Seperti biasanya saat istirahat jam pertama aku duduk santai di bangku taman belakang sekolah.
Sama seperti kemarin, aku ditemani Maya sahabatku dan beberapa teman laki-laki sekelas denganku, tak lupa Fajar juga ikut bergabung dengan kami.
Namun kali ini aku dan Fajar terlihat lebih dekat dari sebelumnya, karena sejak tadi aku menggandeng tangan Fajar yang berada di sebelahku.
Kami mulai mengobrol hal-hal random dan sesekali bercanda, meski beberapa teman laki-laki di kelasku terlihat cemburu dari raut wajahnya, tapi mereka sangat menghargai hubunganku dengan Fajar.
Karena di sisi lain Fajar juga cukup dewasa, dia juga menghargai kedekatanku dengan teman laki-laki di kelasku. Hal itu membuatku semakin jatuh cinta padanya.
Hingga saat jam istirahat pertama selesai kami masuk kembali kedalam kelas dan mengikuti pelajaran seperti biasanya. Berbeda dari sebelumnya, beberapa siswa laki-laki di kelasku yang terlihat malas kali ini perlahan mulai berubah karena sikapku yang ramah kepada mereka.
Mereka seakan termotivasi untuk semangat belajar, lagipula mereka juga senang dengan sikapku yang ramah kepada mereka. Sehingga aku meminta syarat kepada mereka, jika mereka ingin aku tetap bersikap ramah maka mereka tidak boleh malas lagi di sekolah.
Selain itu aku juga bersedia jika aku membantu atau bahkan membiarkan mereka mencontek pekerjaanku jika memang ada tugas, hal ini juga aku lakukan demi mereka, supaya mereka tidak malas lagi.
Namun setiap niat baik pasti ada saja yang tidak menyukainya. Melihat perubahan sikapku yang awalnya jutek pada semua laki-laki menjadi tiba-tiba saja ramah, membuat hampir semua siswa perempuan di kelasku semakin tidak suka denganku.
Tapi aku tidak mau ambil pusing dan lebih memilih untuk tidak menghiraukan ucapan mereka.
Sampai waktu jam istirahat kedua aku dan Maya pergi ke kantin untuk membeli makanan. Aku sudah merasa lapar karena sejak pagi tadi perutku belum terisi sama sekali, kecuali sperma milik Daniel.
"Eh Wid, sadar gak sih? Sikap kamu yang tiba-tiba ramah ke suma cowok di kelas kita ternyata bisa ngerubah sikap mereka ya? Bahkan si Yoga yang kemarin kayak berandal sekarang malah rajin banget hihihi..."
Saat ini aku dan Maya sedang menikmati makanan di warungnya Bang Ipul, di meja depan warungnya.
"Yaa, makanya May, awalnya kamu takut kan kalo aku tiba-tiba dekat banget sama teman-teman cowok di kelas kita? Tapi dampaknya baik juga kan?"
"Hmm... Iyadeh Ibu Ustazah Widya Amanda yang paling cantik dan baik hati."
Mendengar Maya yang kembali menggodaku, aku merasa gemas dan mencubit bahu Maya dengan cukup keras.
"Ihhh... Sakit loh Wid, kamu tuh sekarang suka cubit-cubit gajelas, kemarin Daniel, sekarang aku, terus nanti?" Ucap Maya dengan ekspresi kesal.
"Hihihi... Maafin ya May, abisnya kamu godain terus."
Kami berdua kembali menikmati makanan kami di kantin. Namun tak lama kemudian aku melihat dari kejauhan seorang siswa laki-laki yang sudah lama tidak terlihat, berjalan mendekat menghampiriku.
Dia adalah Steven, pacarnya Maya. Dengan cara berjalannya yang khas seperti seorang siswa berandal di sekolah, dia akhirnya duduk di sebelah Maya yang saat itu Maya berada di depanku.
Namun kali ini Maya seperti mengabaikan kedatangan Steven, tidak seperti biasanya yang dimana Maya selalu menghambur dan memeluk pacarnya itu didepanku.
"Hay sayang. Habis ini ikut gw yuk!" Ucap Steven kepada Maya.
"Kemana?" Tanya Maya cuek.
Aku yang saat itu menyadari sepertinya ada masalah di hubungan mereka, segera berdiri lalu menuju warungnya Bang Ipul untuk mengembalikan piringnya sekalian membayar makananku.
"May, aku kesana dulu ya," ucapku sambil menunjuk warungnya Bang Ipul.
