Setelah aku mengerjakan semua tugas yang diberikan guru, aku mengobrol dengan Maya sedangkan Daniel masih mengerjakan tugas dengan menyontek hasil lembar jawabanku.
"Eh, Wid. Kok kamu ngebiarin dia nyontek jawabanmu sih?"
"Gapapa May, sekali-sekali. Lagian kasihan tuh dia kayaknya kesulitan ngerjainnya," ucapku sambil tertawa geli.
Kulihat jam yang ada di dinding kelasku sudah menandakan sebentar lagi jam istirahat pertama. Setelah istirahat pertama waktunya jam olahraga di kelasku.
"Wid, bentar lagi mau istirahat, keluar yuk cari angin! Sekalian kita ganti seragam olahraga," ajak Maya sambil dia mengeluarkan seragam olahraganya dari dalam tas.
"Yaudah deh," ucapku sambil mengeluarkan seragam olahraga serta jilbab sport hitam lebar yang sudah kusiapkan sebelumnya.
"Nel, nanti tolong kumpulin tugasku ya," ucapku pada Daniel yang masih sibuk mengerjakan tugas.
"Punyaku juga ya Nel, boleh kan?" Sahut Maya.
"Okedeh, taruh aja disitu May," ucap Daniel sambil menunjuk lembar jawabanku.
Aku dan Maya keluar kelas sambil membawa seragam olahraga kami. Meski sekolahku adalah sekolahan swasta elit dan terkenal, banyak juga siswa-siswi yang nongkrong di luar kelas meski jam pelajaran. Maklum, karena di sekolahku rata-rata adalah anak orang kaya yang sering berlaku seenaknya sendiri.
Kami berdua duduk di kursi taman yang biasanya, mengobrol sambil menikmati angin sepoy-sepoy yang menyegarkan.
Beberapa menit kemudian, bel istirahat pun berbunyi. Saat itu semua siswa berhamburan keluar kelasnya masing-masing, namun tidak di kelasku. Hanya beberapa siswa saja yang keluar, mungkin yang lain sedang sibuk mengerjakan tugas yang belum selesai.
"Widya... Bantu gw dong!"
Sesaat setelah itu, kudengar suara seorang siswa laki-laki memanggilku, dia adalah Bryan. Dengan membawa lembar jawaban, dia berjalan dari kelas menghampiriku dan Maya.
"Bantu apa Bry?"
"Ikut gw anter lembar jawaban ke mejanya Pak Dodik," ucap Bryan saat sudah sampai di hadapanku.
"Gak ngajak Daniel aja sih," sahut Maya.
"Lagi males katanya, gapapa dong aku ngajak Widya. Mau kan Wid?" Tanya Bryan padaku setelah menjawab pertanyaan Maya.
"Hmm... Gimana ya? Yaudah deh, biar cepet kekumpul tugasnya," ucapku lalu berdiri.
"Nanti kalo Fajar nyariin gimana?" Tanya Maya kebingungan.
"Hari ini dia gak kesini May, udah chat kok dia," ucapku yang saat itu tanpa sengaja mengambil seragam olahragaku yang sebelumnya kutaruh di kursi panjang sebelah Maya duduk.
Saat aku selesai memuaskan nafsu Fajar di toilet belakang, memang dia sempat bilang padaku kalau jam istirahat nanti dia mau keluar buat ngeprint tugasnya.
"Ohh, gitu ya... Yaudah deh, kalo gitu," ucap Maya, dan aku langsung berjalan menuju kantor mengikuti Bryan.
"Wid, aku ganti duluan yaa..." Maya sedikit berteriak karena aku sudah berjalan agak jauh. Aku hanya mengacungkan jempol menyetujui ucapan Maya.
"Pasti si Fajar itu bucin banget ya sama kamu hehehe..." Ucap Bryan tiba-tiba saat berjalan di sebelahku.
"Apasih Bry, biasa aja kok," jawabku sambil menoleh kearah Bryan di sampingku, kulihat dia sesekali mencuri pandang kearah dadaku yang menonjol dan sedikit bergerak bebas karena aku tidak memakai bra.
"Lihatin apa hayoo... Nakal kamu Bry..." Ucapku yang saat itu langsung mencubit pinggangnya.
"Akkhhh... Sakit Wid... Ya lihatin apa lagi kalo bukan susumu yang montok itu," ucap Bryan agak berbisik sambil mendekatkan mulutnya di telingaku.
"Dasar mata keranjang, hahaha..." Ucapku lalu aku berjalan lebih cepat darinya.
Setelah kami berdua mengantarkan tugas dan menaruhnya di meja Pak Dodik, aku berniat pergi ke salah satu toilet yang dekat dengan ruang guru.
Namun saat itu Bryan menahanku dengan mencengkeram pergelangan tanganku.
"Wid, ikut aku!..."
"Kemana Bry?" Tanyaku saat tanganku ditarik olehnya.
Setelah berjalan beberapa langkah dan dia yakin aku tidak akan kabur, dia melepaskan tanganku. Sedangkan aku sendiri mengikutinya berjalan menuju belakang sekolah.
