"Ngomong-ngomong nama mbaknya siapa? Kok saya kayak pernah lihat kamu mbak," tanya pria yang sejak tadi fokus bermain catur bersama Andre.
"Widya, bang..."
"Ooo, jadi nama kamu Widya toh mbak? Cantik kayak orangnya, Kamu yang ngekos di tempatnya Pak Joko itu kan? Kenalin mbak, saya Andre" Sahut pemuda itu yang seketika memotong apa yang ingin kukatakan.
"Eeee... Bocah, ada yang bening langsung nyosor aja lu. Oalah pantesan, kayak gak asing gitu mbak... Oiya kenalin, saya Abdul dan yang main sama Andre itu namanya Anton," ucap pria yang kulihat baru keluar dari dalam pos beberapa waktu lalu.
"I-iya bang, salam kenal ya..." Aku jadi semakin gugup.
Aku kira mereka cukup agresif ketika melihat seorang akhwat sedang keluar malam-malam sendirian, tapi ternyata mereka terlihat baik.
Dalam posisi ini aku jadi semakin serba salah, karena Mang Tejo tak memberi tahuku sebelumnya. Emang bener-bener tuh Mang Tejo.
"Nasi goreng spesial buat Neng Widya..." Mang Tejo datang membawakan satu porsi nasi goreng pesananku, namun masih kulihat senyum genit tak juga hilang dari wajahnya.
"Makasih Mang... Bang, Widya makan dulu ya..."
"Silakan mbak, makan yang banyak ya biar kenyang, nanti kalo mau nambah biar saya traktir," sahut Andre tiba-tiba.
"Skak!..." Sahut bang Anton dengan bersemangat karena berhasil mengalahkan Andre.
"Yah... Bang Anton curang ah..."
"Ya lu sendiri main asal nylonong aja, gak fokus kan jadinya, udah sekarang giliran gw," ucap Bang Abdul menegur Andre.
Aku hanya tertawa ringan melihat tingkah lucu Andre yang saat itu langsung berdiri lesu memberikan tempat pada Bang Abdul.
Saat aku sedang asik menyantap nasi goreng yang tinggal separuhnya, tiba-tiba saja Andre menggeser kursinya lebih dekat denganku lalu tersenyum ramah kearahku.
Aku hanya memandanginya dan membalas senyumannya, nampaknya Andre menyukaiku. Tapi kalau dilihat-lihat Andre cukup tampan juga.
Saat aku sudah menghabiskan nasi goreng pesananku, aku hendak berdiri mengembalikan piring Mang Tejo. Namun Andre seketika menahanku dan menawarkan diri untuk membantuku mengembalikan piring Mang Tejo.
"Mau nambah mbak?" Tanya Andre.
"Nggak bang, udah kenyang kok," jawabku.
Lalu dia berdiri untuk memberikan piringnya pada Mang Tejo, lalu Andre mengambilkan segelas teh hangat dan memberikan padaku.
Aku tersenyum ramah kearahnya sebelum akhirnya aku meneguk habis teh hangat itu yang seketika membuat tenggorokanku terasa lebih segar dan hangat.
Namun sesaat setelahnya Mang Tejo mengambil sebuah kursi plastik dan duduk disebelahku. Sehingga saat ini posisiku diapit oleh Andre yang duduk di sebelah kiri dan Mang Tejo di sebelah kananku.
Tak lama kemudian aku baru tersadar, ternyata saat itu antara Bang Anton dan Bang Abdul sesekali mencuri pandang kearahku, sedangkan tangan Mang Tejo mulai menyentuh pahaku dari luar gamisku.
Menyadari aku hanya diam saja tak menunjukkan perlawanan, tangan Mang Tejo semakin liar menggerayangi pahaku. Sedangkan Andre hanya sibuk melihat permainan catur antara Bang Anton dan Bang Abdul, lalu sesekali mengajakku ngobrol.
"Eh.. Ton, Dul.. Udah siap belum? Hidangan utama kita nih.." Ucap Mang Tejo tiba-tiba.
"Hidangan apaan bang?" Tanya Andre yang kebingungan.
Kulihat Mereka berdua yang tengah sibuk bermain catur lalu mulai tersenyum genit kearahku. Sepertinya aku sudah salah sangka, ternyata Mang Tejo sudah merencanakan semuanya, tapi kayaknya Andre gak tahu apa-apa ya.
"Eh, Ndre... Lu gantiin gua gih lawan si Abdul. Ingat, jangan macem-macem, kalo gak... Gw gampar lu..." Ucap Bang Anton yang sudah berdiri.
Sedangkan aku juga sudah berdiri hendak dibawa masuk kedalam pos oleh Mang Tejo lalu disusul oleh Bang Anton.
"Loh, bang? Ngapain?... Ehh... Mbak!... Bang Tejo mau bawa Mbak Widya kemana?" Andre yang sepertinya tidak tahu apa-apa seketika panik saat aku dan kedua orang pria itu memasuki pos.
