Aku menyantap sarapan pagiku di meja depan warungnya Bang Ipul, tak terlalu banyak siswa di kantin saat pagi-pagi seperti ini, apalagi sebentar lagi akan upacara bendera.
Meski begitu ada juga beberapa siswa-siswi di kantin untuk membeli makanan ringan atau hanya sekedar nongkrong sambil menunggu jam upacara.
Setelah keluar dari ruangan Pak Burhan tadi, aku langsung mendatangi warungnya Bang Ipul dan mengambil tasku di ruang belakang, tak lupa juga saat di belakang tadi aku menyemprotkan parfum di tubuhku.
Saat aku keluar dari belakang, beberapa siswa laki-laki mulai memandangiku dan ada juga yang secara terang-terangan menggodaku. Sedangkan siswi perempuan hanya memandangku sinis, tapi ada juga yang bersikap ramah padaku meski mereka adalah adik kelasku.
Sambil menyantap sarapan, aku juga menunggu kedatangan sahabatku satu-satunya yaitu Maya, setelah sebelumnya aku mengirimnya pesan memberitahukan posisiku saat ini.
Tak butuh waktu lama baginya untuk menghampiriku, kulihat dari kejauhan ternyata dia mendatangiku bersama dengan Fajar, kekasihku.
Aku tersenyum pada mereka dengan seragam lengkap bersiap mengikuti upacara, mereka berdua langsung duduk di meja tempatku makan.
Kami mengobrol santai sambil menungguku menghabiskan sarapan pagiku, setelah selesai aku mengembalikan piring Bang Ipul sambil membayar sarapanku.
"Sayang, kamu duluan aja yah sama Maya, aku mau naruh tas dulu di kelas," ucapku saat bel masuk berbunyi.
"Cieee.. Manggil sayangnya gak sembunyi-sembunyi lagi nih hahaha..." Ucap Maya menggodaku.
"Apasih May," aku membalas ucapannya dengan pipiku yang memerah.
"Iyadeh, aku duluan ya sama Maya," ucap Fajar lalu mereka berjalan santai menuju halaman sekolah yang sudah mulai ramai.
Sedangkan aku berjalan menuju kelasku untuk menaruh tasku, aku berpapasan dengan Bryan dan Daniel saat berjalan menyusuri lorong kelas yang hanya tinggal beberapa langkah saja sampai di kelasku.
"Hay, Widya..." Sapa mereka bersamaan.
"Ehh... Kok bisa barengan gitu sih..." Aku tertawa saat mereka berdua menyapaku.
Daniel langsung tersipu melihat keramahanku, sedangkan Bryan tersenyum padaku, aku tahu dia mulai berpikir mesum padaku. Karena kami sempat vcs saat hari sabtu kemarin.
"Barengan yuk, kamu mau naruh tas dulu kan, aku tunggu," ucap Bryan dengan sengaja memegang bahuku dengan sedikit marangkulkan tangannya.
"Ehh, sialan lu Bry. Cari-cari kesempatan yaa! Ingat tuh lu udah punya Citra kan?" Daniel berusaha protes pada Bryan.
"Hahaha... Iyaa iyaa, tunggu ya. Aku taruh tasku dulu," ucapku pada mereka, dan aku sama sekali tidak keberatan Bryan memperlakukan aku seperti itu.
Saat berjalan masuk kedalam kelasku yang sudah sepi, kudengar mereka berdua mulai adu mulut, aku hanya tertawa kecil mendengar mereka.
"Udaahh, kalian jangan berantem dong," ucapku sambil mencubit pinggang mereka masing-masing sehingga membuat keduanya salah tingkah karenaku.
Saat kami sudah di halaman sekolah, semua siswa sudah berbaris. Aku langsung menuju barisan siswi perempuan mencari keberadaan Maya, sedangkan Bryan dan Daniel menuju barisan siswa laki-laki.
Tapi aku tak menemukan keberadaan Maya, sehingga aku terpaksa harus berbaris di barisan siswi perempuan lain yang selalu menatapku sinis. Aku hanya menggelengkan kepala pelan seakan tak peduli dengan mereka.
Hingga sekitar setengah jam berlalu dan upacara selesai dan semua siswa dibubarkan. Saat semua siswa mulai berhamburan masuk ke kelas mereka masing-masing, aku berjalan menuju toilet yang berada di belakang sekolah dekat kelasku, karena aku merasa ingin pipis.
Selama aku berjalan, tak sedikit siswa laki-laki yang memandang ke arahku. Meski upacara sudah selesai, masih ada jeda sekitar lima belas menit sebelum pelajaran pertama dimulai. Sehingga mereka memilih duduk di kursi panjang yang disediakan di teras kelas masing-masing.
Sesampainya di toilet yang sepi dan akan masuk kedalam toilet perempuan, aku dikejutkan dengan seorang laki-laki yang tiba-tiba saja memelukku dari belakang.
"Sayang, aku lagi pengen kayak kemarin," ucap laki-laki itu yang ternyata adalah Fajar.