"Iyadeh."
Sesampainya di dalam warungnya Bang Ipul, aku melihat kearah Maya dan Steven. Terlihat jelas saat itu Steven berusaha merayu Maya supaya mau mengikutinya entah kemana.
Cukup lama aku berada di dalam warungnya Bang Ipul sehingga saat ini aku sedang meminum sebuah minuman dingin yang kuambil dari kulkas milik Bang Ipul.
Hingga sampai bel pertanda istirahat telah selesai berbunyi, aku kembali berdiri berniat mengajak Maya untuk kembali ke kelas. Namun saat itu juga Maya sudah berjalan mendekatiku.
"Wid, ee... Nanti tolong izinin aku ya di kelas, aku mau ikut Steven dulu," ucap Maya sedikit gugup.
"Kemana May? Kamu mau ikut dia bolos?"
"I-iya, tolong ya, pliisss...."
Jika Maya mengikuti Steven pergi yang pasti Maya akan melakukan perbuatan mesum dengan Steven. Aku mengetahui langsung dari Maya, karena dia menceritakan sendiri kepadaku.
Aku sedikit menghela nafasku, jika aku yang dulu pasti akan melarang Maya untuk ikut Steven bolos di jam pelajaran terakhir. Tapi sekarang? Bahkan aku sendiri tadi pagi melakukan hal yang sama, bahkan rela bolos pelajaran demi berbuat mesum dengan Daniel dan Bryan.
Akhirnya aku memperbolehkan Maya bolos kali ini, aku hanya menganggukkan kepala pelan. Dengan begitu Maya terlihat senang dan langsung menghampiri Steven.
Kulihat mereka berdua bergandengan tangan lalu pergi dari kantin. Entah kemana mereka pergi, yang pasti mereka akan keluar sekolah dan nanti sore saat jam pulang mereka baru kembali untuk mengambil tas lalu pulang.
Lalu aku berbalik dan mulai melangkahkan kakiku meninggalkan kantin dengan langkah gontai.
Namun baru saja keluar dari kantin dan berjalan akan melewati toilet yang terletak di sebelah kantin, aku melihat Pak Sumanto sudah mencegatku dengan tatapan mesum mengarah padaku.
"Ikut saya, atau saya akan bilang ke semua siswa kalo kamu adalah pereknya Pak Burhan."
Setelah mengatakan itu, ia langsung meraih tanganku lalu menarikku ke arah belakang toilet.
Aku awalnya menolak namun saat ini aku tak bisa melawan sama sekali. Pak Sumanto yang sudah mengeluarkan ponselnya, ia memperlihatkan layar ponselnya yang memutar sebuah video mesum kepadaku.
Dimana video mesum yang ada di layar ponselnya adalah diriku sendiri saat aku bersetubuh dengan Bryan dan Daniel tadi pagi. Bahkan ada satu video lagi dimana saat aku kemarin melakukannya dengan Bryan ketika ingin berganti seragam olahraga.
"Pak, tolong hapus video itu pak, saya mohon..."
Meski diriku sendiri saat ini sudah menjadi seorang akhwat lonte yang liar dan binal. Namun aku juga takut jika video itu disebarkan oleh Pak Sumanto.
"Kalau begitu, ikut saya."
"Akhh... Kemana pak?..."
Tanpa basa basi, Pak Sumanto kembali meraih tanganku lalu menyeretku ke sebuah tempat. Aku terus berjalan mengikuti langkah Pak Sumanto yang saat ini terus berjalan di belakang jejeran kelas di sekolahku.
Dan aku sedikit terkejut, karena saat ini aku sudah sampai di gudang belakang sekolah, namun langsung tertuju di belakang gudang dimana aku berbuat mesum dengan Bryan dan Daniel tadi pagi.
Pak Sumanto lalu membuka sebuah pintu yang letaknya berada di samping gudang.
Saat ia menyeretku untuk masuk, aku sedikit terkejut, karena di dalam gudang yang sudah kosong ini, pada bagian belakangnya sudah disulap oleh Pak Sumanto menjadi seperti sebuah rumah kecil.
Tapi meski bangunan ini adalah sebuah gudang, bukan berarti gudang ini tidak terawat. Pak Sumanto yang memang terkenal sangat rajin, selalu membersihkan setiap sudut di sekolahan bahkan bagian belakang gudang ini sudah ia sulap seperti rumah.
Akhirnya aku mengerti, itulah kenapa saat kemarin meski masih sangat pagi tapi Pak Sumanto sudah membersihkan lingkungan sekolah, ternyata memang ia tinggal di sini.
