Mang Tejo mulai menggerakkan kontolnya maju mundur didalam anusku. Sehingga membat Bang Anton tak perlu ikut menggoyangkan pinggulnya untuk mengobok-obok vaginaku.
Keringat mulai mengalir dari pori-pori kulitku, membasahi tubuhku sehingga membuat tubuhku semakin mengkilap.
"Udah, kalo mau ikut aja tapi kalo gak mau yaudah hahaha..." Ucap Bang Anton yang masih sibuk meremas kedua payudaraku.
Sedangkan aku masih dibuat merem melek oleh mereka berdua, sesekali aku mendesah karena keenakan.
"Ahh, Dul. Yang jaga diluar siapa? Ahh enak pantatmu Neng," Tanya Mang Tejo sambil terus memompa anusku.
"Itu si Andre, kasian dia saat denger desahan nih lonte, kayak tegang banget. Maklum lah belum pernah sama sekali dia, hahaha..." Ucap Bang Abdul menjawab.
"Ahh, baanghh.. Sayah mau keluarr... Akkhhh..." Kurasakan tubuhku mengejang hebat.
Akhirnya aku mengalami orgasme pertamaku dengan mereka. Seolah mengerti, mereka berdua menghentikan genjotannya di anus dan vaginaku.
Kurasakan cairan orgasmeku begitu banyak sampai meluber membasahi kontol Bang Anton. Aku merasa lemas dan nafasku tak beraturan, namun aku semakin menunggingkan tubuhku.
"Hah.. Hah... Bang Dul, siapa yang belum pernah bang..." Aku bertanya pada Bang Abdul dengan nafasku yang masih terengah-engah.
"Akhh..." Aku kembali mendesah karena saat itu Mang Tejo dan Bang Anton kembali memompa vagina dan anusku.
"Itu si Andre, di belum pernah ngentot sama sekali haha..."
Setelah membalas pertanyaanku, Bang Abdul yang sudah melepaskan celananya mendekat kearahku. Tanpa disuruh olehnya, aku meraih batang kontolnya dengan tangan kananku dan mulai mengocoknya perlahan. Sedangkan tangan kiriku masih menyangga tubuhku yang sedang menungging di atas matras.
"Hahaha, udah gak sabar ya mbak pengen ngrasain kontol saya? Terus itu gak sakit apa dua lubangnya dimasukin barengan?" Tanya Bang Abdul padaku.
"Ahh... Enakh bangghh... Ahh..." Ucapku mendesah sambil terus mengocok kontolnya menggunakan tanganku.
"Ahh.. Bang Dul.. Kalo boleh tahu, usianya Andre berapa? Akhh.."
"Kenapa? Kamu suka sama dia? Hahaha... Kayaknya dia suka tuh sama kamu. Kayaknya sekitar dua puluh tiga tahun sih, mhhh ahhh... Dasar lonte akhwat..."
Bang Abdul langsung mengerang keenakan saat selesai menjawab pertanyaanku. Karena saat itu juga aku langsung mengulum kontolnya sampai menyentuh tenggorokanku.
Hanya perlu bergerak sedikit saja, kontol Bang Dul sudah seakan menyetubuhi mulutku karena sodokan Mang Tejo yang secara otomatis membuat tubuhku ikut bergerak maju mundur.
"Neng, saya mau keluar lagi nih..." Ucap Mang Tejo.
"Ahh Payah lu Jo, masa udah dua kali sih.. Tapi saya juga mau keluar mbak," ucap Bang Anton yang berada di bawahku sedang menyodok vaginaku.
"Mphh.. Mphh.. Mphh.."
Aku hanya mendesah tertahan oleh kontol Bang Abdul yang menyumpal mulutku.
Sesaat setelahnya dengan sekali hentakan, Mang Tejo dan Bang Anton secara bersamaan menyemburkan sperma mereka kedalam anusku dan vaginaku.
Kurasakan sperma Bang Anton yang hangat langsung memenuhi rahimku. Sedangkan Mang Tejo langsung merebahkan tubuhnya disamping Bang Anton.
Aku melepaskan kontol Bang Abdul dari dalam mulutku, lalu kubersihkan sisa-sisa sperma di kontol Mang Tejo dan Bang Anton menggunakan mulutku.
Bahkan aku tak merasa jijik sama sekali saat mengulum kontol Mang Tejo yang baru saja menggenjot anusku.
Namun saat aku sedang sibuk membersihkan kontol mereka berdua, ternyata Bang Abdul sudah berada di belakangku.
"Akhh..."
dengan satu hentakan keras, kontol Bang Abdul akhirnya masuk sepenuhnya kedalam vaginaku.
Lalu ia mulai menggenjotku perlahan namun saat gerakan pinggulnya maju, ia selalu menghentakkannya sedikit kasar. Sehingga membuat tubuhku terdorong kedepan.
