Kurasakan payudaraku berguncang hebat saat berlari kecil mengejar penjual bubur ayam itu.
"Bang Somad, tadi kok gak berhenti di kosan sih?" Tanyaku protes kepada penjual bubur ayam yang bernama Somad itu.
Biasanya ia selalu berhenti di depan kosanku, dan setiap hari sabtu dan minggu aku selalu membeli buburnya.
"Tadi sudah, Mbak. Tapi mbaknya gak muncul-muncul yasudah saya lanjut saja."
"Ih... Bang Somad sengaja kan biar saya lari ngejar Bang Somad?"
"Iyalah, kapan lagi saya dikejar-kejar cewek cantik kayak Mbak Widya ini, hehe..." Ucapnya yang saat itu ternyata tatapannya menuju kearah payudaraku.
Apa Bang Somad tahu jika dibalik dasterku aku tak memakai apapun lagi? Kira-kira dia tadi lihat gak ya waktu payudaraku bergerak bebas saat aku lari mengejarnya.
"Jadi beli gak, Mbak? Kalo gak jadi saya lanjut nih."
"Ehh.. Jadi dong bang, kayak biasanya ya," ucapku tersadar dari lamunanku.
Karena sudah hafal dengan porsiku, Bang Somad lalu segera membuatkan bubur ayam untukku.
Namun dia seperti sengaja agak lama membuatnya, dengan matanya yang kulihat sesekali melirik kearah dadaku.
"Kok lama sih bang? Lihatin apa hayo!..."
"Ehh, i-iya Mbak, bentar yaa. Agak kurang fokus saya hehe..." Ucapnya sedikit gelagapan.
Aku memang suka bercanda dengan Bang Somad, selain orangnya yang asik dia juga tak pernah sekalipun berusaha menggodaku melebihi batasan muhrim.
Setelahnya aku tak sengaja menyingkap kain jilbabku ke pundakku, sehingga tonjolan kedua putingku terlihat semakin jelas dari balik kain dasterku yang tipis.
Seketika kulihat kedua matanya terbelalak saat memandang ke arah payudaraku. Aku yang saat itu memang tidak sadar menyingkap jilbabku hanya berusaha tak menghiraukannya.
"I-ini sudah mbak," ucapnya gugup yang membuatku semakin kebingungan, lalu menyodorkan selembar uang dua puluh ribuan kearahnya.
Aku langsung mengambil bubur ayam di gerobaknya yang dibungkus plastik dan kresek putih itu, namun saat aku menerima kembalian darinya, Bang Somad mengatakan sesuatu yang membuatku semakin bingung.
"Mbak Widya kalo pake daster gini makin cantik aja deh," ucapnya dengan senyum genit kearahku.
"Apasih Bang, biasanya saya juga pake daster kan kalo beli bubur. Makasih ya Bang Somad," ucapku lalu berbalik bergegas kembali ke kosanku.
Saat sedang jalan ke kosanku kurasakan salah satu kain jilbab yang kusingkap ke pundakku terjatuh dan akupun terkejut.
Sejak kapan aku menyingkap jilbabku? Saat aku menundukkan kepalaku, kulihat tonjolan putingku yang menjiplak sangat jelas dari balik kain dasterku.
Akupun merasa sangat malu karena Bang Somad sudah tahu kalau pagi ini aku tak memakai pakaian dalam sama sekali.
Dengan kesadaran penuh, aku langsung menutup kembali tonjolan putingku menggunakan kain jilbabku dan bergegas masuk kedalam kamar kos.
Aku mengambil mangkok dan sendok di dapur yang letaknya tepat di sebelah kamarku, lalu aku bergegas masuk kedalam kamarku.
Setelah itu aku langsung bergegas menyantap satu porsi bubur ayam yang kubeli dari Bang Somad. Tadi Bang Somad lihat gak ya? Ah biarlah, sekali-sekali biar Bang Somad lihat pemandangan itu hihihi.
Setelah aku makan bubur ayam lalu mencuci mangkuk dan sendok, kukembalikan benda itu ke tempat sebelumnya.
Saat aku kembali masuk kedalam kamarku, kubuka lagi ponselku dan aku membalas beberapa pesan masuk dari Umi dan Mbak Zahra.
Sedangkan pesan yang ku kirim pada Fajar saat baru bangun tadi, masih belum juga dia balas, bahkan pesanku masih centang satu yang artinya dia sedang off.
'Sayang, belum bangun ya? Yaudah deh, aku mandi dulu yaa.' Aku mengirim pesan padanya, lalu aku juga mengirim foto yang baru saja kuambil dengan memperlihatkan putingku yang menonjol dari balik dasterku.
