Aku keluar dari rumah besar di komplek itu tepat jam lima pagi, meski keadaan diluar masih sangat sepi, aku masih merasa risih.
Bagaimana tidak, ini kali pertamaku keluar ruangan hanya mengenakan gamis ketat tipis dan jilbab segi empat yang sedikit menutupi bagian dadaku tanpa pakaian dalam sama sekali.
Ketika aku mulai berjalan, kurasakan payudaraku bergetar bebas tanpa adanya pelindung sama sekali. Saat itu juga kurasakan putingku bergesekan dengan kain gamisku.
Membuat putingku sedikit mengeras, dan terlihat tonjolan putingku yang ternyata masih bisa menembus dari balik kain jilbab segi empat yang ku pakai.
Bagaimana ini? Apa aku harus kembali lalu memakai hijab panjang yang ku pakai kemarin? Tapi hijabku masih penuh dengan noda sperma kering yang baunya sudah pasti menyengat.
Ah tidak, lebih baik aku cepat-cepat keluar dari tempat ini dan mencari ojek supaya lebih cepat sampai di terminal.
Ketika aku akan melewati pos satpam komplek, aku berharap Pak Anwar tidak melihatku. Bisa kacau sampai ia melihatku seperti ini. Bagaimana tidak? Dia semalam juga ikut bergabung menikmati tubuhku.
Aku semakin mempercepat langkahku, namun payudaraku semakin bergerak liar saat aku berjalan cepat seperti ini.
Putingku yang bergesekan dengan kain gamis, semakin mengeras saja. Dan ahh, tubuhku merasakan sensasi yang berbeda.
Kembali kurasakan vaginaku sedikit basah, apakah aku mengalami seperti apa yang orang-orang sebut dengan horni? Di tempat umum seperti ini?
Kulewati pos satpam yang ternyata kosong tak ada siapapun itu, tapi sialnya jalanan di area komplek masih sangat sepi jam segini.
Bagaimana ini? Apa aku harus berjalan jauh sampai ke terminal? Ah aku punya ide, aku segera membuka ponselku dan mencoba memesan ojek online, tapi.
Kurasakan tangan seseorang menyentuh pundakku dari belakang, "Mau pulang ya mbak? buru-buru amat? Sini lah main dulu sama saya."
Saat ku menoleh ke belakang, kulihat Pak Anwar sudah menatapku dengan tatapan mesum.
"Gak ada ojek mbak jam segini, palingan juga nanti sekitar jam tujuh baru ada yang mangkal di depan sana," ucap Pak Anwar sambil menunjuk pangkalan ojek di seberang jalan sana.
"Eh, nama kamu Widya ya? Nama yang cantik kayak orangnya, hehe..."
"Jangan bicara sembarangan ya pak!" Protesku.
"Tapi, bajunya kok seksi sekali sih? Mau jual diri lagi? Eh, tidak kamu kan gratisan ya, hehe..."
"Jangan kurang ajar ya pak," aku memberanikan diri untuk melayangkan tamparan pada pria mesum di depanku ini.
Tapi, dengan sigap pria itu menahan tanganku dan mencengkeram pergelangan tanganku dengan kuat, sehingga membuatku kesakitan.
"Ahh... Lepaskan saya pak, saya mau pulang, capek..."
"Mau jalan kaki? Lihat tuh jalannya sepi, kamu mau kalo tiba-tiba dicegat waktu dijalan terus di perkosa rame-rame?" ucap Pak Anwar sembari melepas tanganku.
Ku lihat jalan yang menuju arah terminal yang masih sangat sepi.
"Masuk pos sini dulu, emang kamu gak kedinginan keluar gak pake daleman gitu?"
"Saya yakin pasti Pak Burhan baru saja mengirimkan pesan padamu," lanjutnya yang saat itu berjalan ke arah pos satpam.
Apa? Dia tahu kalo aku tidak memakai pakaian dalam sama sekali? Tapi, saat ku lihat payudaraku, putingku sudah sangat mengeras, terlihat menonjol dari balik gamis tipis dan jilbab segi empatku.
