Setelah menerima pesanan video call sex dengan salah satu pelangganku, aku melemparkan ponselku ke atas kasurku begitu saja.
Mengingat aku baru saja menempuh jarak yang lumayan jauh dari hotel mewah di pusat kota, kurasakan wajahku sedikit kusam karena debu.
Kemudian aku pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajah cantikku supaya terlihat segar kembali.
Setelah memakai sedikit bedak dan lipstik, aku berjalan keluar kamarku dan duduk santai di kursi teras depan kamarku.
Dengan gamis dan hijab lebar yang masih sama sebelumnya namun tak memakai pakaian dalam sama sekali, aku menikmati suasana sore hari di kosanku.
Seperti hari-hari minggu sebelumnya, keadaan kos saat ini masih sepi, meski terkadang saat minggu sore seperti ini aku selalu ngobrol dengan Widya.
Namun baru saja aku menyinggungya, kulihat Widya baru saja keluar dari kamarnya. Dia masih memakai daster yang sebelumnya namun sudah mengganti jilbabnya yang lebih lebar.
Kulihat dia sepertinya sedang mengecek selimut dan sprei tempat tidurnya yang baru di cuci.
"Habis bersih-bersih ya Wid?" Aku menyapa Widya yang membuatnya sedikit terkejut.
"Ehh, iya mbak... Baru sampai ya mbak?"
Widya bertanya padaku, lalu dia berjalan mendekat menghampiriku. Kulihat samar-samar tonjolan putingnya agak menjiplak dari kain jilbab lebar yang dia pakai.
"Udah dari tadi sih, tapi waktu lewat tadi mbak lihat kamu masih tidur, capek banget ya Wid? Kok kamu gak kayak biasanya yang selalu semangat hihihi..." Tanyaku pada Widya.
"Ee... Iya mbak, capek banget."
Setelah Widya duduk tepat di sampingku, akhirnya kami berdua mengobrol, sesekali dia bertanya seperti apa kesibukanku di kampus saat kuliah.
Sepertinya dia terlihat sangat antusias ingin melanjutkan pendidikannya sampai perguruan tinggi.
Aku lalu tersenyum padanya dan menyarankan supaya dia fokus terlebih dahulu dengan sekolahnya yang sudah duduk di kelas 12 SMA.
Beberapa saat kemudian tetangga kos kami yang lain juga sudah mulai berdatangan lalu ikut mengobrol dengan kami.
Hingga beberapa menit berlalu, saat adzan maghrib sudah berkumandang, kami akhirnya bubar dan masuk ke kamar masing-masing.
Setelah masuk kedalam kamar dan menutup pintu lalu menguncinya aku bergegas untuk mandi karena aku mencium aroma keringat di gamisku.
Setelah mandi dan sempat mencuci gamis dan hijab lebar yang tadi sore kupakai, aku segera memakai mukena untuk segera melaksanakan shalat maghrib yang agak terlambat.
Aku memakai mukena tanpa lapisan pakaian lagi di dalamnya, bahkan saat ini putingku terlihat menonjol dari balik mukena yang kupakai.
Sambil menunggu waktu isya' aku menyempatkan sedikit waktuku untuk berdzikir, berniat untuk menenangkan pikiranku.
Setelah shalat isya' aku membuka laptopku yang tergeletak di meja belajar untuk melaksanakan kewajibanku sebagai seorang mahasiswa.
Tugas yang menumpuk dari dosen selalu membuatku pusing dan agak kerepotan. Tapi aku punya cara tersendiri untuk meringankan beban tugas dari dosenku.
Aku menawarkan tubuhku sendiri pada dosen sehingga tugas yang diberikan padaku tidak sebanyak tugas yang diberikan pada mahasiswa lain di kampus.
Sering kali aku melakukan hubungan terlarang dengan dosen mata kuliah hanya untuk meringankan beban tugasku.
Namun aku harus memastikan hubungan terlarang itu hanya dosen saja yang mengetahui. Bahkan aku sudah dikenal sebagai akhwat lonte di kalangan dosen kampus. Namun untungnya rahasiaku masih terjaga sehingga semua mahasiswa tidak mengetahuinya.
Bahkan tak jarang aku harus melayani beberapa dosen sekaligus dalam waktu bersamaan, tapi kami melakukannya di luar lingkungan kampus.
Karena terlalu fokus mengerjakan tugas kuliah di laptopku, aku hampir kelupaan dengan pelangganku untuk vcs dengannya.