Saat aku akan mengambil handuk dan bergegas ke kamar mandi, ponselku kembali berdering ada panggilan masuk. Aku sempat bersemangat karena aku pikir Fajar yang menelponku, tapi ternyata Bryan teman sekelasku.
Awalnya aku malas mengangkat telpon darinya, tapi setelah dua kali dia memanggilku, akhirnya aku mengangkat telpon darinya. Mungkin ada hal penting yang ingin dia bicarakan, pikirku.
Awalnya Bryan hanya bicara basa-basi padaku, menanyakan kabarku, lagi ngapai dan sebagainya. Sebenarnya, Bryan sendiri sudah punya pacar namanya Citra, penampilannya sama sepertiku, berjilbab tapi Citra lebih terbuka dan punya banyak teman cowok. Tapi akhir-akhir ini sepertinya hubungan Bryan dan Citra agak renggang.
Karena biasanya saat jam istirahat dia selalu berduaan dengan pacarnya yang memang kebetulan satu kelas denganku, tapi akhir-akhir ini dia hanya menghabiskan waktu senggang di sekolah bersama Daniel teman sebangkunya.
Setelah basa-basi sebentar dia mulai mengajakku bercanda dan akhirnya dia meminta waktuku untuk mendengar curhatannya.
Dan benar saja Bryan baru saja bilang kalau ternyata dia sedang ada masalah dengan pacarnya. Awalnya aku ragu tapi setelah berpikir cukup lama, aku mengizinkannya untuk menceritakan masalahnya padaku, siapa tahu aku bisa bantu dia mencarikan solusi.
Setelah sekitar lima menit kami mengobrol aku mulai terlena dengan ceritanya. Hingga aku yang awalnya duduk di pinggir kasur, kini merebahkan tubuhku di atas kasur.
Aku semakin larut dengan obrolan kami, beberapa kali Bryan bertanya dan aku memberikan beberapa saran padanya. Sesaat setelahnya, tanpa sadar aku mulai meraba payudaraku dan memilin putingku dari balik dasterku.
"Ahh..."
Aku tak sengaja mendesah saat aku secara tidak sadar memilin putingku dari balik dasterku.
'Kenapa Wid?' Tanya Bryan di seberang sana.
"Gapapa kok, Bry. Tiba-tiba tanganku kejepit, lanjutin aja ceritanya."
'Oh, kirain kenapa, yaudah aku lanjut nih ya...'
Bryan kembali melanjutkan ceritanya, sambil terus mendengar ceritanya melalu telpon, tanpa sadar aku mulai meremas payudaraku. Dan dengan perlahan aku mulai menarik rok dasterku keatas, lalu meraba vaginaku yang ternyata sudah basah, lalu kumasukkan jariku kedalam vaginaku.
"Mhh... Shhh... Ahhh... Mhh..." Aku kembali tak sengaja mendesah karena kenikmatan yang kurasakan di vaginaku.
'Kamu kenapa lagi, Wid? Kok kayak lagi mendesah gitu?'
"Gapapa kok, Bry... Ee... Ituu...Tadi kepedesan habis makan bubur ayam."
'Hah? Bubur ayam mana ada yang pedes, Wid? Kamu ini ada-ada saja, ternyata kamu lucu juga ya, Wid? Aku jadi suka.'
"Hah? Ee... Enggak kok, aku gapapa Bry..."
'Gapapa apanya? Kamu kayak orang lagi...' Ucap Bryan seperti sengaja menggantung ucapannya.
"Hah? Lagi apa Bry?"
'Yaa... Lagi itu.. Lagi gituan, hahaha...' Tawa Bryan terdengar keras di speaker ponselku.
Setelahnya cukup lama kami terdiam, hanya keheningan dan suara hembusan nafas Bryan di speaker ponselku, lalu tak lama kemudian kudengar seperti suara bergemuruh di speaker ponselku.
"Bry? Curhatnya sudah? Kalo sudah, aku tutup ya?."
Aku tak mendengar jawaban darinya, hanya suara gemuruh sama seperti sebelumnya. Namun tak lama kemudian kembali kudengar suara Bryan.
'Wid, kamu pernah gituan kan? Tapi kalo dari penampilanmu aku kayak gak yakin ya, tapi aku yakin kamu tadi kayak orang lagi colmek?'
"Hah? Colmek? Apatuh Bry? Terus gituan maksudnya? Emang kamu pernah gituan?"
Bodohnya aku bertanya hal semacam itu pada Bryan, tapi aku juga penasaran. Cukup lama aku menunggu jawaban dari Bryan yang membuatku semakin penasaran.
'Pernah lah, dulu sama si Citra dan waktu masih pacaran sama mantanku, tapi waktu gituan aku seringnya sambil bayangin kamu Wid.'