Lalu, apa yang dia bilang tadi? Pak Burhan mengirimku pesan? Pesan apa? Seketika ku lihat ponselku dan kulihat baru saja ada notifikasi pesan masuk.
"Jika si Anwar itu meminta pelayananmu, berikan saja. Mungkin dia belum puas menikmati tubuhmu. Ingat, jangan pernah menolak."
Aku langsung lemas dengan isi pesan itu, aku harus merelakan tubuhku dinikmati orang yang tidak ku kenal? Sepagi ini?
"Mau sampai kapan berdiri terus disana?" Panggil Pak Anwar yang sudah berdiri di sebelah pintu pos satpam.
Dengan terpaksa kumasukkan kembali ponselku kedalam tas slempang ku, lalu berjalan mendekat kearahnya yang disambut dengan senyum puas dari wajah Pak Anwar.
Setelah itu ia menyuruhku masuk kedalam pos satpam dan menutup pintu lalu menguncinya.
Mpphhh...
Aku sedikit terkejut saat tiba-tiba saja ia mendekatiku lalu melumat bibirku, aku tahu apa yang pria itu inginkan, yaitu mencari kenikmatan dari tubuhku.
Kubalas lumatannya di bibirku yang mungil, entah kenapa atau mungkin karena gesekan putingku dari balik gamisku, aku juga merasa bernafsu pagi ini.
Tangan kanannya mulai meremas payudaraku dan sesekali memilin putingku dari luar gamis, sedangkan tangan kirinya menarik rok gamisku keatas mencari vaginaku.
Kurasakan rangsangan yang diberikan pria itu sungguh nikmat pada diriku, lalu ia menyuruhku berjongkok di hadapannya sebelum akhirnya ia juga membuka resleting celananya.
Saat penisnya sepanjang kurang lebih 15 senti itu berdiri tegak di hadapanku, ia menyuruhku untuk mengocok penisnya. Aku menuruti saja apa yang ia perintahkan.
Aku mulai mengocok penis itu dan sesekali ku cium bagian ujungnya. Lalu aku mulai mengulum penisnya yang sudah sangat tegang itu.
"Ahh... Kamu memang pintar, sepong terus kontolku, jangan lupa hisap biji pelerku sekalian," perintahnya.
Entah mengapa aku menurutinya begitu saja, bahkan saat ini aku terlihat sudah sangat berpengalaman. Padahal aku baru pertama ini mendengar hal-hal asing yang dia ucapkan.
Aku mulai meraih biji kemaluannya, ku hisap juga biji itu sehingga penisnya yang panjang menempel tepat di atas wajahku.
Sekitar lima menit aku mengulum penis dan biji milik Pak Anwar, ia menarik tubuhku supaya berdiri. Lalu ia menyuruhku menghadap ke arah meja kerjanya, mungkin ia sudah tidak sabar ingin memasukkan penisnya kedalam vaginaku.
Ia mendorong tubuhku sehingga aku sedikit membungkuk dengan kedua tanganku bertopang pada bagian atas meja.
Disingkapnya rok gamisku dengan mudah sampai terlihat pantatkuku yang sekal olehnya, karena memang gamisku berbahan jersey dan tipis, sehingga ia mudah sekali menyingkap rok gamisku.
Aku semakin menunggingkan pantatku dan sedikit kulebarkan kedua kakiku supaya ia semakin mudah mencari lubang vaginaku.
Kurasakan ujung penisnya menempel tepat di lubang vaginaku, dan slep penisnya akhirnya masuk sepenuhnya kedalam vaginaku.
Ia mulai memaju mundurkan pinggulnya semakin cepat, kedua tangannya mulai meremas kedua payudaraku dari belakang.
"Ahh... Pelan-pelan paakk, ahh..." Desahku tak tertahan lagi. Karena Pak Anwar menggenjotku sedikit kasar dan menghentak-hentakkan pinggulnya dengan keras.
"Ahh... Memek lonte akhwat hijab emang beda, masih rapet aja memek kamu, Wid..." Entah Pak Anwar merendahkan atau memujiku.