Bahkan ruangan belakang yang sudah ia sulap ini terlihat bersih, sebuah kasur yang berada di lantai, di bagian belakang lagi ada sebuah dapur.
Sedangkan untuk kamar mandi Pak Sumanto menggunakan toilet siswa yang letaknya dekat dengan kelasku. Bahkan di ruangan ini ia masih menyediakan ruang tamu yang cukup luas dengan tikar sebagai alasnya.
Aku yang merasa kagum dengan Pak Sumanto karena pekerjaannya yang selalu bersih, sampai lupa jika aku saat ini sedang diculik dan mungkin saja akan disuruh oleh pria itu untuk memuaskan nafsunya.
Pak Sumanto mulai berjalan perlahan mendekatiku, aku hanya diam saja sehingga ia dengan mudah langsung melumat bibirku dengan kedua tangannya berada di pantatku lalu meremas pantatku dengan gemas.
Bahkan aku saat ini hanya pasrah lalu mulai membalas lumatan Pak Sumanto di bibirku.
"Saya tidak akan menyebarkan videomu, asalkan kamu mau setiap hari memuaskan saya di sini," ucapnya ketika ia melepas ciumannya di bibirku.
Aku hanya mengangguk pelan menyetujui ucapannya barusan. Kemudian Pak Sumanto mulai membuka kancing bajuku satu persatu, namun tidak melepaskan semuanya.
Ia hanya melepas empat kancing bajuku bagian atas, lalu ia membuka lebar bajuku dan mengeluarkan payudaraku yang montok dan sekal, sehingga saat ini kedua payudaraku menyembul keluar namun masih tertutup jilbabku.
Terlihat jelas kedua tonjolan putingku menjiplak dari balik jilbab putih yang kupakai.
Pak Sumanto kembali meremas kedua payudaraku dari luar jilbabku dengan gemas.
Setelah itu, aku berjongkok di hadapannya, aku menyingkap jilbabku ke belakang lalu membuka resleting celana Pak Sumanto.
Kontolnya yang tegang langsung terpampang jelas di hadapanku saat celananya sudah terlepas sepenuhnya.
Aroma kontolnya yang khas dengan bau menyengat lalu lengket karena keringat dan berwarna hitam sedikit berdaki malah membuatku semakin bernafsu.
Aku menggenggam kontolnya yang tegang lalu aku mulai mengurutnya menggunakan tanganku yang putih bersih.
Kucium dan sesekali kujilati kepala kontolnya seolah aku sedang makan es krim, tak lupa juga biji zakarnya ikut ku sedot dan ku kulum.
Setelah itu aku mulai mengulum batang kontolnya hingga masuk sepenuhnya kedalam mulutku, kurasakan kepala kontolnya sampai menyentuh tenggorokanku.
Aku mulai menggerakkan kepalaku maju mundur, memberikan servis terbaikku pada Pak Sumanto. Rasanya mual dan membuatku hampir tersedak, namun nafsuku yang sudah memuncak membuat kontol Pak Sumanto terasa lebih gurih dan nikmat.
"Ahh... Akhwat lonte emang paling enak," ucap Pak Yanto.
Lalu ia menyuruhku berhenti dan mendorong tubuhku. Karena posisiku sebelumnya berjongkok, dengan satu dorongan saja aku sudah tergeletak terlentang di atas tikar.
Tanpa diperintah olehnya, aku menarik rok abu-abuku ke atas sampai pinggang lalu kubuka lebar kedua kakiku sehingga vaginaku terlihat jelas olehnya.
Pak Sumanto mendekatkan kontolnya di lubang vaginaku lalu ia menggesek-gesekkan kontolnya di vaginaku sehingga membuatku mendesah keenakan.
"Aaahhhh... Mhh..."
Setelah itu dengan satu hentakan keras kontol Pak Sumanto berhasil masuk sepenuhnya kedalam vaginaku dan ia mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur secara perlahan.
"Ahh... Widya, memek kamu sempit banget kayak masih perawan, ahh..."
"Aahhh... Iyaahhh Pakkhh... Ahhh..."
Aku mulai mendesah menikmati sodokan demi sodokan kontol Pak Sumanto di dalam vaginaku.
Kali ini Pak Sumanto mendekatkan wajahnya di payudaraku lalu mulai mengulum dan menyedot kedua puting payudaraku secara bergantian.
ns 15.158.61.48da2