Jika aku yang dulu pasti aku akan merasa direndahkan saat seorang laki-laki berkata seperti itu. Tapi sekarang, aku semakin penasaran dan muncul niatku untuk menggoda Bryan.
"Hihihi... Emang kenapa kamu malah bayangin aku? Padahal kamu gituan sama pacarmu," ucapku dengan nada nakal.
'Ya... Karena dari dulu aku suka sama kamu lah, tapi kamu cuek banget sama itu... Itumu besar, hehehe...'
"Hihi... Apanya yang besar hayo..." Ucapku semakin menggoda Bryan. Aku semakin membayangkan bagaimana ekspresi Bryan saat mendengar godaanku yang nakal dan mulai binal.
'Su-susumu itu be-besar... Eh, maafin aku ya, aku gak sengaja bilang gitu sumpah'
"Hayo... Kamu harus tanggung jawab, terus kalo besar kamu mau pegang? Mau gak? Hihi..."
'Ehh... Eee... E-emang boleh?'
"Hmm... Gimana ya... Boleh gak ya... Boleh gak nih..." Aku semakin menggoda Bryan.
Hingga akhirnya aku membuka lagi tiga kancing dasterku dan kukeluarkan payudaraku hingga membuat payudaraku terlihat menyembul dari dasterku yang tiga kancingnya sudah kubuka.
Lalu aku mengambil foto selfi dengan ekspresi nakal dan tangan kiriku meremas payudaraku, namun aku menyensor bagian wajahku lalu aku mengirim foto selfi itu kepada Bryan.
'Ahh... Widya, tete kamu gede banget, jadi pengen pegang. Aku sange nih, Wid gara-gara kamu.'
"Tapi, Bry. Tolong fotoku jangan disebar ya, nanti aku sedih kalo fotoku yang kukirim sampe kesebar," ucapku pada Bryan dengan nada yang kubuat manja dan nakal.
'Ahh... Enggak kok sayang, tapi aku pengen nih, kontolku udah tegang banget... Pengen masukin ke memek kamu, ahh...'
"Iya deh, sini masukin Bry. Ahh... Masukin punyamu Bry, aku emut ya... Mhh.. Ahh... Jadi pengen lihat deh... Ahh..."
Aku semakin liar dan binal, aku mulai menggosok memasukkan jariku sendiri kedalam vaginaku yang sudah sangat basah.
Lalu ponselku kembali berbunyi, saat kulihat ternyata Bryan ingin pindah video call denganku. Aku yang sudah dikuasai oleh nafsu birahi, tanpa sadar menerima panggilan video call dari Bryan.
Kulihat saat itu Bryan mengarahkan kamera ponselnya ke penisnya yang tidak disunat dengan tangannya sedang mengocok penisnya yang sudah sangat tegang.
'Ahh... Widya, pengen lihat memekmu dong sayaang...' ucapnya sambil terus mengocok penisnya yang tidak disunat itu.
"Ahh... Bentar ya Bry..." Ucapku yang saat itu mengarahkan kamera ponselku kearah payudaraku yang sedang kuremas.
Aku lalu turun dan duduk di lantai dengan menyandarkan punggungku di kasurku yang empuk, sedangkan ponselku ku taruh di depanku, kusandarkan di lemari pakaian.
Sehingga memperlihatkan diriku yang sedang duduk mengangkang dengan rok dasterku yang sudah kuangkat setinggi pinggang.
Aku mulai meraba lubang vaginaku yang bersih tanpa ada bulunya sama sekali.
'Ahh... Widya sayang. Kulitmu putih, mulus banget, aku jadi makin sange nih...'
Aku hanya tersenyum, lalu kuambil dildo di meja belajarku dan kudekatkan di vaginaku, sempat ku gesek-gesekkan sebelum akhirnya aku memasukkan dildo itu kedalam vaginaku.
"Ahh... Udah masuk nih... Mhhh..."
Sepertinya Bryan sangat terkejut, melihatku yang biasanya selalu berhijab dan menjaga jarak dengan laki-laki, saat ini sedang memasukkan dildo kedalam vaginaku.
'Loh, Widya... Itu kamu masukin, Ka-kamu... Kamu udah gak perawan? Maksudku, kamu udah pernah?'
"Ahh... Gimana Bry? Ini kan yang kamu mau? Ahh..." Ucapku dengan senyum nakal dan binal sambil tanganku memaju mundurkan dildo yang menancap di vaginaku.
'Widya, pacaran yuk... Mau kan jadi pacarku? Biar aku bisa ngentot terus sama kamu, ahh...'
"Jangan, Bry... Aku udah punya pacar, lagian kamu juga udah punya Citra. Tapi kalo kamu pengen, aku bisa kok puasin kamuu..."
7541Please respect copyright.PENANAb7fd5DT7xO