Tak butuh waktu lama kami sudah berada di taman belakang tempat biasanya aku nongkrong sama Maya.
Sepertinya jam istirahat baru saja selesai, kulihat juga teman-teman sekelasku mulai keluar dan menuju lapangan basket di halaman sekolah.
Aku dan Bryan bergegas masuk kedalam kelas untuk menaruh seragam putih abu-abuku, sedangkan Bryan segera mengambil seragam olahraganya lalu memakainya.
"Wid, tunggu ya... Kita ke depan bareng aja," ucapnya sambil melepas semua pakaiannya di dalam kelas.
"Iyaa... Cepetan Bry, nanti kita telat loh,"
Setelah menaruh seragam putih abu-abu di mejaku, aku menunggu Bryan di depan pintu kelas. Setelah melihat Bryan selesai mengganti seragam dan berjalan menuju pintu, aku berbalik dan mulai melangkah.
Plak...
Namun tiba-tiba saat Bryan sudah berada di sebelahku, dengan sengaja dia menampar pantatku lalu sedikit meremasnya.
"Bryaaan... Nanti kalo ada yang lihat gimana?" Protesku pada Bryan.
"Hahaha... Iyadeh maaf," ucap Bryan, lalu kami berdua kembali berjalan menuju halaman depan.
Meski jam istirahat sudah selesai, masih ada juga siswa-siswi yang masih berkeliaran atau sekedar duduk santai di bangku teras kelas mereka masing-masing.
Meski jilbab sport yang kupakai kainnya lebar dan mampu menutupi tonjolan putingku di payudaraku. Aku masih agak risih karena seragam olahraga di sekolahku memang cukup ketat.
Sehingga membuat lekuk tubuhku terlihat sangat jelas, bahkan saat berjalan bersama Bryan, banyak pasang mata yang memandang kearahku.
Payudaraku yang montok dan sedikit bergerak bebas saat aku berjalan lalu pantatku juga menjadi santapan segar bagi mata laki-laki yang memandang kearahku.
Tak lama kemudian, kami berdua sampai di halaman depan, ternyata teman sekelasku masih duduk-duduk santai menunggu guru olahraga kami.
Aku mencari keberadaan Maya yang saat itu duduk di kerumunan siswa perempuan di kelasku. Sehingga membuatku malas menghampirinya karena mengingat semua siswa perempuan di kelasku selalu saja menatap sinis padaku.
Melihat kedatangan kami, Daniel yang saat itu sedang asik dengan siswa laki-laki yang lain, datang mendekati kami.
"Ehh, katanya cuma nganter hasil tugas aja ke ruang guru, tapi lu kok lama banget sih? Apa jangan-jangan lu habis berduaan ya sama Widya?" Tanya Daniel seakan mengintrogasi Bryan.
"Apasih, kalo emang gw habis berduaan sama Widya kenapa? Hahaha..." Jawab Bryan bercanda.
"Parah lu bre, lu kan udah punca Citra, harusnya Widya jadi bagian gw lah bre."
"Widya udah punya pacar, jadi jangan ngarep lu, hahaha..." Ucap Bryan yang seketika membuat Daniel terkejut.
"Be-bener Wid? Kamu udah punya pacar?" Tanya Daniel seakan tak percaya.
"Hehe... Sorry ya Nel, iya aku udah punya pacar, tapi kita masih bisa deket kok Nel," ucapku pada Daniel.
"Hmm..." Daniel hanya menjawab singkat.
Saat itu kulihat juga ada ekspresi kecewa dari wajah Daniel yang saat itu kembali bergabung dengan teman-temannya.
Mereka berdua akhirnya kembali ke kerumunan siswa laki-laki di kelasku, aku sendiri tak tahu harus kemana. Akhirnya aku berjalan menjauh, namun saat aku hendak melangkahkan kaki ku, Bryan memanggilku.
"Wid! Mau gabung juga?"
"Gak deh Bry, aku disini aja."
"Udah, gapapa... Gw tahu kok kamu kan gak punya teman cewek selain Maya."
Akhirnya dengan terpaksa, aku mengikuti Bryan dan Daniel. Saat itu juga mata para siswa perempuan di kelasku mulai menatapku sinis.
Mereka semua menyambutku dengan hangat, dari semua siswa yang sekelas denganku, hanya siswa laki-laki saja yang menyambutku dengan hangat.
Aku merasa agak gugup, semoga saja mereka tidak menyadari jika aku tidak memakai pakaian dalam sama sekali. Tapi Bryan sudah tahu, semoga saja dia tidak memberi tahu pada semuanya.
Saat aku hendak bergabung dengan mereka, guru olahraga sudah terlihat berjalan menghampiri kami. Semua siswa segera berdiri, untuk melakukan pemanasan sebelum masuk materi hari ini.
