"Masih sekolah kok udah jadi lonte aja sih mbak?" Ucap preman itu berbisik di telingaku.
Aku yang tahu kemana arah pembicaraannya hanya diam memandang ke arah keluar jendela bus.
Namun dia tak tinggal diam, tangannya mulai berani menyentuh pahaku dari luar rok abu-abuku, lalu semakin naik dan kini tangannya menggerayangi pangkal pahaku.
"Jangan kurang ajar ya bang," protesku dengan memberikan tatapan tajam pada pria itu.
"Hehehe...."
Preman itu hanya terkekeh pelan, lalu dia mengeluarkan ponselnya dan membuka sebuah folder yang berisi beberapa video.
Dia membuka salah satu video di folder itu lalu menunjukkan kepadaku. Dengan agak terkejut, aku menutup mulutku dengan kedua tanganku.
Dimana di dalam video itu, memperlihatkan aku sedang disetubuhi oleh Pak Anwar, satpam komplek prostitusi beberapa hari lalu di pos komplek.
Bahkan dalam video itu terlihat jelas wajahku yang begitu menikmati, bahkan lebih terlihat seperti lonte yang haus akan penis laki-laki.
Dia lalu memasukkan kembali ponselnya kedalam saku celananya, lalu dia mengarahkan semacam benda tajam kearah pinggangku.
"Jangan nolak, lu harus nurutin semua perintah gw, kalo gak.... Gw bakal sebarin video mesum lu ke semua penumpang di bus ini."
Aku tak tahu harus berbuat apa, yang bisa kulakukan saat ini hanyalah menuruti apapun keinginannya.
"Mengerti?" Bentaknya dengan suara pelan.
Aku hanya menganggukkan kepalaku tanda mengerti, setelah itu dia menjauhkan benda tajam itu dari pinggangku.
Namun sesaat setelahnya, tangan preman itu mulai menyelinap kedalam jilbabku lalu membuka tiga kancing bajuku satu per satu.
"Mhhh..." Desahku saat tangannya yang kasar itu masuk kedalam bajuku lalu meremas payudaraku.
"Lu ke sekolah mau belajar apa jadi lonte? Gak pake bra segala, hahaha..." Bisik preman itu di telingaku.
Kurasakan vaginaku mulai basah, ini kali keduaku dilecehkan didalam bus. Aku melihat ke kursi bus sebelah preman itu yang berkapasitas tiga orang, tapi mereka sudah tertidur sejak tadi.
Tangan preman itu lalu berhenti meremas payudaraku lalu menarik rok abu-abuku ke atas, dia memasukkan tangannya kedalam rokku yang sudah tersingkap sepaha. Sehingga sebagian pahaku yang putih mulus dapat terlihat olehnya.
"Ahh... Mhhh..."
Aku berusaha menahan desahanku dengan menggigit bibir bawahku saat ia mulai memasukkan jari tangannya kedalam vaginaku yang sudah basah.
"Udah basah aja memek lu, sekarang kocok kontol gw!"
Dengan terpaksa aku berusaha membuka resleting celananya dengan satu tanganku. Sedangkan tangan preman itu yang satunya menutupi bagian selangkangannya menggunakan hoodie yang sejak tadi tidak ia pakai.
Kontolnya yang sudah menyembul keluar terasa lengket ditanganku, sepertinya ia jarang membersihkan kontolnya itu atau bahkan jarang mandi.
Karena sejak tadi bau keringat yang menyengat dari preman itu dan juga bercampur aroma alkohol dari mulutnya saat berbicara.
"Mhhh... Aahhh..."
Aku mulai menggerakkan tanganku mengocok kontolnya yang tegang, sedangkan gerakan jarinya di vaginaku yang masih tertutup rok abu-abuku semakin intens.
Tak lama kemudian, tanganku yang satunya malah ikut meremas payudaraku dari dalam jilbabku.
"Tadi sok nolak lu, sekarang malah keenakan, dasar lonte akhwat gratisan," ledek preman itu.
Bukannya merasa direndahkan, tapi aku semakin mempercepat gerakan tanganku mengocok kontolnya, lalu aku semakin melebarkan kedua kakiku.
Kurasakan vaginaku semakin basah, tubuhku mulai menegang pertanda akan orgasme. Kurasakan juga kontol preman itu semakin mengeras dan berkedut saat cairan precum yang keluar dari ujung kontolnya sedikit membasahi tanganku.
"Ahh.. Gw mau keluar..."
Dengan sigap, preman itu menarik tangannya dari dalam rokku lalu menarik kepalaku mengarahkannya ke kontolnya, menyuruhku untuk mengulum kontolnya yang bau dan kotor.
"Mpphh..."
Aroma kontolnya yang menyengat, membuatku merasa mual, namun ia terus menekan kepalaku supaya terus mengulum kontolnya.
Sesaat kemudian preman itu mengalami ejakulasi dan menyemburkan spermanya di dalam mulutku yang langsung kutelan.