"Ihh... Fajar, kalo ada yang lihat gimana?" Ucapku yang saat itu sudah berhasil melepaskan pelukannya dan berbalik menghadap kearahnya, aku menoleh ke berbagai arah berharap tidak ada yang melihatku saat dipeluk oleh Fajar dari belakang. Tapi untungnya keadaan toilet di belakang sekolah memang sangat sepi, meski dekat dengan kelasku.
Akupun bernafas lega saat melihat situasi yang memang benar-benar sepi.
"Sayang pengen apa? Bilang dong pengen kayak kemarin yang gimana?" Aku menggoda Fajar saat memang tiba-tiba saja nafsuku mulai naik.
"Pengen nyusu, pengen punyaku dijepit sama susumu kayak kemarin," ucap Fajar seperti anak kecil.
"Hihihi... Iyadeh, tapi aku pipis dulu yaa, kebelet nih," ucapku lalu masuk kedalam toilet perempuan dan masuk kedalam salah satu bilik disana.
Setelah membuang hajat kecil, aku keluar memanggil Fajar supaya masuk kedalam toilet perempuan.
Tapi tiba-tiba saja dia menarik tanganku dan mengajakku masuk kedalam toilet laki-laki lalu masuk kedalam salah satu bilik disana.
"Sayang, kamu kok nakal sih.. Inikan toilet cowok," ucapku protes.
"Memang, udah ah nanti keburu masuk," ucap Fajar tak sabar lalu duduk di toilet duduk yang ada di dalam bilik ini.
Aku mulai menyingkap jilbab putihku ke pundakku lalu membuka satu persatu kancing bajuku sehingga memperlihatkan payudaraku yang montok dan sekal.
Lalu aku menarik rok panjang abu-abu setinggi pahaku dan aku duduk di pangkuan Fajar dengan menghadap kearahnya.
Pahaku yang putih mulus langsung terlihat jelas di hadapan Fajar, lalu aku menuntun tangannya untuk membelai lembut pahaku yang mulus itu.
"Gak pake bra lagi sayang?" Tanya Fajar yang saat itu langsung menghisap puting payudaraku dengan lahap secara bergantian, sedangkan tangannya bergantian meremas payudaraku.
"Mmhhh... Sssttt,, jangan keras-keras nanti ada yang dengar... ahh..." Ucapku setengah berbisik padanya.
Aku mulai menekan kepala Fajar sehingga membuat kepalanya semakin terbenam di payudaraku yang besar.
Saat dia puas menghisap puting susuku, aku tersenyum nakal kearahnya. Payudaraku bahkan sudah basah oleh air liurnya. Aku lalu berlutut di hadapannya dengan rok abu-abu yang masih tersingkap setinggi pahaku.
Dengan dibantu oleh Fajar, aku membuka celananya dan langsung terlihat kontolnya yang sudah tegang sejak tadi.
Aku langsung mengocok kontolnya dengan mulutku mengulum ujung kontolnya. Aku melirik ke atas dan kulihat Fajar begitu menikmatinya sehingga membuatku senang.
Sambil tanganku masih mengocok kontolnya, aku lalu mengulum dan menyedot buah zakarnya sehingga membuat Fajar semakin merem melek.
Setelah itu aku langsung mengulum kontolnya yang besar dan panjang hingga mentok menyentuh tenggorokanku. Aku mulai menggerakkan mulutku naik turun, sesekali kain jilbab yang kusingkap di pundakku terjatuh, tapi aku kembali menyingkapnya.
"Ahh... Sa-sayang, jepit pake susumu, ahh..." Ucap Fajar setengah berbisik disela-sela desahannya yang ia tahan.
Aku lalu mengeluarkan kontolnya yang sudah sangat basah oleh air liurku dari mulutku. Aku sedikit mengangkat tubuhku lalu kujepit kontolnya yang sudah tegang maksimal menggunakan payudaraku.
Sambil menggerakkan payudaraku naik turun, sesekali aku memberinya pelumas tambahan dengan air liurku. Sesaat kemudian, kurasakan kontolnya mulai berkedut.
Saat cairan precumnya keluar, aku bergegas mengulum kembali kontolnya dan menyedot kontol Fajar menggunakan mulutku, dengan tanganku mengocok batang kontolnya yang panjang.
Tak butuh waktu lama, akhirnya Fajar menyemburkan spermanya kedalam mulutku sebanyak lima kali, sebelum akhirnya aku langsung menelan sperma Fajar.
Mulutku masih menghisap ujung kontolnya bermaksud membersihkan sisa spermanya yang mungkin masih akan keluar, aku juga membersihkan batang kontolnya menggunakan mulutku.
Setelah Fajar memakai celananya kembali, aku menyingkap rok abu-abuku lagi setinggi paha lalu duduk di pangkuannya. Celananya bergesekan langsung dengan vaginaku yang sebenarnya sudah basah sejak tadi, aku lalu mencium bibir Fajar hingga akhirnya aku kembali merapikan baju seragamku seperti sedia kala.
