Besok paginya aku kembali terbangun pukul empat subuh. Seperti biasa, aku bergegas mandi lalu shalat subuh kemudian memakai seragamku.
Karena sekarang hari selasa, aku harus memakai seragam putih abu-abuku kembali, dan tentunya tanpa pakaian dalam sama sekali.
Sama seperti kemarin, aku keluar kosanku menuju halte sekitar pukul lima pagi. Udara pagi yang lebih dingin dari kemarin, membuat putingku mengeras namun untungnya masih tertutup oleh jilbabku yang lebar.
Aku sampai di sekolah tepat pukul setengah enam pagi, suasana sekolah yang masih sangat sepi. Namun kali ini ada satu buah mobil lagi terparkir di sebelah mobil Pak Burhan.
Tapi karena saat aku masih didalam bus tadi Pak Burhan menyuruhku untuk langsung menuju ruangannya, aku langsung berjalan menuju ruangan kepala sekolah begitu saja.
Bahkan saat aku sudah sampai di halaman sekolah, beberapa kelas dan ruang guru masih tertutup rapat.
Sesampainya di depan ruang kepala sekolah yang sudah terbuka lebar itu, aku sedikit terkejut. Karena di dalamnya selain ada Pak Burhan, disana juga ada Pak Wahyu, Pak Arif, dan satu lagi Pak Sumanto tukang kebersihan sekolah.
Mereka berempat langsung menatap mesum kearahku, dengan sedikit gugup aku melangkahkan kakiku memasuki ruangan Pak Burhan sesaat setelah ia menyuruhku masuk.
Pak Arif yang saat itu duduk di sofa dan paling dekat dengan pintu, dengan sigap ia menutup pintu dan menguncinya.
Sedangkan Pak Wahyu yang saat itu sudah berdiri, langsung menghampiriku dan melepas tasku. Ia menaruh tasku di sofa, lalu ia duduk di sofa itu yang membuatku sedikit kebingungan.
"Widya, buka semua bajumu kecuali jilbabmu," ucap Pak Burhan tiba-tiba, lalu ia berdiri dan berjalan menghampiriku.
Bagaikan seorang budak sex yang sangat penurut, aku langsung membuka baju putih dan rok abu-abu yang kupakai. Setelah itu dengan inisiatifku sendiri, aku menyingkap kain jilbabku ke belakang dan mengikatnya di belakang kepalaku.
Sehingga saat ini aku sudah telanjang di dalam ruangan kepala sekolah dengan dikelilingi oleh empat orang pria, hanya ada jilbabku saja yang masih menempel di kepalaku.
"Pakai ini," ucap Pak Burhan lalu tangannya menyerahkan sesuatu padaku. Saat aku mengambil benda itu, ternyata sebuah set pakaian dalam berbahan tali yang sangat seksi.
Aku hanya menganggukkan kepalaku pelan, lalu aku mulai memakai pakaian dalam itu. Namun pakaian dalam itu sama sekali tak bisa menutupi bagian-bagian sensitif pada tubuhku.
Bra yang kupakai terbuka cukup lebar di bagian putingku, sedangkan celana dalam berbahan tali yang kupakai juga terbuka di bagian vagina dan anusku.
Mereka berempat seketika terlihat kegirangan saat aku memakai pakaian dalam ini.
"Kamu cantik sekali, Widya..." Ucap Pak Burhan yang saat itu langsung meraih tanganku dan menuntunku menuju cermin di pojok ruangannya.
Aku melihat bayanganku sendiri di cermin itu, dimana aku terlihat sangat seksi dengan pakaian ini. Bra yang tidak menutupi putingku sama sekali dan celana dalam yang terbuka lebar di bagian vagina dan anusku.
Tak terasa ternyata keempat pria yang sejak tadi berada di ruangan ini sudah telanjang sepenuhnya.
Pak Sumanto yang sejak tadi hanya diam, ia kini sudah mendekapku dari belakang lalu ia meremas kedua payudaraku. Sedangkan kontolnya yang hitam dan lengket karena keringat, ia gesek-gesekkan di area selangkanganku.
Sesaat kemudian, tiga pria lainnya menyusul dan berada di depanku sambil mengocok kontol mereka masing-masing.
Lalu aku berjongkok di hadapan mereka berempat, aku mulai mengocok kontol mereka dengan kedua tanganku dan mengulum kontol mereka secara bergantian, sehingga saat ini aku dikelilingi oleh empat kontol yang sudah tegang.
Saat aku mengulum kontol Pak Burhan, kedua tanganku mengocok kontol Pak Wahyu dan Pak Arif secara bersamaan. Sedangkan kontol Pak Sumanto yang berada di belakangku, ia menamparkan kontolnya di wajahku bahkan di kepalaku yang masih tertutup jilbab.
Hal itu juga berlaku saat aku mengulum kontol Pak Wahyu, Pak Arif, dan Pak Sumanto.