"Ahh... Memekmu enak banget Wid, rapet kayak masih perawan, ahh.." Puji Bang Abdul sambil terus menggenjot vaginaku.
Setelah aku membersihkan kontol milik Mang Tejo dan Bang Anton, mereka segera bangkit dan memakai celana mereka masing-masing.
"Gimana kalo tiap kali kita jaga, kita ajak nih lonte supaya bisa ngentot lagi? Gimana mbak? Mau gak?" Ucap Bang Anton padaku.
"Ah... Ah.. Boleh bang, asalkan yang lagi ronda kalian ajah yaah.. Saya gak mau kalo ada orang lain lagi..." Ucapku yang saat ini masih digenjot oleh Bang Abdul.
"Eh, Dul. Gw mau pulang, dicariin istri gw nanti, lagian dagangan juga udah habis, cuman nyisa satu tadi buat Neng Widya," ucap Mang Tejo.
"Ahh... Manghh, sayah belum bayar, ahh..."
"Gapapa neng, buat ganti puasin kita-kita disini hahaha..." Ucap Mang Tejo lalu pergi begitu saja.
"Eh, Dul. Gw keluar dulu, jangan lupa tuh nanti giliran si Andre, kasihan dia. Biar tahu gimana rasanya ngentot haha..."
Ternyata aku serendah ini, aku bahkan rela melayani nafsu mereka dan hanya menukarnya dengan sepiring nasi goreng. Tapi, entah kenapa aku semakin menikmati diperlakukan semurah ini oleh mereka.
Tanpa mempedulikan ucapan temannya, Bang Abdul semakin brutal menggenjot vaginaku. Hingga akhirnya tubuhku mengejang pertanda akan mengalami orgasme.
"Ah... Ah... Ah... Bang.. Saya mau keluar... Ahhh..." Ucapku lalu mendesah panjang karena saat itu juga, cairan vaginaku langsung menyembur begitu saja.
Seketika Bang Abdul mencabut penisnya sehingga terlihat jelas cairan vaginaku menyembur cukup banyak membasahi matras.
Dalam posisiku yang masih menungging dan nafas yang masih terengah-engah, Bang Abdul membalikkan dltubuhku sehingga membuatku terlentang.
Ia membuka lebar kedua kakiku sehingga aku dalam posisi mengangkang. Ia kembali memasukkan kontolnya dan mulai menggenjot vaginaku lagi.
"Ahhh.. Ahh... Mhhh.."
Aku mendesah keenakan, dan saat itu juga Bang Abdul langsung melumat bibirku, kedua tangannya meremas payudaraku dengan gemas.
Setelahnya ia menyedot putingku seperti bayi yang sedang menyusu, aku semakin mendesah. Payudaraku kini kembali basah karena air liur Bang Abdul. Bahkan saat ini tubuhku sudah penuh dengan keringat.
Tidak hanya keringatku saja, tapi juga keringat Bang Abdul, Bang Anton dan Mang Tejo sudah bercampur membasahi tubuhku.
"Saya mau keluar mbak," ucap Bang Abdul lalu mempercepat genjotannya.
"Ah.. Ah.. Iyahhh Bang.. Keluarin di dalam... ahh... Bang..."
Tak lama kemudian, Bang Abdul mendorong penisnya semakin dalam lalu menyemburkan spermanya yang begitu banyak hingga memenuhi rahimku.
Setelah agak lama ia membiarkan kontolnya didalam vaginaku, lalu ia mencabut kontolnya hingga spermanya meluber keluar membasahi pantatku.
Lalu aku memintanya untuk mendekatkan kontolnya ke hadapanku, aku langsung membersihkan sisa sperma di kontol Bang Abdul sampai benar-benar bersih.
Setelah itu, Bang Abdul kembali berdiri dan segera memakai celananya. Namun saat itu juga, kulihat Andre sudah berdiri di depan pintu ruangan belakang dengan keadaan sangat tegang sambil melongo.
"Tuh, Ndre. Giliran lu terakhir. Puas-puasin dah," ucap Bang Abdul lalu pergi begitu saja.
"Widya? Aku... Aku..."
Aku hanya memandang kearahnya sambil tersenyum, sedangkan posisiku saat ini masih mengangkang dengan kedua tanganku meremas kedua payudaraku.
Aku berusaha bangkit, dan saat itu juga Andre berlari kearahku berusaha membantuku. Setelah tenagaku sudah kembali, aku menatap mata Andre lalu tanpa pikir panjang lagi, aku langsung menghambur kearahnya dan mencium bibirnya.
Awalnya dia menolak, namun akhirnya dia luluh juga dan mulai membalas ciumanku di bibirnya.
Setelah itu, aku langsung duduk di pangkuannya menghadap kearahnya karena saat ini Andre sedang bersandar di tembok.