Fajar langsung memelukku sebagai tanda terima kasih dan juga jika dia begitu menyayangiku.
"Sayang, makasih yaa... Keluar yuk..." Ucap Fajar setelah berciuman denganku.
Aku hanya menganggukkan kepalaku dengan senyum manisku kutunjukkan padanya. Aku menyuruhnya keluar terlebih dahulu untuk memastikan keadaan toilet benar-benar sepi.
Setalah itu aku menyusulnya keluar dan bergegas masuk kedalam kelasku yang tidak terlalu jauh dengan toilet belakang sekolah.
Namun saat itu keadaan di kelas masih ramai, belum ada guru yang masuk sama sekali. Aku pun menghampiri Maya dan duduk di sebelahnya.
"Kok belum pelajaran May?"
"Iyaa tadi katanya telat, terus kita disuruh ngerjain tugas dulu. Tapi kamu dari mana Wid? Bantu Pak Burhan lagi ya?" Tanya Maya padaku.
"Enggak kok May, tiba-tiba aja perutku mules, hehe..." Jawabku beralasan sambil membuka buku pelajaran berniat mengerjakan tugas yang diberikan guru.
"Ohh gitu ya... Ehh... Wid, kamu tadi dicariin Daniel tuh," ucap Maya lalu kedua matanya melihat kearah belakangku.
"Hay Wid, aku ikut kerjain tugas bareng kamu ya, boleh Gak?" Tanya Daniel yang sudah berdiri di sebelahku dengan tangannya menyentuh pundakku.
Lalu aku menoleh kearah Daniel sambil mendongakkan kepalaku karena saat itu Daniel masih berdiri. Aku lalu memegang tangannya yang menyentuh pundakku dan tersenyum ramah padanya.
"Boleh kok Nel, ehh.. Bryan gak ikut juga?" Aku bertanya pada Daniel sambil tanganku mengelus tangannya yang masih menempel di pundakku.
"Lagi bucin dia," jawab Daniel sambil menarik salah satu kursi kosong di meja sebelah, lalu matanya menatap ke belakangnya yang memperlihatkan Bryan sedang ngobrol berdua sama Citra, pacarnya.
Akupun menggeser kursiku lebih dekat dengan Maya, supaya Daniel bisa lebih nyaman duduk di sebelahku.
"Ehh... Nel, lu ngapain sih ambil kursi gw? Balikin gak? Lagian ngapain juga lu duduk di sebelah cewek sok cantik itu?" Seorang siswi perempuan protes kepada Daniel yang mengambil kursinya begitu saja, aku hanya menghela nafas panjang. Sepertinya semua cewek di kelasku bahkan di angkatanku pada gak suka semua sama aku ya.
"Eh Wid, emang gapapa ya kamu ngebiarin Daniel duduk di sebelah kamu?" Tanya Maya berbisik di telingaku.
"Gapapa kok May, tenang aja kok. Lagian kita cuma teman, gak lebih."
"Iyaa... Iyaa... Nih, gw balikin kursi lu," ucap Daniel yang akhirnya mau mengalah, lalu dia mengambil kursinya sendiri dan duduk di sebelahku.
Kami bertiga mulai mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, disaat aku dan Maya sibuk mengerjakan tugas, Daniel yang memang duduk sangat dekat denganku sesekali mencari kesempatan untuk menyentuhku.
Mulai dari yang awalnya dia menyentuh tanganku yang sedang sibuk membolak balik kertas buku, bahkan dia mulai berani menyentuh pahaku.
Tapi aku sengaja membiarkannya, mungkin saat ini aku berharap Daniel akan lebih berani menyentuhku lebih dari ini. Meski kurasakan vaginaku mulai sedikit basah, aku berusaha semaksimal mungkin untuk tetap fokus mengerjakan tugas, karena aku tak ingin mendapatkan nilai yang rendah.
Aku akhirnya menghela nafas panjang, tanganku yang awalnya sibuk dengan buku di mejaku, saat ini memegang tangan Daniel yang berada tepat di atas pahaku.
"Nel, kalo mau nyentuh-nyentuh aku nanti aja ya, aku masih fokus ngerjain tugas nih," ucapku pelan dengan mulutku cukup dekat dengan telinganya.
Seketika dia menoleh kepadaku dengan kedua matanya yang melotot, aku hanya membalas tatapannya dengan tersenyum manis.
"Sekarang kerjain tugas dulu yuk," ucapku sambil mengangkat tangannya untuk memindahkan tangannya di atas pahanya.
Namun tak hanya itu, aku juga mengelus pahanya dari luar celana abu-abu yang dia pakai. Bahkan tanganku menyentuh pahanya bagian dalam lalu semakin naik dan hampir aku menyentuh selangkangannya, sehingga membuatnya menelan ludahnya sendiri.
"Hihihi... Danieell... Kerjain tugasnya jangan bengong aja," ucapku sedikit keras sambil menahan tawa lalu tanganku mencubit pinggangnya, sehingga saat itu Maya juga menoleh kearahku.
ns 15.158.61.48da2