Saat aku mengulum kontol Pak Sumanto, dari arah belakangku Pak Burhan menarik pinggulku keatas, sehingga membuat tubuhku menungging sembilan puluh derajat.
Ia lalu menarik kedua tanganku ke belakang supaya aku tidak terjatuh, lalu dengan sekali dorongan, kurasakan kontol Pak Burhan sudah masuk kedalam vaginaku yang sudah basah sejak tadi.
"Mpphhh..." Desahku saat mulutku tersumpal oleh kontol Pak Sumanto yang aromanya paling menyengat dari mereka.
"Ahh... Ahh... Paakkhh.. Ahh... Mhh..."
Aku mulai mendesah saat Pak Sumanto mencabut kontolnya dari mulutku, sedangkan Pak Burhan mulai menggenjot vaginaku dengan cepat.
Saat itu juga, Pak Sumanto langsung mengambil sebuah kursi yang terletak di depan meja kerja Pak Burhan lalu duduk di kursi itu.
Dengan kompaknya Pak Arif dan Pak Wahyu langsung mengangkat tubuhku dan mengarahkanku duduk berhadapan di pangkuan Pak Sumanto.
"Ahhh..." Aku mendesah manja saat aku telah duduk di pangkuan Pak Sumanto, bersamaan dengan kontolnya yang tegak perkasa masuk kedalam vaginaku.
Namun saat itu juga, Pak Sumanto sedikit mengatur sandaran kursi yang ia pakai supaya ia bisa sedikit berbaring. Lalu dari belakangku, Pak Burhan mendorong tubuhku ke depan.
Aku semakin menunggingkan tubuhku dan kedua tanganku berusaha membuka lubang anusku, mempersilahkan kontol Pak Burhan masuk kedalam lubang duburku.
"Akkhhh... Mmhhh... Ahhh..."
Aku semakin mendesah saat kontol Pak Burhan berhasil masuk sepenuhnya kedalam lubang anusku lalu mulai menggenjot anusku secara perlahan.
Tak mau kalah, Pak Wahyu dan Pak Arif berdiri di samping kanan dan kiriku lalu menyuruhku mengocok kontol mereka menggunakan tanganku.
Melupakan niatku ke sekolah untuk belajar dan menuntut ilmu, tapi saat ini aku malah semakin liar dan binal. Bahkan saat ini aku ikut menggoyangkan pinggulku naik turun supaya kontol Pak Sumanto lebih leluasa mengobok-obok vaginaku.
Pak Sumanto yang berada di depanku, kedua tangannya terus meremas kedua payudaraku dengan gemas. Bahkan Pak Wahyu dan Pak Arif ikut bergantian meremas kedua payudaraku.
"Ahh... Paakkhh... Saya mau keluar..."
Kurasakan tubuhku mulai menegang pertanda akan orgasme, namun mereka masih terus menggenjot vagina dan anusku. Sedangkan Pak Wahyu dan Pak Burhan terus memaksa kedua tanganku untuk mengocok kontol mereka berdua.
"Aahhh... Mmhhh..."
Aku mendesah panjang lalu aku menggigit bibir bawahku berusaha menahan suara desahanku. Aku sedikit mengangkat tubuhku lalu akupun mengalami orgasme yang begitu nikmat.
Cairan orgasmeku mengalir dari sela-sela kontol Pak Sumanto yang masih menancap sebagian di dalam vaginaku.
Tubuhku terasa lemas dengan keringat yang mulai mengalir dari pori-pori tubuhku. Namun saat itu Pak Burhan masih terus menggenjot anusku, dan tak lama kemudian ia mencabut kontolnya. Pak Burhan langsung menyemburkan spermanya yang hangat di punggungku.
Setelah itu ia menarik tubuhku yang masih lemas, hingga aku terduduk bersimpuh di lantai. Aku langsung mengulum kontol Pak Burhan, berniat membersihkan sisa sperma yang masih menempel di kontolnya.
Saat itu juga Pak Sumanto langsung mengangkat pinggulku hingga aku menungging dalam posisi merangkak. Ia kembali menghujam vaginaku dengan kontolnya yang masih tegang.
"Mpphhh..." Desahku tertahan saat kontol Pak Sumanto berhasil masuk kedalam vaginaku sepenuhnya.
Ia mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur menggenjot vaginaku dari belakang, sedangkan aku semakin melebarkan kedua kakiku.
Setelah aku membersihkan kontol Pak Burhan, aku kembali dihadapkan dengan dua kontol yang masih tegang di depanku.
Aku mengulum kontol milik Pak Wahyu dan Pak Arif secara bergantian dan sesekali mengocok kontol mereka.
Kurasakan kontol Pak Sumanto mulai berkedut di dalam vaginaku, namun saat ini tubuhku kembali menegang bahkan hanya selang beberapa menit saja dari orgasme pertamaku hari ini.
Dengan sekali dorongan, kontol Pak Sumanto terasa masuk semakin dalam hingga akhirnya ia menyemburkan spermanya yang banyak kedalam rahimku.