Saat pemanasan guru olahraga itu menyuruh beberapa siswa laki-laki untuk maju kedepan membimbing semua murid untuk melakukan pemanasan.
"Wid, dari mana aja kamu? Aku nunggu dari tadi gak balik-balik," tanya Maya yang saat itu berlari mendekatiku saan dia menyadari keberadaanku.
"Iya May, tadi ada sedikit arahan dari Pak Dodik, katanya tadi beliau emang sengaja gak masuk kelas kita, banyak urusan katanya," ucapku beralasan
"Ohh, kirain mau bolos kamu hahaha..." Ucap Maya mulai mengejekku.
"Ihhh... Masa ya murid serajin aku mau bolos, hahaha..."
Akhirnya kami semua mulai melakukan pemanasan, sekitar sepuluh menit kemudian guru olahraga itu menyuruh kami semua untuk berlari mengelilingi halaman sekolah sebanyak lima kali, setelah itu bebas mau ngapain.
Karena hari ini memang banyak guru yang sedang banyak urusan untuk persiapan ujian akhir semester sekitar dua bulan lagi.
Kami semua mulai berlari mengelilingi lapangan dengan diawasi oleh guru olahraga yang duduk santai jauh di pinggir lapangan.
Para siswa laki-laki mulai ada yang mendekatiku, ada yang dengan sengaja menyenggol tanganku atau hanya sekedar memandangi tubuhku.
Payudaraku mulai bergerak bebas ketika tanpa pelindung seperti ini, sehingga membuat para siswa laki-laki dengan bebas melihat pemandangan indah seperti ini.
Kurasakan juga jahitan celana training yang berada di selangkanganku, mulai bergesekan dengan vaginaku, sehingga membuat vaginaku agak basah karena sensasi yang baru pertama kali ini kurasakan.
Meski begitu, banyak juga siswa perempuan yang tetap saja memandang sinis kearahku karena menjadi pusat perhatian semua laki-laki.
Sudah empat kali aku berlari mengelilingi lapangan, banyak laki-laki yang berada di belakangku mulai mendahuluiku. Mereka semakin nakal, ada juga beberapa dari mereka yang dengan sengaja memegang atau menampar pantatku pelan sehingga membuatku sedikit terkejut.
"Kalo semua cowok di kelas kita tahu kamu gak pake daleman, mungkin kamu bakal kena gangbang sama mereka, hehehe..." Goda Bryan yang saat itu berlari di sampingku.
"Bryaaan... Jangan bilang sama mereka, plis..." Ucapku sambil mencubit pinggangnya.
"Aww... Haha... Gak kok Wid, tenang aja aku gak bilang kok, pokoknya rahasia kamu aman, hahaha..."
Setelah itu Bryan semakin melajukan larinya dan meninggalkanku, sedangkan aku masih terus berlari.
Dari semua siswa perempuan di kelasku, hanya akulah yang memiliki fisik bagus. Sehingga saat aku sudah selesai dan duduk di pinggir lapangan, semua siswa perempuan masih terus berlari dengan susah payah, bahkan termasuk Maya.
Mungkin karena aku berasal dari kampung dan terbiasa berjalan jauh, selain itu setiap hari aku juga harus berjalan sekitar lima puluh meter lebih dari kosanku menuju jalan raya.
Saat aku melihat ke arah selangkanganku, aku sedikit terkejut. Karena saat itu kulihat celana training yang ku gunakan sudah agak basah di bagian selangkanganku.
Meski berwarna gelap dan tidak terlalu terlihat, tapi akan terlihat cukup jelas jika dilihat dari dekat.
Saat itu aku meraba selangkanganku sendiri dengan tanganku, dan benar saja tanganku agak basah dibuatnya.
Aku segera berpindah posisi, lalu duduk di salah satu bangku taman yang letaknya tepat berada di belakangku, di pinggir lapangan basket, aku duduk dengan menyilangkan kakiku berniat menutupi bagian selangkanganku yang sudah basah.
Saat semua siswa perempuan duduk di lapangan karena kelelahan, beberapa siswa laki-laki mulai membentuk tim untuk bermain basket, karena hari ini bebas.
Bahkan saat ini Maya malah rebahan di bawah pohon rindang di pinggir lapangan.
"Capek ya May?" Tanyaku sambil menahan tawa.
"Iyalah, emang kamu gak capek apa?" Jawab Maya kesal.
"Makanya May, rajin olahraga. Kayak aku tuh, tiap hari harus jalan dari kos menyusuri gang buat sampai ke jalan raya. Makanya aku jadi sehat dan cantik," ucapku yang kubuat semakin menggoda Maya.
"Iihhh... Kamu kok jadi centil gini sih Wid? Hahaha..."