"Udah lu diem aja, kita jaga dulu sini nanti juga dapet giliran," ucap Bang Abdul yang membuat Andre semakin kebingungan.
Aku dibawa oleh mereka berdua masuk ke belakang pos, ternyata di dalam pos ini masih memiliki ruangan belakang yang terdapat sebuah matras di lantainya, lalu terdapat juga dapur sederhana dan juga toilet. Pos ini sudah seperti rumah bagi mereka yang sedang patrol malam hari.
"Buruan neng, sepongin kontol kita sebagai pembukaan, hehe.." Ucap Mang Tejo sambil sedikit mendorong tubuhku ke arah matras.
Kemudian mereka berdua mulai membuka celana mereka sepenuhnya, hingga terlihatlah penis mereka yang sudah tegang sejak tadi.
Setelah menaruh tas selempangku di pinggir matras, aku lalu menyingkap jilbab segi empatku keatas pundakku dan mengikatnya di belakang kepalaku.
"Wihh, mau jadi lonte ya mbak? Kok jilbaban gitu tapi gak pake bh, haha..." Ucap Bang Anton seakan merendahkanku.
Tapi aku sama sekali tak menghiraukannya dan mulai mengulum kontol milik Mang Tejo yang tidak terlalu besar tapi agak panjang itu. Sedangkan tanganku satunya memegang kontol Bang Anton dan mulai mengocoknya perlahan.
Aku bergantian mengulum kontol mereka secara adil, bahkan buah zakar mereka tak luput dari kulumanku. Ah, kurasakan vaginaku mulai terasa basah.
"Gw duluan ya Ton," ucap Mang Tejo yang saat itu langsung mendorong tubuhku hingga akupun terlentang diatas matras.
Lalu ia menarik rok gamisku hingga sepinggang, ia terpesona oleh kulit pahaku yang putih mulus seperti susu, lalu ia membuka lebar kedua kakiku hingga mengangkang.
Setelahnya Mang Tejo membenamkan kepalanya di selangkanganku dan mulai mengocok vaginaku menggunakan lidahnya.
"Shh... Ahh, enak Manghh..."
Aku mulai mendesah lalu aku menekan kepalanya hingga semakin terbenam di selangkanganku. Tak ingin hanya diam saja, Bang Anton lalu mulia meremas kedua payudaraku dan sesekali memilin putingku.
Lalu aku berinisiatif menarik kerah gamisku yang melar kebawah, hingga kedua payudaraku yang besar dan sekal langsung menyebul keluar.
Karena terpana dengan keindahan payudaraku, Bang Anton tak sabar dan langsung melumat putingku bergantian.
Sedangkan Mang Tejo ternyata sudah mendekatkan batang kontolnya tepat di vaginaku, dengan sekali dorongan kontolnya melesak seluruhnya kedalam vaginaku.
"Akhh... Pelan-pelan Mang, Ah.. Ah..." Ucapku saat Mang Tejo mulai menggenjot vaginaku.
Bang Anton yang saat itu sudah membasahi payudaraku dengan air liurnya, lalu ia berjongkok di atasku.
Aku yang sudah tahu apa maksudnya, langsung ku jepit kontolnya menggunakan kedua payudaraku, Bang Antonpun langsung menggerakan pinggulnya maju mundur.
"Ahh... Mpphhh.." Desahku tertahan karena saat itu tangan Bang Anton memainkan mulutku dengan tangannya.
Selang beberapa menit kemudian, Mang Tejo berhenti menggenjot vaginaku. Aku langsung menyuruh Bang Anton berbaring terlentang di sampingku.
Aku berusaha bangkit dan berjongkok diatas kontol Bang Anton. Kulepaskan gamisku yang kemudian dibantu oleh Mang Tejo untuk melepas gamisku kecuali jilbabku.
Aku yang sudah telanjang dengan hanya menyisakan jilbab di kepalaku, lalu kumasukkan kontol Bang Anton yang sudah tegang itu kedalam vaginaku.
Kugoyangkan pinggulku naik turun sehingga payudaraku yang montok dan sekal itu langsung berguncang mengikuti irama goyanganku diatas tubuh Bang Anton.
"Mpphh... Mngghh..." Mulutku langsung disumpal oleh kontol Mang Tejo dengan kedua tangannya memegang kepalaku seakan tak ingin lepas.
Bang Anton yang berada dibawahku ikut menggoyangkan pinggulnya mengobok-obok liang vaginaku, lalu kedua tangannya mulai meremas kedua payudaraku dengan gemas.
Sedangkan Mang Tejo mulai memaju mundurkan kontolnya didalam mulutku, hingga aku hampir tersedak dibuatnya.
"Mphh... Mphhh..."
Desahanku semakin brutal dan tak tertahan lagi, ternyata permainan mereka lumayan kasar, tapi aku sungguh menikmati diperlakukan seperti ini.
Hingga akhirnya Mang Tejo mengalami ejakulasi dan menyemburkan spermanya langsung ke dalam mulutku yang langsung kutelan.