Tubuhku kembali lemas karena orgasmeku barusan, kurasakan sperma Pak Burhan meluber membasahi pangkal pahaku karena saking banyaknya saat ia mencabut kontolnya dari vaginaku.
Kali ini tubuhku direbahkan oleh Pak Wahyu dalam posisi terlentang, ia membuka lebar kedua kakiku dan langsung memasukkan kontolnya kedalam vaginaku karena sudah tak tahan ingin menyetubuhiku.
Sedangkan Pak Arif berjongkok tepat di atas kepalaku, sehingga membuat buah zakarnya berada tepat di depan mulutku. Aku langsung mengulum dan menyedot buah zakarnya sehingga membuat Pak Arif mengerang keenakan.
"Engghhh.. Gila nih lonte, pasti Fajar gak pernah bosan sama lu Wid."
"Belum pernah ngentot mereka Rif, palingan ya cuma nyepong sama mainin toketnya Widya doang," Sahut Pak Burhan yang saat itu sudah kembali memakai celananya.
"Ahh Cemen, buat apa pacaran kalo gak ngentot," ucap Pak Arif yang saat itu sudah memasukkan kontolnya kedalam mulutku.
Aku tidak menjawab ucapan mereka, aku hanya mendesah namun mulutku masih tersumpal oleh kontolnya Pak Arif.
Tak lama kemudian Pak Wahyu yang sedang menyetubuhi vaginaku, kurasakan kontolnya mulai berkedut, lalu ia mencabut kontolnya.
"Rif, giliran lu... Pake aja tuh memek lonte sepuas lu," ucap Pak Wahyu lalu ia mengarahkan kontolnya di payudaraku yang montok dan sekal.
"Ahhh..." Aku kembali mendesah saat kontol milik Pak Arif berhasil masuk sepenuhnya kedalam vaginaku dan mulai menggenjot vaginaku.
Lalu tanganku mengocok kontol Pak Wahyu yang berada tepat diatas payudaraku, setelahnya ia menyemburkan spermanya yang hangat membasahi payudaraku.
Pak Wahyu kemudian mengarahkan kontolnya di depan wajahku dan menyuruhku membersihkan sisa spermanya yang masih menempel menggunakan mulutku.
"Mpphh... Mphh..."
Aku kembali mendesah tertahan oleh kontol Pak Wahyu saat kurasakan tubuhku kembali mengejang. Sudah tiga kali aku mengalami orgasme di pagi ini hanya dengan jarak waktu yang tidak terlalu lama.
Hingga tak lama kemudian, Pak Arif mendorong kontolnya semakin masuk kedalam vaginaku dan menyemburkan spermanya kedalam rahimku.
Bersamaan dengan orgasmeku sehingga saat ia mencabut kontolnya cairan orgasmeku yang sempat tertahan oleh kontolnya masih menyembur sedikit seperti air mancur.
"Hahaha... Tampangnya alim tapi lonte," ucap Pak Sumanto merendahkanku.
Namun aku sama sekali tak menghiraukannya, dengan tubuhku yang sudah lemas aku mengulum kontol Pak Arif yang penuh sperma menggunakan mulutku.
Setelah membersihkan kontol Pak Arif menggunakan mulutku, aku masih tergeletak lemas di lantai yang dingin. Aku harus segera berdiri lalu membersihkan tubuhku karena sebentar lagi sudah masuk jam pelajaran pertama.
Aku bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan semua noda sperma di tubuhku. Beruntungnya di kamar mandi itu baru saja dibelikan sabun oleh Pak Burhan, sehingga aku memilih untuk mandi sekalian di kamar mandi milik Pak Burhan.
Setelah itu aku memakai kembali jilbabku dan keluar dari kamar mandi dengan tubuhku yang telanjang. Kulihat mereka berempat masih berada di dalam ruangan ini dengan pintu yang masih tertutup rapat.
Aku mengambil beberapa lembar tisu di meja kerja Pak Burhan untuk mengelap tubuhku yang masih agak basah. Setelah itu aku kembali memakai seragam putih abu-abu dan tentunya tanpa pakaian dalam sama sekali.
Setelah seragamku sudah rapi, aku dipanggil oleh Pak Burhan dan seperti biasanya dia memberiku beberapa lembar uang seratus ribu untuk uang jajanku.
Namun saat itu kurasakan seseorang kembali mendekapku dari belakang lalu meremas kedua payudaraku dari luar seragamku dengan gemas.
Lalu dari samping kananku, Pak Burhan berjalan mendekat dan langsung melumat bibirku. Aku hanya membalas lumatannya di bibirku.
Setelah seseorang yang baru saja mendekapku dari belakang melepaskanku, Pak Burhan ikut melepaskan lumatannya di bibirku.
Setelah itu aku mengambil dan memakai kembali tasku lalu diperbolehkan keluar ruangan Pak Burhan untuk mengikuti jam pelajaran pertama hari ini.
ns 18.68.41.141da2