Setelah itu Maya menghambur padaku lalu duduk di sebelahku, kulihat nafasnya masih memburu tak beraturan.
"Kalo emang capek istirahat aja May, rebahan dulu sana di rumput hahaha," ucapku sambil menunjuk rumput taman di sebelahku.
Maya hanya menatapku kesal, lalu pandangannya kembali kearah siswa laki-laki yang sibuk bermain basket.
Sesaat kemudian siswa perempuan yang sebelumnya masih istirahat, beberapa mulai beranjak. Ada yang ke kantin ada juga yang bermain voli, setelah dua orang dari mereka mengambil bola voli yang sudah disiapkan sebelumnya.
"Wid, ikut mereka yuk..." Maya mengajakku iku bermain voli bersama mereka.
"Gak deh May. Ikut aja sana, aku di sini aja, capek hehe..."
"Huu... Tadi katanya gak capek, yaudah aku ikut mereka dulu ya," Maya bergegas ikut nimbrung bersama mereka.
Maya memang sejak dulu suka dengan voli, itulah alasannya juga dia ikut ekstrakulikuler bola voli di sekolah, sedangkan aku tergabung dengan ekstrakulikuler keagamaan.
Sesaat kemudian, aku melihat Daniel hanya duduk diam di pinggir lapangan bersama salah satu temannya bernama Akmal.
Dia juga sesekali memandang kearahku, apa aku memanggilnya saja ya menyuruhnya duduk di sebelahku.
"Nel... Daniel..." Aku memanggilnya sedikit berteriak.
Dia hanya menoleh kepadaku tanpa berkata sama sekali.
"Sini deh, duduk sini..."
Setelah itu dia berbicara dengan temannya lalu mengajaknya sekalian duduk di kursi taman yang panjang ini.
"Ada apa Wid?" Tanyanya saat sudah berada di sebelahku.
"Eee... Gapapa sih. Eh, kalian gak ikut main basket juga?" Tanyaku pada keduanya.
"Enggak ah, lagi males aja," ucap Daniel singkat.
"Eh Wid, emang bener ya kamu udah punya pacar? Maaf ya, aku tadi denger waktu kamu ngobrol sama Bryan disana," tanya Akmal padaku.
"Iya, gapapa kok tenang aja."
"Emang siapa sih yang beruntung banget dapetin hati kamu?" Tanya Akmal yang saat itu juga menarik perhatian Daniel.
"Eee... Itu teman seangkatan kita, Fajar..." Aku menjawab pertanyaan itu gugup.
"Fajar itu? Si mata empat itu? Ehh.. Maaf maaf ya, aku nyinggung pacar kamu..."
Aku tahu jika mereka berdua akan terkejut, bahkan Bryan waktu itu juga sama terkejutnya saat mendengar pengakuanku.
"Gapapa kok Mal."
"Tapi Wid, waktu di kelas tadi kamu kok..." Ucap Daniel seakan tidak tahu harus bertanya apa.
Aku yang sudah tahu kemana arah pembicaraan Daniel, menyadari kesalahanku yang terlihat seakan memberikan harapan pada Daniel.
"Maaf ya Nel, aku cuma pengen punya teman dekat, lagian di kelas cuma ada Maya, kamu tahu sendiri kan... Jadi ya, gak ada salahnya kan kalo aku punya banyak teman cowok? Maaf juga ya Mal, kalo selama ini aku terkesan jutek sama semua cowok di kelas kita."
Mereka seakan mengerti dengan penjelasanku yang panjang lebar barusan.
"Gapapa kok Wid, lagian kamu udah gak jutek lagi kita udah seneng kok. Ya kan Nel?..." Ucap Akmal lalu sengaja menyenggol Daniel yang duduk tepat di sebelahku.
"Ehh... Ee... Iya iya," Jawab Daniel.
Lalu aku mulai memegang paha Daniel yang duduk tepat di sebelahku dengan sedikit membelai pahanya lembut. Aku pun memandang kearahnya dengan senyum manis kepada mereka berdua.
"Makasih yaa..." Ucapku sambil menarik kembali tanganku.
Kulihat wajah Daniel semakin memerah karena perlakuanku padanya barusan. Lalu kami bertiga mulai ngobrol, membahas mulai dari yang penting bahkan sampai yang tidak penting.
Bahkan saat ini semua laki-laki yang sibuk bermain basket, beberapa ada yang mulai tidak fokus dan memandang kearah kami bertiga.
Sepertinya mereka menyadari akan perubahan sikapku yang dulunya selalu jutek kepada semua laki-laki. Namun hal itu tidak berlaku bagi Bryan, dia masih sibuk bermain basket karena dialah laki-laki pertama di kelasku yang menyadari perubahan sikapku. Bahkan telah menikmati tubuhku sendiri.
ns 15.158.61.21da2