Semakin jauh kami berjalan, keadaan di sekitar semakin sepi dan hampir tak ada siswa sama sekali di tempat ini. Hingga tak lama kemudian kami sudah berada di depan sebuah bangunan kosong yang merupakan sebuah gudang sekolah.
Namun saat Bryan akan membuka pintu gudang itu, ternyata terkunci sangat rapat. Lalu dia menarik tanganku lagi dan berjalan kearah belakang gudang.
"Sini seragam olahraga kamu," ucap Bryan dan meraih seragam olahraga yang sejak tadi kubawa.
Setelah menaruh seragamku di salah satu kursi berjajar yang sudah kotor dan dipenuhi coretan itu, Bryan langsung mendekatiku. Dia memegang kedua bahuku dan mengarahkanku untuk bersandar di dinding gudang.
"Aku mau nagih janji kamu kemarin, aku mau entotin kamu sekarang," ucapnya yang saat itu langsung meremas kedua payudaraku.
"Ahh... Masa ya harus sekarang di tempat seperti ini Bry?"
"Ternyata kamu gak pake bra sayang, gak ada tempat lain, aku sudah gak sabar lihat kamu."
Setelah itu dia langsung melumat bibirku dan semakin gemas meremas kedua payudaraku. Aku lalu membalas lumatannya dan merangkulkan kedua tanganku ke leher Bryan.
Dia juga sudah memelorotkan celananya sehingga kontolnya yang tegang menyentuh selangkanganku dari luar rok abu-abu yang kupakai.
Aku lalu turun dan berjongkok di hadapannya, kuraih kontolnya yang sudah tegang lalu mulai mengocoknya perlahan. Sedangkan mulutku mengulum dan menyedot buah zakarnya.
"Ahh... Sepongan kamu enak banget sayang...."
Desah Bryan saat aku sudah berganti mengulum kontolnya dan menggerakkan kepalaku maju-mundur.
Setelah aku memberikan servis mulutku di kontolnya, aku langsung berdiri dan menyuruhnya duduk di salah satu kursi.
Aku menyingkap kain jilbabku ke belakang dan mengikatnya supaya tidak terjatuh. Lalu melepas bajuku sehingga bagian atasku sudah telanjang.
Kulihat Bryan terpana melihat kulit bagian atasku yang putih mulus, aku hanya tersenyum kemudian kuangkat rok abu-abuku setinggi pinggang sehingga dia yang sedang duduk langsung bisa melihat vaginaku yang bersih tanpa bulu sama sekali.
Aku lalu melebarkan kedua kakiku dan mengarahkan kontolnya yang sangat tegang itu ke lubang vaginaku yang sudah basah, lalu aku duduk di pangkuannya dengan posisi kami saling berhadapan.
Bles... "Ahh..." Desahku saat kurasakan kontolnya yang tidak disunat itu masuk sepenuhnya kedalam vaginaku, aku mulai menggerakkan tubuhku naik turun.
Aku semakin membusungkan dadaku dengan kedua tanganku bertumpu di lutut Bryan, supaya dia semakin bebas menggerayangi payudaraku yang montok dan sekal.
"Ahh... Kontolmu enak sayang..."
"Aku boleh nyusu gak sayang? Toket kamu mulus banget."
"Iyaahh... Sayaanghh... Boleh kok... Mhhh..." Aku semakin mendesah, namun kutahan supaya suaraku tidak terdengar oleh siapapun, meski kami berada jauh di belakang sekolah.
Bryan lalu melumat dan menyedot kedua putingku bergantian, sedangkan aku masih terus menggerakkan tubuhku naik turun.
"Sayaang... Gimana hubungan kamu sama Citraa... Ahh..."
"Yaahh gitu lah... Suka ngambekan diaa... Aku udah lamaa gak ngentot sama dia ahh..."
"Ahh.. Kalo gitu kamu ngentot sama aku ajah yaahh..."
Aku semakin liar menggerakkan tubuhku naik turun, sedangkan Bryan juga ikut menggoyangkan pinggulnya seirama denganku.
Setelah sekitar lima menit kemudian, kurasakan, kontol Bryan yang sedang mengobok-obok vaginaku mulai berkedut, menandakan dia akan ejakulasi.
"Ahh... Sayaangg... Kalo mau keluar jangan ditahan yaahh... Keluarin ajah di dalam... Mhh..."
Tak lama kemudian dengan satu hentakan dan aku berhenti menggerakkan tubuhku, Bryan langsung menyemburkan spermanya kedalam vaginaku yang langsung memenuhi rahimku.
"Kamu suka Bry? Gimana rasanya keluar di dalam? Enak?" Tanyaku yang saat itu melingkarkan kedua tanganku di leher Bryan.
"Enak banget sayang, Citra gak pernah bolehin aku keluar di dalam, tapi kamu kok malah bolehin aku keluar di dalam sih?" Tanya Bryan sambil menatap wajahku yang begitu dekat dengan wajahnya, sehingga hembusan nafasnya terasa di wajahku.