Ia langsung melepaskan kepalaku dan aku kembali menegakkan tubuhku bersandar di kursi bus, beruntung aku sudah terbiasa menelan sperma laki-laki, sehingga aku tidak sampai muntah, meski aku masih mual karena aroma kontolnya yang begitu menyengat.
Tangan preman itu kembali masuk kedalam rok abu-abuku dan semakin mempercepat gerakannya mengobok-obok vaginaku.
"Mmhh... Mmhh..."
Aku berusaha menahan desahanku sebisa mungkin. Orgasme yang tadinya sempat tertunda membuat vaginaku terasa semakin sensitif.
Hingga akhirnya tubuhku menegang sepenuhnya lalu vaginaku menyemburkan cairan orgasmeku yang seketika membasahi rok abu-abu dan kursi di depanku.
Ia mengarahkan tangannya yang sudah basah karena cairan orgasmeku barusan ke mulutku, memaksaku untuk mengulum tangannya yang basah oleh cairan vaginaku sendiri.
"Haaahh... Mhhh.. Mhhh..."
Dengan nafas yang masih terengah-engah, aku mengulum dan menghisap tangannya, membersihkannya dari cairan vaginaku sendiri.
Setelah itu ia merapikan kembali celananya dan disaat bersamaan bus yang kutumpangi berjalan semakin pelan hendak berhenti.
Saat aku menengok ke arah luar kaca bus, ternyata aku sudah sampai di halte dekat kosanku.
"Besok, gw tunggu lu di halte dekat sekolahan lu. Lu harus mau ikut gw, kalo gak... Gw sebarin video yang tadi," ucap preman itu mengancamku.
Aku hanya mengangguk pelan memahami apa yang ia katakan, setelah itu aku bergegas merapikan rok abu-abuku namun kancing baju atas yang terbuka, kubiarkan saja karena masih tertutup jilbab lebarku.
Preman itu berdiri memberiku jalan untuk keluar, aku langsung bergegas berdiri dan turun dari bus, saat sebelumnya membayar ongkos bus kepada kernet.
Saat sudah turun dari bus, kulihat rok abu-abu bagian belakang, tepat di pantatku sudah basah karena cairan orgasmeku tadi.
Padahal besok masih harus pakai seragam putih abu-abu, akupun bergegas kembali menuju kosanku, berjalan menyusuri gang yang tidak terlalu ramai saat sore hari seperti ini.
Sesampainya di kos, aku segera masuk kedalam kamar lalu menutup dan mengunci kamarku dengan rapat.
Aku melepaskan tasku dan kuletakkan di lantai begitu saja, lalu kusandarkan tubuhku di pintu kamar dengan posisi berdiri.
Aku mulai memikirkan diriku sendiri yang semakin mudah membiarkan orang lain menjamah tubuhku sendiri bahkan menyetubuhiku.
Bukan membiarkan, tapi awalnya akulah yang memang menggoda orang lain untuk menyetubuhiku dan menikmati tubuhku.
Aku sempat menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Meski ada rasa sedikit penyesalan, tapi saat aku mengingatnya, aku begitu menikmatinya.
Bahkan dengan terang-terangan aku suka diperlakukan seperti itu, dilecehkan oleh orang lain atau bahkan disetubuhi oleh orang lain yang tidak kukenal.
Tak ingin terlalu memikirkannya, aku mengambil tasku dan menaruhnya di kursi meja belajarku. Aku melepas seragamku dan jilbabku, sehingga aku telanjang sepenuhnya.
Kulihat rokku yang sudah basah di bagian belakangnya. Jika aku mencucinya sekarang, mungkin besok saat kupakai akan masih basah. Akhirnya aku masuk kedalam kamar mandi dan sedikit membasahi dan mencuci rokku yang basah saja, aku tidak mencuci rok abu-abuku sepenuhnya.
Lalu aku berjalan kearah teras belakang, menjemur baju putih dan rok abu-abuku supaya tidak tercium aroma keringat dan besok masih bisa dipakai lagi.
Aku kembali masuk kedalam kamar mandi hendak membersihkan tubuhku. Saat kulihat cermin di kamar mandi, sempat berpikir bahwa aku melepas jilbab saja dan memutuskan untuk tidak berjilbab.
Tapi, apa kata mereka yang mempertanyakan identitasku sebagai seorang akhwat. Untuk saat ini biarkan dulu, aku kembali mandi menyiram tubuhku dengan air dingin yang segar.
Setelah mandi, aku keluar hanya dengan handuk yang menutupi tubuhku. Lalu aku menjemur handukku di teras belakang kamarku.
Setelah menjemur handuk, aku kembali masuk kedalam kamar dengan keadaan telanjang sepenuhnya. Kulihat tubuh telanjangku di cermin yang terletak di lemariku.
Aku meremas kedua payudaraku yang montok dan sekal lalu sesekali memilin putingku sendiri. Namun saat itu kudengar ponselku berdering.
Saat aku membuka ponselku, ternyata hanya pesan di grup kelas dan beberapa pesan dari Fajar.
Setelah aku membalas pesan dari Fajar, aku membuka pesan chat dari grup kelas. Ah, aku teringat dengan tugas tadi siang, dan saat ini ternyata ada tugas tambahan dari guru matematika untuk dikumpulkan besok.