"Ahh... I-iyaahh Pakk..."
plok, plok, plok... Seperti itulah suara persetubuhan kami berdua pagi ini.
"Ahh... Pak, terus... Enakh... Ahhh..." Aku tak peduli lagi dengan statusku yang seorang akhwat alim, aku sungguh menikmatinya.
"Apanya yang enak sayang?"
"Ahh... Itu paakk, enak... Ahh..."
"Itu apa sayang? Itu namanya apa?"
"Ahh... Penis Pak, Penis Pak Anwar enakk... Ahh..."
Namun, saat aku hampir sampai puncaknya, ia seketika berhenti dan mencabut penisnya dari dalam vaginaku.
Aku merasa kebingungan, ketika aku akan mengalami orgasme ia malah berhenti.
"Bukan penis, Widya. Tapi kontol, dan punyamu ini bukan vagina tapi memek, ayo bilang kalo kamu pengen kontol saya" ucap Pak Anwar seakan menggodaku.
"Ko-kontol, Pak... Masukin kontol Pak Anwar kedalam memek saya, ahh..."
"Baiklah sayang," ucap Pak Anwar setelahnya ia masukkan lagi penisnya kedalam vaginaku, ia terus memompa penisnya hingga kurasakan aku akan mencapai puncaknya.
"Ahh... Pak, sayah mau keluaar..."
"Tahan dulu, saya sebentar lagi juga mau keluar, kita keluarkan sama-sama."
Pak Anwar semakin mempercepat genjotannya di vaginaku, hingga akhirnya tubuhku mengejang dan bersamaan dengan Pak Anwar yang berusaha memasukkan penisnya lebih dalam.
"Terima pejuh saya lonte, setelah ini jangan dibersihkan pejuhku yang ada di memekmu."
Akupun mengalami orgasme disusul dengan erangan Pak Anwar yang menyemburkan spermanya kedalam rahimku. Kurasakan sekitar lima kali ia menyemburkan spermanya di dalam.
Tubuhku terasa lelah, nafasku ter engah-engah, kini siku tanganku yang ku gunakan untuk menopang tubuhku sehingga aku semakin menungging.
Pak Anwar mencabut penisnya dari vaginaku, kurasakan sperma dan cairan vaginaku meluber. Sebagian menetes ke lantai dan sebagian lagi mengalir di pahaku, tapi Pak Anwar melarangku untuk membersihkan noda sperma di sekitar vaginaku.
Setelah itu, Pak Anwar berjalan ke sampingku dan memintaku untuk membersihkan sisa sperma di penisnya.
Aku berusaha meraih penisnya dan aku mengulum penisnya sampai bersih, setelah itu ia gunakan ujung rok gamisku untuk mengelap penisnya.
Setelah nafasku teratur, aku berusaha kembali berdiri, ku tata lagi gamis dan hijabku yang sebelumnya sudah acak-acakan sampai rapi.
Saat aku bercermin, Pak Anwar kembali memeluk tubuhku dan meremas payudaraku dari belakang.
"Ahh..." Aku sedikit terkejut, "Saya mau pulang pak, tolong lepaskan saya..."
Ia mendekatkan wajahnya di telingaku, hingga hembusan nafasnya kurasakan menyentuh telingaku.
"Saya antar kamu sampai terminal, Pak Burhan sudah menyuruhku untuk mengantarmu sampai terminal," ucapnya tepat di telingaku sembari terus meremas payudaraku.
Aku hanya mengangguk pelan, jika dipikir-pikir nanti tukang ojek yang mangkal itu akan berpikir aneh-aneh pada diriku. Seorang akhwat berhijab sepertiku baru saja keluar dari komplek prostitusi pagi-pagi.
Saat aku baru saja keluar dari pos untuk menunggu Pak Anwar mengambil motornya dari parkiran satpam, benar saja. Para ojek yang sudah mangkal itu menatapku seakan mengawasi gerak-gerikku.
Aku tahu apa yang mereka pikirkan, karena itulah aku menerima tawaran Pak Anwar untuk mengantarku.
11332Please respect copyright.PENANAHvR7NQJPic