"Gapapa, enak aja... Rahimku jadi anget, tapi... Aku belum keluar loh..." Ucapku dengan nada manja.
Saat itu tangan Bryan sudah melepas ikat pinggangku dan membuka resleting rok abu-abuku yang berada di belakang.
Setelah itu aku langsung berdiri dan melepas rokku, sehingga aku sudah telanjang sepenuhnya, kecuali jilbabku yang masih kupakai.
Lalu aku berjongkok bersandar pada tembok gudang dan menyuruh Bryan untuk berdiri di depanku, sehingga aku saat ini berada di bawah Bryan, diantara kedua kakinya yang ia lebarkan.
Aku mengulum kontolnya lagi, membersihkan sisa sperma di kontolnya dengan kedua tanganku mengocok vaginaku sendiri berusaha mencapai orgasme.
Kumasukkan dua jari tengahku kedalam vaginaku, sedangkan tanganku yang satunya lagi memilin klitorisku sendiri sehingga tak lama kemudian kurasakan tubuhku mulai menegang.
"Mphh.. Mphhh..."
Desahku tertahan karena mulutku yang tersumpal oleh kontol Bryan yang sedang kubersihkan.
Serr...
Hingga tak lama kemudian aku akhirnya mencapai orgasmeku sendiri, cairan orgasme yang banyak menyembur cukup jauh dan Bryan melepaskan kontolnya dari dalam mulutku.
Kulihat juga sperma Bryan yang sebelumnya ada di dalam vaginaku, ikut meluber keluar bercampur dengan cairan orgasmeku sendiri.
Nafasku masih memburu sedangkan Bryan sudah merapikan kembali celananya.
Dia berusaha membantuku berdiri lalu mengambil sebuah sapu tangan dari dalam sakunya dan menggunakannya untuk membersihkan vagina dan payudaraku yang sebelumnya sudah basah oleh air liurnya.
Aku menatap kearahnya dengan senyum manisku, lalu aku memakai seragam olahragaku tanpa pakaian dalam sama sekali.
Celana training biru tua dan kaos olahraga berwarna sama, namun seragam itu agak ketat sehingga membuat vaginaku bergesekan dengan jahitan bagian dalam celanaku. Sedangkan di bagian dadaku samar-samar terlihat tonjolan putingku yang sudah keras sejak tadi.
Tapi untungnya tonjolan putingku dapat tersamarkan oleh warna seragam olahraga yang gelap dan bahannya yang tebal. Namun tetap saja, tak ada garis celana dalam di pantatku dan tak ada juga garis bra yang menonjol dari punggungku.
Namun saat aku memakai jilbab sport hitam lebar yang sudah kupakai, kain jilbabku bisa menutupi bagian payudaraku sepenuhnya.
Bryan adalah laki-laki pertama yang sudah melihat keindahan rambutku yang lurus dan panjang. Bahkan dia sangat terkesima saat tak sengaja melihat rambutku, padahal aku sudah menyuruhnya berbalik.
Aneh memang, aku sengaja mengekspos tubuhku sendiri, membiarkan Bryan melihat tubuh telanjangku namun aku tak ingin dia melihat keindahan rambutku yang lurus dan panjang.
Setelah aku melipat dan merapikan seragam putih abu-abuku, kami berdua berjalan kembali kedalam kelas. Karena saat itu Bryan belum berganti seragam olahraga, dan semoga saja kami tidak telat.
Kami berdua berjalan layaknya sepasang kekasih, Bryan yang berjalan di sebelahku, dia merangkulkan tangannya di pinggangku dan sesekali dia meremas pantatku, hal yang sama juga kulakukan padanya.
Saat berjalan kurasakan payudaraku bergerak bebas karena tidak memakai bra, namun aku bisa sedikit merasa lega karena aku juga tak melihat tonjolan putingku dari luar jilbab sport yang lebar menutupi dadaku.
"Bry, janji ya gak bilang siapa-siapa! Sama fotoku yang kemarin aku minta jangan di sebar ya!" Ucapku memohon dengan ekspresiku yang kubuat semanis mungkin.
"Pasti dong Wid, asalkan aku bisa ngentotin kamu, hehehe..." Ucap Bryan sambil tangannya sengaja menyenggol payudaraku.
"Iyadeh, kamu bisa pakai tubuhku sepuas kamu, tapi Bry... Ajak Daniel juga dong, pasti seru main bertiga, hihihi..."
Mendengar ucapanku, seketika membuat Bryan melongo dan menghentikan langkahnya. Aku masih terus berjalan dan aku berusaha mengejeknya saat aku menengok ke belakang.
"Sial kamu Wid, kukira kamu cewek baik-baik, ternyata udah rusak hahaha..."
Ucap Bryan lalu tertawa puas seakan sudah meraih suatu pencapaian yang amat sangat berharga. Yaitu sebuah pencapaian untuk menyetubuhiku dengan bebas kapanpun dia menginginkannya.
ns 15.158.61.54da2