Padahal aku sendiri belum merasakan ingin orgasme, tapi Mang Tejo sudah klimaks duluan. Sepertinya ia sudah tak tahan karena menikmati servis dari mulutku.
Bang Anton juga berhenti menggoyangkan pinggulnya seakan memberiku kesempatan untuk jeda.
Aku sedikit terbatuk saat Mang Tejo mengeluarkan kontolnya dari dalam mulutku.
"Maaf ya Neng, habisnya saya udah gak kuat nahan lagi," ucap Mang Tejo seakan merasa bersalah padaku.
"Hahaha... Cemen lu Jo, tadi aja lu sosoan main brutal," ucap Bang Anton meledek Mang Tejo.
"Gapapa kok Mang," ucapku. "Bentar dulu ya bang" lanjutku berkata pada Bang Anton.
Aku lalu berdiri dan mengambil tasku, sedangkan Bang Anton ikut terbangun seakan kebingungan melihatku dengan kontolnya yang masih tegang.
"Mang, minta air putihnya dong," ucapku pada Mang Tejo.
Ia pun bergegas mengambilkanku segelas air putih dan menyerahkannya padaku. Kuambil obat pencegah kehamilan di tas selempangku lalu aku meminumnya.
Mereka berdua kebingungan melihatku meminum sebuah obat berbentuk kapsul itu. Lalu aku kembali menghampiri Bang Anton yang sudah duduk dengan kedua tangannya bertumpu di belakangnya.
"Mau lanjut gak bang?" Tanyaku dengan nada manja untuk menggoda Bang Anton.
"La-lalnjut lah, tapi mbak... Itu tadi obat apaan?," tanya Bang Anton sambil menautkan alisnya.
Aku lalau mendorong tubuh Bang Anton hingga ia terlentang sepenuhnya. Kemudian aku yang sudah berjongkok di atas kontol Bang Anton, kudekatkan wajahku pada pria itu hingga payudaraku menempel di tubuhnya.
"Obat pencegah kehamilan bang," ucapku manja.
"Ja-jadi? Jadi kita boleh ngecrot didalam nih?..." Tanya Bang Anton kegirangan.
"Boleh kok," ucapku setelah sebelumnya sempat mengangguk pelan.
Kulihat Bang Anton semakin kegirangan karena tak perlu khawatir lagi jika sampai ia tak tahan dan terpaksa menyemburkan spermanya didalam vaginaku.
"Tuh, Jo. Makanya lu jadi laki harus bisa tahan lama," ledek Bang Anton pada Mang Tejo.
"Sialan lu Ton, ngledekin gw aja lu," ucap Mang Tejo kesal.
Aku hanya tertawa kecil lalu aku menegakkan kembali tubuhku dan kumasukkan kontol Bang Anton yang semakin tegang itu kedalam vaginaku.
"Ahhh... Kontolmu enak bang ahh.."
Desahku saat kontolnya kembali masuk sepenuhnya kedalam vaginaku, aku mulai menggoyangkan pinggulku naik turun dengan posisiku agak menungging.
Sehingga payudaraku semakin bergelantungan bebas didepan wajah Bang Anton. Lalu tangannya langsung meremas kedua payudaraku dengan gemas.
Kulihat kearah Mang Tejo yang sepertinya kontolnya mulai tegang kembali, sebelum ia mendekatkan kontolnya di wajahku, aku menahannya.
"Ahh... Maanghh... Mang Tejo gak mau coba pantat sayaahh... Ahh... Enakhh lohh, cobain deh masukin ke pantat sayaahh..."
Seketika Mang Tejo melongo mendengar ucapanku, sepertinya ia tak menyangka kalau aku juga memperbolehkan mereka menggunakan anusku untuk memuaskan mereka.
"Bo-boleh Neng?" Tanya Mang Tejo sambil menelan ludahnya sendiri.
"Boleh kok Manghh..."
Tanpa pikir panjang, Mang Tejo langsung berjalan ke belakangku, aku menghentikan goyanganku dan semakin menunggingkan pantatku.
"Pelan-pelan Jo, bisa rusak nanti boolnya Widya, hahaha.." Ucap Bang Anton.
"Akhhh... Pelan-pelan Mang..."
Aku sedikit menjerit kesakitan, karena saat itu Mang Tejo melakukannya tanpa pelumas sama sekali. Menyadari kesalahannya, Mang Tejo kembali mencabut kontolnya lalu meludahi pantatku hingga beberapa kali. Ia juga membasahi kontolnya dengan air liurnya.
Setelah dirasa cukup, Mang Tejo kembali berusaha memasukkan kontolnya kedalam anusku.
"Akhh..."
Aku kembali mendesah saat kontolnya perlahan masuk kedalam anusku hingga masuk sepenuhnya.
Hingga saat aku sedang mengatur nafasku terlebih dahulu, aku dikejutkan dengan suara seseorang yang tiba-tiba masuk kedalam.
"Wih... Udah mulai aja nih," ucap orang itu yang tak lain adalah Bang Abdul.
5266Please respect copyright.PENANAN0kwkapdFE