Saat tepat pukul sembilan malam sesuai waktu yang sudah ditentukan, ponselku sudah berdering ada panggilan masuk dari pelangganku.
Aku menjawabnya dan meminta waktunya sebentar, tak lupa juga aku memintanya untuk menggunakan nomorku yang satunya yang terpasang di tabletku.
Setelah itu aku melepas mukena yang kupakai dan memakai sebuah hijab lebar tak lupa juga cadar untuk menutupi wajahku, namun aku hanya telanjang tak memakai gamis sama sekali.
Setelah kuhidupkan tabletku dan mengambil beberapa dildo dengan berbagai ukuran, aku duduk di lantai dengan bersandar di kasurku yang empuk.
Tablet yang sudah menyala kuletakkan di depanku yang saat itu sudah dalam posisi mengangkang. Namun belum juga mulai, ternyata vaginaku sudah basah.
"Ahh..." Aku mendesah saat tanganku meraba vaginaku yang sudah becek itu. Sampai akhirnya kami tersambung dalam sebuah video call.
"Selamat malam pak," sapaku dengan sopan dan lembut.
Kulihat orang itu juga sudah telanjang sepenuhnya, memperlihatkan kontolnya yang berurat dan sudah sangat tegang.
Sebagai pembukaan, aku mengulum beberapa dildo secara bergantian dengan sedikit menyingkap cadarku, tak lupa juga aku menyingkap hijab lebarku dan meremas payudaraku sendiri.
"Ahh... Mhh..." Desahku saat aku meremas payudaraku dan memasukkan dildo kedalam mulutku.
'Masukin dong sayang, udah gak sabar nih,' ucap pria itu yang sudah mengocok kontolnya yang tegang.
Aku hanya tersenyum lalu menutup kembali cadarku sepenuhnya. Aku mulai memasukkan dildo yang berukuran kecil kedalam vaginaku.
"Ahh..." Desahku saat dildo itu masuk kedalam vaginaku sepenuhnya.
Begitu mudahnya dildo itu masuk kedalam vaginaku karena ukurannya yang kecil, lalu aku mulai menggerakkan tanganku maju mundur mengobok-obok vaginaku.
'Ahh... Kamu emang akhwat lonte Hana, saya mau kamu nanti jadi istri kedua saya.'
"Ahh... Jangan dong pak, nanti yang lainnya gimana? Jadi gak kebagian tubuh saya lagi dong," ucapku semakin binal.
Saat sedang mengocok vaginaku sendiri, aku mengambil satu buah dildo lagi dan aku mengulumnya. Cadarku saat ini mulai basah oleh air liurku sendiri.
Setelah dildo yang kukulum sudah sangat basah, aku membuka lebar lubang pantatku yang sudah menganga. Dengan dildo kecil yang masih menancap di vaginaku, aku memasukkan dildo berukuran sedang kedalam anusku.
"Ahh... Mhh... Enak pak, ahh..."
Dildo itu dengan sangat mudah masuk kedalam anusku yang memang sudah longgar, bahkan dibanding dengan vaginaku, anusku sudah lebih longgar daripada lubang vaginaku. Karena dulu memang sempat dan bahkan sampai sekarang aku sering dimasuki oleh dua kontol sekaligus di lubang anusku.
Aku semakin mendesah saat kedua tanganku memaju mundurkan dua buah dildo di anus dan vaginaku.
Setelah beberapa menit kemudian, kurasakan tubuhku mulai menegang. Lalu aku mengocok dan sesekali memilin klitorisku supaya lebih cepat orgasme.
"Akhh... Mhhh... Pak, sayah keluar... Ahh..."
Dan benar saja tak butuh waktu lama akhirnya cairan orgasmeku muncrat bahkan sampai membasahi sebagian layar tabletku.
'Hahaha... Dasar akhwat lonte, baru mulai udah muncrat... Lagi dong sayang, keluarin yang banyak,' ucap pria itu di layar tabletku.
Aku masih berusaha mengatur nafasku, setelah sekitar satu menit kemudian aku mengambil dildoku lagi yang berukuran sedang dan yang paling besar dan panjang.
"Pengen ini pak?" Tanyaku dengan nada menggoda sambil menunjukkan dildo besar itu kepadanya.
Aku lalu menegakkan tubuhku dan membusungkan dadaku, aku menaruh dildo besar itu tepat di depan vaginaku dalam posisi berdiri.
