saja mengeluarkan spermanya yang sudah bertahun-tahun ia tahan.
"Haahh... Haaahh... Haahhh..."
Nafasku terengah-engah ketika Fajar membiarkan kontolnya masih terbenam di dalam vaginaku, kurasakan juga kontolnya masih berkedut di dalam sana.
Plop...
Cairan sperma Fajar langsung meluber keluar, mengalir membasahi pangkal pahaku dan sebagian lagi menetes membasahi sprei karena saking banyaknya.
"Wid... Widya... Sayang...."
Fajar sesekali memanggilku saat aku berbalik lalu mengulum penisnya berniat membersihkan sisa sperma yang masih menempel di penisnya sampai bersih.
"Kamu masih mau maafin aku kan Jar?" Tanyaku pada Fajar yang saat itu terbengong melihatku.
"I-iiyaa... A-aku udah maafin kamu kok... Ahh..."
Setelah membersihkan penisnya menggunakan mulutku, aku menggunakan ujung kain jilbabku untuk mengelap penisnya sampai kering.
Setelah itu aku bergegas turun dari kasur lalu merapikan kembali baju batik dan rok span hitamku, tak lupa jilbab hitam lebar yang kembali terurai menutupi bagian dadaku yang menonjol dari balik baju batikku.
"Sayang, maafin aku... Aku tadi kelepasan, maaf yaaa... Terus tadi aku keluar di dalam, nanti kamu hamil gimana?"
Fajar terlihat khawatir saat aku memandang kearahnya. Terlihat rasa penyesalan darinya karena ia tadi memperlakukanku begitu kasar.
"Gapapa kok... Yang penting kamu udah maafin aku udah cukup... Aku pulang dulu ya."
Entah mengapa saat mengatakannya hatiku terasa bergetar, hingga akhirnya mataku kembali berlinang. Aku bergegas keluar kamar begitu saja meninggalkan Fajar yang saat itu masih terbengong di dalam kamar.
Aku mengambil tasku lalu memakainya, kemudian aku berjalan keluar rumah untuk segera memakai sepatu lalu bergegas pergi.
Kurasakan air mataku kembali pecah, aku kembali terisak dengan air mataku yang mengalir membasahi pipiku, aku terus berjalan cepat menyusuri jalan perumahan elit ini.
Sesampainya di depan, aku segera mencegat sebuah mobil angkot yang kebetulan saat itu sedang lewat di jalan raya.
Setelah itu aku bergegas masuk kedalam angkot, didalamnya ada beberapa ibu-ibu dan beberapa remaja di dalam angkot itu. Mereka memandangiku dengan tatapan heran karena air mataku yang masih terus saja menetes.
Aku terisak bukan karena perlakuan Fajar yang begitu kasar saat bersetubuh denganku tadi, melainkan rasa penyesalan dari dalam diriku sendiri.
Tak sekalipun terbayang di pikiranku, meski aku sudah membuat Fajar kecewa dan marah, ia masih sempat meminta maaf kepadaku hanya karena permainan kasar saat bersetubuh tadi.
Hingga saat didalam angkot aku hanya terdiam sepanjang perjalanan, lalu beberapa kali ponselku berdering ada panggilan dari Fajar namun aku tak mengangkatnya.
Bahkan terdapat banyak pesan masuk dari Fajar yang masih ingin meminta maaf padaku. Sampai tak terasa aku sudah dekat dengan gang yang menuju kosanku.
Aku meminta sopir angkot untuk berhenti lalu membayar sopir itu dan kemudian aku turun lalu bergegas berjalan menyusuri gang menuju kosanku.
Setelah aku masuk kedalam kamarku sendiri, aku langsung merebahkan tubuhku di kasur empuk tanpa mengganti pakaian sama sekali hingga akhirnya aku terlelap begitu saja.
ns 15.158.61.21da2