Akupun bergegas membuka lemariku dan mengambil gamis tipis biru muda lalu jilbab pashmina lebar. Aku segera memakai gamis dan jilbabku tentunya tanpa pakaian dalam sama sekali.
Sepertinya aku sudah sangat nyaman tidak memakai pakaian dalam, itu karena aku lebih merasa leluasa, apalagi saat kuingat ketika aku masih memakai pakaian dalam. Payudaraku yang besar dan sekal, terasa sesak ketika aku memakai bra.
Gamis biru muda tipis dan agak ketat ini memperlihatkan lekuk tubuhku sepenuhnya, namun jilbab pashmina yang lebar, bisa menutupi bagian payudaraku.
Setelah itu, aku bergegas mengerjakan tugas yang diberikan guru matematika dan tugas yang tadi siang saat jam pelajaran terakhir.
Baru saja hendak mengerjakan tugasku, ponselku berbunyi, namun kali ini dari beberapa laki-laki teman sekelasku. Mereka ingin menyontek tugas yang baru saja dikirim di grup kelas.
Akupun membalas pesan itu satu-persatu, aku meminta mereka untuk menungguku selesai mengerjakan tugasku, lalu aku berjanji akan mengirimkan kepada mereka.
Setelahnya, aku mulai mengerjakan tugas sekolahku, berusaha fokus supaya cepat selesai.
Setelah dua jam mengerjakan tugas yang ternyata sangat banyak itu, aku merasa lelah dan perutku mulai terasa lapar. Padahal tugasku sudah hampir selesai, tinggal beberapa soal lagi dan mungkin kira-kira tinggal seperempat saja.
Lebih baik aku mengirimkan hasil pekerjaanku pada mereka dulu, kemudian shalat maghrib lalu membeli makanan, karena kebetulan sebentar lagi adzan maghrib dan aku akan memesan nasi goreng dari Mang Tejo.
Setelah mengirim hasil jawabanku pada semua teman laki-laki di kelasku, aku bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Namun, aku kembali mengambil ponselku dan mengingat seseorang.
'Kok, Daniel gak minta nyontek ya? Padahal Bryan sudah dari tadi minta contekan dariku,' ucapku dalam hati.
Akupun mencari nomor Daniel dan mengirimkannya pesan, aku mengirimkan hasil jawaban dari tugasku kepadanya.
Namun, saat ingin meletakkan kembali ponselku, aku merasa agak ragu dan berat. Lalu aku mengambil fotoku sendiri dengan jilbab pashmina yang kupakai, kusingkapkan kebelakang, sehingga memperlihatkan tonjolan kedua putingku yang terlihat samar dari balik gamis tipis yang kupakai.
Aku mengirimkan foto selfie ku itu kepada Daniel namun dengan wajahku yang sengaja aku sensor. Entah seperti apa reaksinya nanti ketika melihat penampilanku seperti itu.
Aku sedikit tertawa geli membayangkan reaksi Daniel ketika melihat fotoku. Kemudian kuletakkan ponselku di meja belajar dan bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu lalu shalat maghrib.
Setelah shalat maghrib, aku merapikan jilbabku supaya menutupi payudaraku yang terlihat lebih menonjol karena tidak memakai pakaian dalam sama sekali.
Aku mengambil uang dari dalam dompetku lalu berjalan keluar kamar, mengambil piring di dapur lalu menunggu Mang Tejo lewat di depan kosanku.
Dan benar saja, tak butuh waktu lama kulihat dari kejauhan Mang Tejo mendorong gerobak nasi gorengnya kearahku.
"Mang... Nasi goreng dong satu yaa..." Ucapku ramah kepada Mang Tejo saat ia sudah dekat di kosanku.
"Hmmm... Neng Widya, udah nungguin mamang dari tadi ya?"
"Enggak kok mang, baru aja keluar dari kamar."
Seperti biasa, Mang Tejo langsung membuatkanku satu porsi nasi goreng. Tatapan matanya masi sama seperti sebelumnya, yaitu tatapan mesum yang mengarah ke payudaraku.
"Neng, deketan sini dong..." Ucap Mang Tejo saat ia sedang memasak santai membuatkan satu porsi nasi goreng untukku.
"Kenapa Mang? Kangen ya sama Widya, hihihi..." Aku menggoda Mang Tejo dengan nada manja.
Akupun mendekatinya, berdiri di samping Mang Tejo melihat skill memasaknya yang membuatku kagum.
Namun sesekali saat ada kesempatan, tangannya yang nakal menepuk pelan pantatku, atau bahkan menyenggol payudaraku yang montok dan sekal.
"Ihh.. Mang Tejo nakal..."
Meski aku protes kepadanya, aku membiarkan tangan Mang Tejo menjamah tubuhku setiap ada kesempatan. Perasaan khawatir dan takut jika ada orang lain yang melihat, malah membuatku semakin terangsang dan vaginaku semakin basah saja.
3918Please respect copyright.PENANAo93ZEzOX0e