Saking panjangnya dildo itu, bahkan tingginya melebihi pusarku, lalu aku mengocok dildo besar dan panjang itu dengan tanganku.
'Masukin dong sayang.'
Aku lalu berjongkok di atas dildo yang panjang itu, dan kumasukkan perlahan dildo yang panjang itu kedalam vaginaku.
"Akhh... Mentok sayang Akhhh, enak... Ahh..."
Kurasakan ujung dildo itu sampai mentok dan menyentuh rahimku. Aku mulai menggerakkan tubuhku naik turun dengan posisi agak menungging, sedangkan kedua tanganku bertumpu di lantai, seakan-akan berada di posisi WOT.
Aku semakin mendesah tak karuan, tak peduli jika ada orang lain yang mendengar desahanku, karena yang kuinginkan saat ini hanyalah kepuasan.
Kulihat juga di layar tabletku, pria itu sudah semakin tegang dari sebelumnya, bahkan ujung kontolnya sudah keluar cairan precumnya.
"Masa udah mau keluar sih sayaangg? Ahh..." Godaku pada pria di layar tabletku.
Lalu aku kembali berjongkok dan mencabut dildo besar dan panjang itu dari vaginaku. Aku kembali bersandar di kasurku sendiri dengan posisi mengangkang dan agak tergeletak.
Aku mengocok klitorisku sendiri semakin cepat, kurasakan tubuhku kembali tegang. Sampai akhirnya aku mengalami orgasme lagi, namun lebih banyak dan muncrat keatas dan membasahi payudara dan cadar serta hijabku.
Kujilati jari-jariku yang sudah sangat basah karena cairanku sendir, tak lupa juga aku mengulum jariku sendiri.
"Ahh... Mhh... Enakk... Ahh..." Desahku menikmati sisa-sisa gelombang orgasmeku barusan.
Setelah nafasku kembali teratur, aku mengambil dua dildo berukuran sedang dan kumasukkan kedua dildo itu secara bersamaan kedalam lubang vaginaku.
"Akhh... Mhh... Ahh..."
'Hahaha... Begitu sayang, saya suka kalo memekmu itu dipake oleh banyak kontol sekaligus.'
Aku tidak mempedulikan ocehan pria itu, karena saat ini nafsu birahiku sudah naik sepenuhnya.
Setelah kedua dildo itu masuk sepenuhnya kedalam vaginaku, aku mengambil dildo berukuran besar dan aku menggesek-gesekkan dildo besar itu di lubang anusku.
"Akhh.. Ahh.. Mhh.. Enakhh... Ahh..."
Aku semakin mendesah saat aku mendorong dildo yang besar itu sampai akhirnya masuk sepenuhnya kedalam anusku.
Rasanya begitu sesak, namun nikmat saat aku memaju mundurkan dildo besar itu di lubang anusku. Sedangkan tanganku yang satunya menahan dua dildo berukuran sedang yang menancap di vaginaku supaya tidak melorot keluar.
Bahkan saat ini aku sudah lupa jika aku sedang melayani video call sex dengan salah satu pelangganku, yang kuinginkan saat ini hanyalah terus mengobok-obok lubang anus dan vaginaku.
Kulihat juga di layar tabletku yang memperlihatkan pria itu ternyata sudah ejakulasi dan memperlihatkan fotoku yang sudah penuh oleh spermanya.
Bukannya merasa direndahkan, aku malah semakin terangsang, semakin tidak sadar dari statusku sebagai seorang akhwat muslimah.
Hingga sampai akhirnya aku terus masturbasi sampai hampir tengah malam. Padahal durasi yang sudah kami sepakati hanya setengah jam, tapi ternyata sudah hampir tiga jam aku melakukannya.
Tak terhitung lagi sudah berapa kali aku orgasme, bahkan lantai kamarku sudah seperti habis kebanjiran karena dipenuhi oleh cairan orgasmeku sendiri.
Dengan nafas yang tak beraturan, aku merebahkan tubuhku di kasur dengan kedua tanganku menggenggam tabletku yang masih terhubung dengan pria itu.
Setelah pria itu merasa puas dan aku mengucapkan terima kasih padanya, ia mengirimkan uang lagi ke rekeningku sebagai bonus karena ternyata aku melebihi ekspetasinya.
Lalu aku menaruh tabletku di meja kecil yang ada di sebelah kasurku hingga akhirnya akupun terlelap begitu saja.
ns 15.158.61.54da2