Aku meraih tangannya dan menuntunnya untuk memegang payudaraku yang montok dan sekal. Sedangkan tanganku yang satunya lagi meraba selangkangan Andre, ternyata kontolnya sudah tegang dari balik celana jeans yang ia pakai.
Aku hanya menyuruhnya diam dan menuruti semua keinginanku. Aku mulai turun dari pangkuannya, lalu aku membuka celananya dengan posisiku menungging menghadap kearahnya.
Setelah aku berhasil melepas seluruh celananya, aku melihat kontolnya yang sudah sangat tegang itu, mungkin panjangnya sekitar enam belas senti dan besarnya sama seperti milik Pak Burhan.
"Mas, baru pertama ini ya?" Tanyaku dengan senyum nakal di wajahku.
Andre hanya mengangguk, sepertinya saat ini ia merasa sangat gugup. Aku langsung mengocok kontolnya dan kucium ujung kontolnya itu.
Setelah itu, aku langsung mengulum kontolnya dan menggerakkan kepalaku maju mundur sambil sesekali kukocok kontolnya yang sangat tegang itu.
"Ahh... Pelan-pelan mbak, akhh..." Ucapnya namun kedua tangannya malah semakin menekan kepalaku.
Hingga akhirnya setelah aku berusaha melepaskan kepalaku dari tangannya, aku kembali menatapnya. Seketika dia merasa bersalah karena telah menekan kepalaku yang masih tertutup jilbab putih.
"Ma-maaf mbak," ucapnya terbata.
"Enak banget ya mas? Sampe segitunya," tanyaku dengan nada manja sambil sesekali kucium ujung kontolnya.
"I-iya mbak..."
Lalu aku menyuruhnya berbaring di atas matras, setelah itu aku jongkok diatasnya dan kumasukkan kontolnya kedalam vaginaku.
"Ahhh..." Aku mendesah saat kontolnya berhasil masuk sepenuhnya kedalam vaginaku.
Aku menunggingkan tubuhku lalu kugoyangkan pinggulku naik turun secara perlahan. Kulihat dia seperti menikmatinya.
Lalu aku meraih kedua tangannya dan mengarahkannya tepat di payudaraku, aku menyuruhnya untuk meremas kedua payudaraku yang saat ini berada di atas wajahnya.
"Ahh... Mas Andre suka sama saya yah? Ahh.. Kok gak bilang dari dulu mas... Katanya Mas Andre sering lihat sayaahh... Ahhh.. Mhhh..." Lagi-lagi aku bertanya dengan nada manja yang kubuat-buat.
"I-iya mba, saya suka sama Mbak Widya... Tapi..."
"Ahh... Shhh..." Sambil terus menggoyangkan pinggulku, aku menggeleng kepadanya.
"Mhh... Terlambat mas, ahh... Saya sudah punya pacar... Tapi..." Aku menghentikan goyangan pinggulku.
Aku semakin mendekatkan wajahku dengan wajahnya, kurasakan hembusan nafasnya menyentuh payudaraku yang menempel di kaos yang dia pakai.
"Kita ngentot gak harus pacaran kan, Mas Andre boleh kok minta jatah sama saya kapanpun Mas Andre pengen... Gimana mas?"
"Bo-boleh Mbak? Na-nanti pa-pacarnya marah,"
Ssttt...
Aku menutup mulutnya dengan jari telunjukku, dengan nakal dan binalnya aku membusungkan dadaku dan kembali agak menegakkan tubuhku.
"Jangan panggil mbak ya mas, panggil Widya saja.. Pacarku juga rumahnya jauh kok dari sini, itupun aku bisa ketemu sama dia kalo di sekolah aja," ucapku dengan nada manja.
Aku kembali menggoyangkan pinggulku namun dengan tempo lebih cepat, Andre semakin mengerang keenakan. Sedangkan aku juga semakin mendesah tak karuan.
Hingga akhirnya setelah sekitar sepuluh menit kemudian, aku merasakan vaginaku mulai berdenyut. Bahkan kontol Andre juga mulai berkedut menandakan dia akan ejakulasi.
"Ahh.. Widya.. A-aku mau keluar..."
"Keluarin aja mas, jangan ditahan..." Ucapku semakin mempercepat goyanganku di atas kontolnya yang sudah semakin tegang maksimal.
Sampai akhirnya kontolnya berhasil menyemburkan sperma hangat yang langsung memenuhi rahimku. Bersamaan dengan tubuhku yang menegang yang menunjukkan aku sudah mencapai klimaks.
Tubuhku seketika ambruk diatas menindih tubuh Andre. Aku langsung mencium bibirnya, tak seperti sebelumnya, kali ini Andre membalas ciumanku dan memeluk tubuhku yang berada di atasnya.
"Mas, saya mau pulang dulu ya," ucapku sesaat setelah berciuman dengan Andre.
"Biar saya antar, bukankah kita searah. Jadi aku bisa sekalian pulang."
ns 15.158.61.48da2